10

4K 458 54
                                    

10
"Astaga, kita kembali lagi di kuda!" teriak Haechan terkejut saat tiba-tiba saja dia dan Mark mendarat di atas punggung kuda kaisar itu.

"Kau ingin pulang bukan?" tanya Mark ditelinga Haechan, yang seketika itu juga membuatnya merinding.

"Iya... Tapi maksudku, aku kira kita langsung di istana." Haechan cemberut.

"Dan meninggalkan kudaku?" tanyanya lagi.

"Tentu saja! Arghh... berhenti kuda bodoh!" teriak Haechan saat kuda yang dia tunggangi melaju begitu cepat dan dia ketakutan setengah mati, "Pasti ini kerjaanmu ya Yang Mulia!"

"Tidak, kudanya marah karena kau menyuruhku untuk meninggalkannya bahkan kau menyebutnya bodoh. Dia mengerti ucapanmu sayangnya dia tidak bisa membalasnya, sekarang rayu dia agar dia tidak marah." jelas Mark dengan tertawa kecil.

Haechan yang terkejut serta takut langsung mengelus leher ya, "Maafkan aku ya kuda tampan, kau pintar, jalannya pelan saja ya. Aku tidak mau mati muda."

"Kau tadi mengajukan diri sebagai jaminan dengan memenggal kepalamu, sekarang kau tidak mau mati muda." Mark terlihat aneh dengan permaisurinya itu dan kuda sudah melaju dengan tenang.

"Hei itu hanya basa-basi aku juga tidak ingin mati cepat, lagipula kau akan melindungiku bukan Yang Mulia Kaisar." ucap Haechan dengan menekan memanggil gelarnya dan Mark menatap Haechan datar, tidak dia sangkah omeganya juga takut.

Mark tiba-tiba saja merangkulkan tangannya di perut Haechan hingga omega itu memekik terkejut, "Jangan tegang, kau tadi benar-benar melakukan tugas seorang permaisuri dengan baik, aku tidak menyangkah."

"Tugas permaisuri? Aku tidak melakukan apapun perasaanku." Haechan terlihat bingung.

"Tidak menyadarinya ternyata ya, tadi kau memberikan banyak keping emas pada para pedagang, kau membagikan seluruh rotimu, kau menyuruh untuk lebih peduli pada rakyatku dan terakhir kau menghalangi pertarunganku dengan Guanlin, itu membuktikan kau menjalankan tugas permaisuri dengan sangat baik." jelas Mark panjang lebar.

"Aku rasa itu bentuk kepedulian terhadap sesama, aku tidak tahu jika itu tugas permaisuri." jawab Haechan polos dan Mark tersenyum tipis.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara keduanya hingga akhirnya mereka sampai juga di istana, kembali di dalam bangunan besar itu.

Saat turun tentu saja Haechan dibantu oleh Mark lalu dia memberikan roti yang masih tersisa pada Jeno serta Jaemin yang sudah menunggu kedatangannya untuk pulang dan tinggal satu roti yang tiba-tiba saja dia lempar ke arah Mark yang tentu saja ditangkap dengan baik, meskipun sedikit terkejut karena gerakan tiba-tiba.

"Kalian harus merasakan rotinya, sangat enak aku jamin dan Yang Mulia Kaisar habiskan rotimu, jika kau tidak memakannya habis kau ditanganku." ucap Haechan dengan tersenyum manis, namun memberikan tatapan mengancam pada Mark sedangkan para prajurit di sana tampak menahan napas melihat sikap kurang ajar Haechan pada kaisarnya, "Jaemin ayo kembali aku lelah ingin tidur."

"Terima kasih Yang Mulia." ucap Jaemin serta Jeno bersamaan.

"Baik Yang Mulia." Jaemin segera memberi hormat pada Mark lalu beranjak pergi yang diikuti oleh Haechan dari belakang.

"Jeno cari tahu infromasi mengapa pajak bisa naik dan ada beberapa rakyat yang kelaparan, aku sudah mengeluarkan banyak dana mengapa itu tidak terealisasikan." perintah Mark dengan serius dan membuat Jeno terkejut meskipun terbalut dalam wajah datar.

"Baik Yang Mulia." Jeno menjalakan perintahnya.

Kembali lagi di posisi Haechan dia terlihat berjalan mengekori Jaemin, hingga langkah keduanya harus terhenti, saat mereka bertemu dengan Gihoon serta pria tua yang memakai tongkat dengan wajah menyeramkan yang membuat Haechan muak.

The Flower EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang