RIINGGGGGG
Sore itu, bell sekolah berbunyi nyaring, menandakan bahwa waktu pulang telah tiba. Suara itu biasa mengantar siswa-siswa keluar dari kelas dengan riang, tetapi tidak untuk Ping. Dia duduk di kursinya, memandangi tasnya yang tergeletak di lantai dengan pandangan kosong. Tenaga seakan menghilang dari tubuhnya, dan rasanya seperti ada beban berat yang mengikatnya di kursi itu.
Ping mencoba mengumpulkan kekuatan, tetapi setiap kali ia bergerak, rasa lemas di tubuhnya semakin menjadi-jadi. Ia meraih ponselnya dengan tangan yang gemetar, berusaha menghubungi Meen, teman kecilnya yang biasanya selalu ada dalam setiap situasi. Namun, sialnya panggilannya tidak pernah tersambung. Ketidakmampuan untuk menghubungi Meen hanya menambah kepanikan di dalam dirinya.
"Hey Ping lu baik-baik aja?" tanya salah seorang teman kelasnya.
"Gue baik-baik aja, pusing doang." jawab Ping dengan nada lemas.
"Pantesan lu dari tadi tidur di kelas, mau gue nater ke UKS?"
"Nggak usah Chaka..."
"Atau mau gue panggil si Meen?"
"Ah nggak usah deh, gue gak papa, gue paling tidur bentaran aja di kelas, nanti juga mendingan."
"Yakin?" tanya temannya yang bernama Chaka itu, Ping hanya mengangguk lemas.
"Oke deh kalau gitu gue balik duluan ya." Chaka pun mengambil tasnya "Ini ada air, baru gue beli belum gue buka, kalau lu haus minum aja. Gue duluan."
"Thanks Chak."
Chaka pun perlahan jalan menjauh dan sudha tak terlihat punggungnya yang menghilang tertutup tembok kelas.
Akhirnya, dengan napas yang tersengal-sengal, Ping menarik napas dalam-dalam dan mencoba sekali lagi untuk berdiri. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha keras melawan rasa lelah yang menyelimutinya. Pelan-pelan, ia mengangkat tubuhnya dari kursi, dan meskipun kaki-kakinya terasa goyang, ia melangkah keluar dari kelas dengan penuh kehati-hatian.
Sampai di luar, Ping merasakan udara sore yang sejuk menyapu wajahnya, namun rasa cemas masih menghantuinya. Ia memutuskan untuk berjalan menuju tempat di mana Meen biasanya menunggunya setelah sekolah. Mungkin Meen sudah menunggu di sana, dan bersama-sama mereka bisa menemukan solusi untuk apa pun yang terjadi.
Tanpa dia sadari, seseorang mengamati dari kejauhan. Sesaat kemudian, Ping merasa tangan yang tidak dikenal meraih lengannya dengan lembut, dan dunia sekelilingnya tiba-tiba terasa berputar. Sebelum ia sempat berteriak atau bereaksi, semuanya menjadi gelap. Ping merasa dirinya terangkat dan dibawa pergi oleh orang yang tak dikenalnya.
Sementara itu, Meen yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai ketua OSIS bersama Vina skeretaris OSIS pun merapihkan barang-barang mereka dan bersiap untuk pulang. Tanpa disadari handphone miliknya mati kehabisan batre. Sembari merapihkan ruangan OSIS, Meen mengisi daya handphonenya. Setengah jam berlalu, Meen mengecek ada 5x panggilan tak terjawab dari Ping. Adaa apa, tumben sekali, fikir Meen.
Vina yang menyadari hal tersebut pun menepuk pundak Meen "Ada apa kak?"
"Vin, aku duluan ya, aku lupa ngabarin si Ping kalau hari ini kita sibuk di OSIS, akyaknya dia udah nungguin aku dari tadi di depan."
"Ah oke deh, biar sisanya sama aku aja kak."
"Oke Vin, thanks ya."
Meen pun berlari ke tempat dimana biasanya Ping menunggunya untuk pulang bersama, namun hari itu Ping tidak ada disana. Meen berlari disekeliling gedung sekolah tapi tidak ada Ping disetiap sudutnya. Tanpa sengaja Meen menabrak Chaka teman kelas Ping.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDHOOD | MEENPING
FanfictionTadinya disini tuh ada deskripsi tapi gak tau dah yee kayak udeh baca aja lah yaaa... Happy reading aja dari saya. Don't forget to leave your sign, give love to meenping if you like my story woof yuuu 🐼🐺