"Apa yang kau inginkan?" tanya Mark dengan nada dinginnya.
"Lepaskan aku dari hukuman bodohmu dan beri aku kesempatan untuk keluar." Haechan bernegosiasi, meskipun tidak yakin Mark akan mengabulkannya dengan ancaman kecil yang dia lakukan.
"Aku tidak bisa mengabulkannya." tolak Mark dengan tegas.
"Kenapa, apa yang harus aku lakukan agar kau bisa memberiku sedikit kebebasan? Brengsek!" tanya Haechan kesal.
"Aku punya satu syarat jika kau menginginkan kebebasan itu." ucap Mark dengan serius.
"Apa? Kau bersungguh-sungguh bukan!" Haechan memekik senang, tidak menyangka meluluhkan kaisar kejam seperti Mark cukup mudah.
"Lepaskan aku dulu, aku akan memberitahumu." Mark menyeringai tipis tanpa Haechan sadari.
"Janji, jika kau tidak berjanji aku tidak akan melepaskanmu lebih baik aku mematahkan saja lehermu!" ancam Haechan lagi.
"Janji, tergantung kau mau melaksanakannya atau tidak." Mark sangat santai.
"Oke, aku akan melepaskanmu." Haechan akhirnya melepaskan pitingan di tubuh Mark. "Jadi apa syaratmu?"
"Bercintalah denganku." ucapnya sangat ringan dan Haechan melongoh, dia masih sangat ingat di bukunya kaisar Mark terlihat sangat jijik untuk menyentuh permaisurinya.
"Mimpi saja kau sana!" tolak Haechan mentah-mentah. "Yang lain, aku tidak mau melakukannya nanti selir kesayanganmu mengambek dan memainkan drama murahan, seolah aku telah menyakitinya dan kau marah padaku atas tuduhan tidak mendasar serta kebohongan."
Mark cukup terkejut melihat Haechan yang secara terang-terangan menolaknya bercinta padanya, padahal seingat dia permaisurinya itu sangat senang jika dia meminta untuk ditemani malamnya, bahkan dia lantang mengejek selirnya dan tersenyum bangga mendapatkan dirinya sepenuhnya, mengapa kali ini berbeda.
"Bertarunglah dengan seorang prajurit, aku akan memberikan kebebasan untukmu." Mark menyeringai, dia tahu permaisurinya itu tidak akan mau bertarung dengan seseorang karena dia sendiri tidak memiliki ketrampilan bela diri apapun itu.
"Oke, aku menerimanya." Haechan membalas seringai Mark.
Mark merubah ekspresinya dengan begitu datar, dia benar-benar lupa jika ada yang berbeda dengan permaisurinya yang dia anggap gila.
"Kau tidak akan menariknya lagi bukan, persyaratanmu itu?" tanya Haechan memastikan saat Mark terlihat hanya diam saja.
"Tidak, tapi jika kau kalah aku benar-benar akan mengurungmu di sini bahkan kau tidak akan bisa keluar dari kamarmu ini." ucap Mark serius dan dia yakin Haechan akan kalah, dia hanya seorang omega dan omega lemah dihadapan feromon seorang alpha.
Mark lalu keluar dari kamar Haechan dan membuat semua pelayan yang menunggunya terlihat menatap penasaran ke kaisar mereka, mereka berpikir apakah kaisar mereka sudah bertindak kasar pada permaisurinya.
"Jeno siapkan arena pertarungan." perintah Mark.
"Baik Yang Mulia." tanya banyak bertanya Jeno langsung melaksanakan perintahnya meskipun hatinya sangat penasaran untuk apa pria itu tiba-tiba keluar dari kamar permaisurinya dan meminta untuk disiapkan area pertarungan.
Jaemin sudah masuk ke dalam dan begitu terkejut mendengar permintaan tuannya untuk menyiapkan pakaian yang cocok untuk berperang, "Yang Mulia, akan berperang dengan siapa? Yang Mulia Kaisar Mark tidak akan membiarkan Yang Mulia untuk bertarung."
"Benarkah? Justru dia yang menyuruhku untuk bertarung Jaemin, dia sangat kurang ajar bukan." keluh Haechan.
Tapi Jaemin hanya diam dengan menundukkan kepalanya, mana berani mengangguki ataupun setuju dengan permaisurinya meskipun dia setuju kaisar sangat kurang ajar hingga mengurung permaisurinya sendirian sampai dia berubah sedikit gila dan jika dia berani mengumpati juga, bisa-bisa dia dihukum gantung jika ada yang mendengarnya, dia juga sedikit bingung mengapa permaisurinya itu sangat berani untuk mengumpati kaisarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Emperor
FanfictionHaechan hanyalah seorang pemuda biasa yang bekerja di toko bunga, seseorang yang keras kepala, sedikit bar-bar dan baik hati, tanpa sengaja hari itu dia meninggal karena luka tusukan seseorang yang akan merampok tokonya. Bukannya berada di alam kem...