22. First Date

465 56 47
                                    

Setelah baca beberapa story woohye versi wattpad, kerasa kayaknya punyaku ini yang alurnya lambat dan terlalu santai. Mungkin ada beberapa subeom mau genre yang lebih adult lagi, tapi jujur aku gak bisa nulisnya.

Kalau aku yang nulis rasanya aneh karena pas dibaca ulang jadinya cringe. Genre yang mau aku sampaikan disini sebenarnya lebih ke Cinta yang romantis tapi bukan yang adult. Mau membangun chemistry layaknya Lovely Runner yang lovey dovey ala manis-manis gitu. Dan masuk ke step mereka pacaran itu tantangannya lebih bikin deg-degan takutnya boring. Karena pengalaman nonton drama pas udah jadian aku udah skip, tapi kecuali Lovely Runne spesial ep11 favoritku banget.

****

Dengan pemikiran matang, Warren sudah memantapkan pilihannya karena baginya untuk mencari tahu lebih dekat maka dia harus berada di tempat yang bisa memungkinkan bisa menemukan jawaban lebih cepat dan lebih tepat.

Untuk itulah sekarang Warren berkunjung ke kantor Papanya.

"Selamat siang, apa Pak Pandu ada ditempat?" Warren sebenarnya bisa saja langsung masuk tapi dia harus memastikan dulu apakah Papanya ada disini atau tidak.

"Siang Pak Warren, Pak Pandu sekarang sedang menerima tamu penting. Apa saya informasikan kedatangan Pak Warren sekarang atau mau menunggu?" Resepsionist kantor Papanya sedikit lagi mengangkat telfon tapi langsung dihentikan Warren.

"Tidak usah, saya tunggu saja diatas. Terima kasih" Warren pun segera naik keruangan Papanya dan akan menunggu diatas saja.

Bunyi denting lift menandakan lantai yang dituju Warren sudah sampai, namun saat keluar kebingungan kini menghinggapi benaknya, karena pengawal yang biasanya ada dirumah Sabian kini berada didepan ruangan Papanya.

"Apa om Surya tamu penting Papa? Tapi siapa lagi, tidak mungkin Sabian menggunakan pengawalan seperti ini" Dan benar saja tak lama langkah kakinya mendekat kearah pintu ruangan Papanya, tiba-tiba saja pintu terbuka dan keluarlah Om Surya yang diantar Papanya sampai depan pintu.

"Wah kebetulan, ada apa nih Warren tumben berkunjung kesini? Padahal Papamu baru saja ngomongin kalau anak laki-lakinya masih belum mau ngambil alih perusahaan" Om Pandu langsung bergegas memeluk akrab Warren dan dibalasnya dengan canggung karena tidak tahu mau jawab apa.

"Ha-ha, iya Om masih butuh banyak belajar dulu baru bisa mengambil alih jabatan Papa. Ilmuku masih belum sanggup mengemban jabatan itu" Warren menjawab sekenanya dan dibalas dengan senyuman dan nasehat singkat sebelum Om Pandu dan pengawalnya berlalu meninggalkan mereka, Warren dan Ayahnya.

"Ada apa ini, tumben datang kekantor Papa. Pasti ada sesuatu kan?" Pandu ayah Warren kini duduk dikursinya dan menatap anak laki-lakinya yang masih berdiri dan sesekali melihat keliling ruangannya. Meskipun heran tapi Pandu membiarkan karena semua ini sekarang atau nanti pasti akan dimiliki Warren.

"Pa, kalau seumpama Warren bekerja disini. Warren mau jadi Assisten Papa dulu sekalian belajar dan melihat cara kerja perusahaan ini. Tahukan selama ini Warren cuma dapat ilmunya saja prakteknya belum pernah" Warren kini menghentikan langkahnya dan kini sudah duduk didepan kursi Papanya yang terpisah meja kerja.

Pandu kaget karena ada gerangan apa sampai-sampai Warren dengan sukarela datang sendiri menawarakan diri bekerja disini meskipun jauh dari kemauannya yaitu menggantikan posisi Direktur Utamanya tapi sepertinya Pandu paham karena memang Warren masih butuh banyak belajar.

"Wah kemajuan pesat tapi Papa hargai keputusanmu. Sebelum pencalonan nanti yang masih ada waktu setahun dari sekarang, Papa masih bisa mengajarkan kamu mengelola perusahaan" Pandu setuju dan senang karena kemauan Warren sudah sepesat ini entah mimpi apa anaknya ini.

RAIN FROM HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang