CHAPTER 27

34 11 1
                                    

Hari ini, sesuai dengan permintaan Louisa sebelumnya, dia meminta Raynald untuk datang menemui dirinya di salah satu cafe. Banyak hal yang ingin Louisa bicarakan secara empat mata bersama Raynald, dan tentunya ini tidak akan menyangkut satu perihal saja, melainkan yang lain-lainnya.

Tepat pukul tiga sore, Louisa telah tiba di tempat yang sudah ditentukan olehnya. Dia berjalan mendekati sosok lelaki yang sedang terduduk manis di sana. Raynald melebarkan senyumannya kepada Louisa yang semakin mendekat, sedangkan Louisa justru kebalikannya.

"Aku gak nyangka kamu mau bertemu denganku lagi," kata Raynald saat Louisa telah duduk di kursi miliknya. "Gimana? Kamu suka gak sama semua bunga yang aku kirim buat kamu? Apa kamu mau lagi? Kalau iya, aku bisa membeli lebih banyak lagi, sekalian sama kebun-kebunnya. Demi kamu aku rela melakukan apa pun."

Louisa menatap datar Raynald selama dia berbicara. Ucapannya benar-benar ingin membuatnya muntah.

"Apa pun?" tanya Louisa.

"Ya. Apa pun cuma buat kamu seorang." Raynald berkata dengan wajah meyakinkan.

Kemudian Louisa bergumam, "Kamu mau melakukan apa pun yang aku suruh?"

"Iya Louisa...Apa mau kamu? Aku siap melaksanakannya. Mendaki gunung bahkan menyebrangi lautan pun aku siap kalau kamu yang meminta," katanya.

"Bagaimana kalau kamu menghilang dan tak pernah menampakkan wajahmu kembali dihadapan ku? Apakah kamu mau?" Louisa bertanya masih dengan wajah datarnya.

Seketika wajah sumringah Raynald tenggelam, dia mengernyitkan keningnya. "Memangnya kamu mampu untuk jauh-jauh denganku? Aku tau kamu masih mau sama aku, cuma kehalang gengsi saja, iyakan? Atau kamu dipaksa oleh Kenta?"

"Jangan bawa-bawa Kakaku ke dalam masalah kita! Dia tidak ada hubungannya. Ini antara kamu dan aku," decak Louisa mulai naik pitam.

Raynald membuang napas, "Baiklah."

"Dengar ya, Raynald! Semenjak kamu memutuskan untuk pergi ninggalin aku saat itu, aku sudah tidak berharap sama kamu lagi. Hubungan antara aku dan kamu telah selesai sampai di sana," ujar Louisa mempertegas.

"Aku minta maaf, okay. Aku tau, aku yang salah pada saat itu, dan kumohon biarkan aku menebus semua kesalahanku dengan cara kembali bersamaku. Aku bukan Raynald yang dulu, aku sudah berubah, percayalah. Aku sudah lebih baik." Raynald meraih tangan Louisa yang tersimpan di atas meja, namun dengan spontan Louisa menariknya.

"Aku juga bukan Louisa yang dulu, dan aku pun sudah berubah," kata Louisa. "Caraku untuk sembuh dari semua luka yang kamu berikan itu tidak mudah, Ray. Disaat aku berada di titik terendah ku, kamu di mana? Kamu gak ada. Disaat aku menangis sampai jatuh sakit, kamu di mana? Gak ada, Ray! Kamu gak pernah perduli sama aku, bahkan sedikitpun. Semua ucapan manismu adalah omong kosong."

"Aku perduli sama kamu, Louisa! Aku dipaksa pulang oleh Kamari dan kedua orang tuaku mengurungku. Aku tidak bisa kemana-mana pada saat itu. Lagi pula aku menulis surat untukmu, dan menyuruh Kamari untuk memberikannya padamu, apakah kamu tidak menerimanya?" Raynald berujar membuat pembenaran.

"Surat yang tidak kamu kasih alamatnya? Bagaimana bisa Kamari menemukan keberadaanku tanpa kamu kasih tau alamatku?" tanya Louisa.

Tiba-tiba Raynald terdiam, mulutnya kikuk tak mampu untuk menjawab pertanyaan dari Louisa.

"Lihat 'kan? Kamu memang tidak pernah niat untuk memberikan surat itu." Louisa tertawa seraya menggelengkan kepalanya. "Lagian kamu sudah menjadi cinta pertamaku yang gagal."

"Tapi aku bisa memperbaikinya, Aku berjanji. Kamu akan jauh lebih bahagia." Raynald semakin memberi keyakinan penuh kepada Louisa. Dia benar-benar tidak akan menyerah sampai apa yang diinginkannya terpenuhi.

Cinta Pertama Louisa [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang