Berinteraksi langsung dengan Penulisnya di Instagram yuk, karna DM Wattpad jarang terbaca, mending langsung ke Instagram saja
@widyaarrahma20_"Raisaaaaaaaaaa" sambut Arzan kegirangan menatap keponakannya itu datang
Yang disambut pun tak kalah exited menggerakkan kaki dan tangannya dalam gendongan Ummanya
Arzan langsung menggendong keponakan kesayangannya itu yang sudah berusia 5 bulan
Badannya gembul, pipinya seperti squisy, wajahnya yang bulat membuat dirinya seperti bukan bayi melainkan boneka
"Gemes banget siii ih Ami gak kuaaat pengen gigit" gemas Arzan
"Calon manten auranya beda yah mas" ucap Hilya pada suaminya
"Iya, kalo kata Jid Auranya Padang Njindrang"
(Padang Njindrang = Berkilau)
Ketiganya duduk diruang tamu tak lama Gus Hamdan dan sang istri datang ikut duduk bersama mereka sedangkan yang lain sedang sibuk dengan kegiatannya
Begitupun Zidqi, sedang sibuk dengan fans fansnya di tiktok
"Gimana Ba, Anak Baba sekarang udah punya pasangan semua" ucap Hilya menyandarkan badannya di badan Babanya
"Alhamdulillah, baba Ayem mba" jawab Gus Hamdan mengusap lengan putrinya
"Umik sama Abi kapan kesini Rai ?" Tanya Ning Adhifa
"Malam Bun, soalnya hari ini ada kepulangan dari Lebanon"
"Alhamdulillah kalau memang sudah pada pulang, semoga bisa memecah celengan rindu keluarganya"
"Iya bun"
"Mba udah punya anak masih aja manja sama Baba" ucap Arzan
"Ya kalo mba manja sama mas Raidan ntar kamu protes"
"Gak malu sama mas begitu, manja sama babanya"
"Engga, mas aja gak masalah yah mas"
Raidan hanya tersenyum melihatnya, ini sudah hal lumrah baginya
Sementara di lahan kosong didekat peternakan pesantren yang dikelola warga lokal, kang Abror sedang duduk dengan tatapan kosong disalah satu batu sembari menunggu Kang Ndalem mengambil kambing satu persatu untuk di potong
"Sainganku ternyata Gus Arzan to ? Ya jelas aku kalah Hil, dilihat dari sisi manapun aku kalah Hil" lirihnya sembari menghisap rokoknya
Pagi tadi setelah tau siapa istri Gus Arzan, tatapan Kang Abror menjadi kosong, hatinya mencelos, aura wajahnya seakan tak bersemangat
Dia tak pamit pada sang istri, dia langsung keluar rumah mengendarai motornya menuju tempat yang sekarang dia dudukki
Tempat favoritnya untuk menggalau
Tepatnya diatas Ma'had Aly
(Bukan diatas genteng ygy memang jalurnya pegunungan jadi menanjak)
"Benar kata Gus Malik, Calon suamimu seorang Hafidz, bukan santri tapi masih keluarga Pesantren tapi aku ndak ekspek kalau dia adalah Gus Arzan, Putra Gus Hamdan yang sudah terkenal bijaksana. Memang kamu lebih pantas bersamanya Hil" lanjutnya
Kang Abror menatap lesu kambing kambing yang sedang asyik memakan rumputnya
Tak lama 2 orang kang Ndalem menghampirinya untuk mengambil 2 ekor kambing
Kang Abror segera mengeluarkannya dan mencatatnya agar nanti bisa untuk laporan ke Gus Fajrin
Lalu kembali duduk disana, membuka hpnya membalas pesan istrinya yang menanyakan keberadaannya
Perlahan walaupun sulit dia berusaha menerima dan membuka hati untuk sang istri
Perlakuan baik sang istri, pelayanan santun untuknya membuatnya tersadar bahwa Veni lah yang ditulis di Lauhul Mahfudz untuknya
Bukan Hilda
"Kemarin kamu liat aku ijab qobul dalam keadaan tenang, besok aku liat kamu diijab qobul apa aku bisa setenang kamu Hil ? Tenangnya kamu karna kamu memang gak ada rasa untukku, tapi berbeda denganku Hil, aku gak tau harus berekspresi apa besok"
Helaan nafas berat terdengar disana
Panas terik mulai menyengat kulitnya, Kang Abror bangun dari duduknya, mulai menghitung jumlah kambing dan mrlaporkan pada warga yang mengelola dan sedang mengarit disana
Kang Abror memilih pulang karna kepalanya sedikit pusing namun ditengah jalan dia bertemu dengan sang istri yang sedang menggunakan motor jadilah dia memboncengnya hingga sampai rumah
Banyak mata menatap kedua pasang pengantin yang tak begitu lama itu
Sampai di rumah, Kang Abror memarkirkan motornya lalu masuk ke rumah, merebahkan badannya di kamar karna kepalanya sedikit berdenyut
"Kenapa mas ?" Tanya Veni
"Gapapa, pusing karna panas tadi dikandang kambing"
"Oh ya udah istirahat dulu nggeh, aku tak masak dulu"
"Masak di Ndalem ?"
"Disini mas, aku tugasnya besok"
"Oh ya sudah"
Veni mengangguk lalu keluar kamar menuju dapur, didekat dapur tepatnya diruang keluarga, diatas tv terdapat foto pernikahannya bersama sang suami
Senyumnya mengembang melihat sang suami mulai menerimanya, mulai mau bersentuhan dengannya tanpa canggung
Nama Hilda sudah jarang terdengar olehnya apalagi besok wanita itu akan menikah
Suaminya pasti akan lebih mudah melupakannya
***************************
Siang ini Hilda melakukan Simakkan Quran yang
Disimak oleh para bu nyai dan santri putri lainnya di Aula UtamaWalaupun begitu suaranya dapat terdengar hingga gedung pernikahannya jadi banyak juga santri putra di masjid yg ikut menyimak
Orang tua Hilda pun sudah datang dan ikut menyimak hafalan putrinya
Banyak santri yang menatap kagum pada Hilda yang siang ini dirias cantik dengan balut gamis Cream
Dia duduk ditengah, disisi kanannya ada sang ibu sedangkan sisi kirinya ada sang calon mertua
Simakkan dilakukan persis setelah sholat Dzuhur
Santri tak hanya menyimak di aula, ada juga yang ikut menyimak dikamarnya, diteras kamarnya maupun di musholah timur karna Aula tak akan muat jika semua santri putri ada disana semua
Hingga juz 15 selesai Hilda mengakhiri bacaannya lalu ditutup doa oleh Ning Adhifa
Dan malamnya di lanjut oleh Arzan yang disimak oleh para kyai, dan semua santri putra dan putri
Selain santri yang menyimak hafalan gus nya, Para Ndalem dan pengurus serta Ustadzah sedang sibuk menyiapkan masakan untuk makanan setelah simakkan dan menyiapkan untuk besok
Semua turut andil dalam hari bahagia seorang Gus Prawira Ravindra Arzanka Ali Arrasyid itu
KAMU SEDANG MEMBACA
HALLO DOK !
Teen Fiction"Maaf membuatmu menunggu, saya kira kamu tidak menunggu saya, saya kira bukan saya yang kamu inginkan" ~ Mahagra Raidan Arsyanendra Zafia Jabbar Wiratama Squale Gus Perwira & Hallo Ning