18 | Menginap

291 20 9
                                    

Saat jam menunjukkan pukul 11 malam, Ping merasa resah. Ia sudah memutuskan untuk berbaring dan beristirahat, tetapi pikirannya masih tertuju pada situasi yang tidak sesuai rencana. Ping mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan memainkan ponselnya, tetapi tidak bisa menahan rasa kesalnya yang terus mengganggu pikirannya.

"Kamu kenapa?" tanya Meen.

"Kok jadi lu yang tidur di rumah gue? Kan tadi lu janji buat pulang ke rumah gue trus izin sama bunda?" gerutu Ping.

"Emang apa bedanya?"

"Bedalllaah..."

"Bedanya?"

Ping terdiam tak memberikan jawaban, sebenarnya dia hanya melarikan diri tapi tak ada alasan yang jelas untuk hal itu. Tapi rasanya kesal saja. Pingmerubah posisi tidurnya, kini membelakangi Meen dan menatap keluar jendela.

Meen hanya tersenyum, Meen yang sangat peduli pada Ping, menyadari betapa jauh jarak yang tercipta di antara mereka. Meen merasa hatinya bergetar melihat Ping yang tampak begitu kesal dan terasing. Dengan hati-hati, Meen mendekati Ping dari belakang.

Meen duduk di samping Ping di tempat tidur, dan perlahan-lahan memeluk Ping dari belakang. Tangannya yang lembut menyentuh rambut Ping, dan ia mulai mengelusnya dengan lembut. Meen merasa setiap helai rambut Ping dalam genggamannya.

Ping awalnya merasa kaget dan sedikit canggung, tetapi seiring dengan lembutnya sentuhan Meen, rasa kesalnya perlahan-lahan menghilang. Perlahan, Ping merasa hangat dan nyaman, dan napasnya mulai menjadi lebih teratur. Meski semula ia merasa enggan, namun kehadiran Meen dan kelembutannya membuat hati Ping perlahan-lahan meleleh.

Meen terus mengelus rambut Ping, dan dalam diam, ia berkata dengan lembut, "Aku minta maaf jika aku bikin kamu kesal."

"Bilang aja kalau gue gak boleh nginep di rumah lu!"

"Kok gitu sih ngomongnya? Ping denger ya... Kamu sendiri tau kondiis kamu sekarang gimana, aklau dipikir-pikir lebih aman disini kan? Kalau ada apa-apa ada bunda. Coba kalau kamu jadi nginep di rumah aku, trus ada hal yang buruk terjadi, gimana?"

"Emang hal buruk apa yang bakal terjadi?"

"Huh? Eummm ya apapun itu... Lagian sama aja kan? Ada aku juga disini."

Ping terdiam cukup lama... 

"Ya udah lepasin, ini ngapain lu peluk gue segala? Katanya takut ada hal buruk yang terjadi?"

"Huh? O-oh ya udah nih aku lepasin, biasanya kamu kalau lagi resah gini sukanya..."

"Apah?"

"Nggak," Meen perlahan melepaskan pelukannya dan bergeser memberi sedikit jarak diantara mereka. "Udah nih dilepas."

"Kok beneran dilepas sih?"

"Lah gimana? Katanya lepas?"

"Nanti kalau gue gak bisa tidur gimana?"

"Huh?"

"Bodo aahh, mau tidur aja."

"Jadi iya apa nggak?"

"Iya..."

Teman kecilnya itu selalu berhasil bertingkah lucu dan membuat Meen tersenyum puas.

"Peluk lagi nih?"

"Jangan nanya bisa nggak?"

"Ya udah iya, kamunya sinian, kalau terlalu kesamping gitu, nanti kamu jatuh gimana? Kayak yang tidurnya diem aja." jahil Meen.

Meen membuka lebar kedua tangannya memberi ruang supaya tubuh Ping bisa masuk kedalam pelukannya dengan nyaman. Ping dengan perlahan bergeser dan mendekapkan tubuhnya, memendam wajahnya pada dada Meen yang lebar dan kokoh itu tanpa ragu sedikitpun.

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang