10 | Demam?

471 22 11
                                    


Ditengah latihannya Meen merasa ada yang hilang, dia meminta waktu istirahat sebentar. Dilihat sekelilingnya bahwa tidak ada Ping disana, tidak ada Ping yang tengah terduduk menahan rasa kantuk seperti biasanya.

Meen menghampiri Sam yang sedang merapihkan beberapa properti bersama yang lainnya.

"Sam, lu liat Ping kemana gak?"

"Ohh, dia bilang, dia balik ke klubnya. Besok kan kita udah mulai open house, dia mau bantu yang lain dari pada disini nggak ngapa-ngapain." Jelas Sam sembari tangan dan matanya tetap fokus pada tumpukan kertas karton itu.

"Um, Sam gua latihan udah sampe sini aja ya. Gua yakin besok bisa maksimal."

"Gak semangat ya lu, karena gak ada si Ping disini?"

"Biasa aja sih."

"Elleh, eh Meen lu sebenernya ada apa sih sama dia? Lu suka sama dia?"

"Kenapa?!"

"Tanya doang! Gak usah melotot. Gua kurus gak enak kalau dimakan."

"Apaan sii lu?"

"Ya udah gih pergi. Thanks buat kerja keras Lo. Semoga besok lancar ya. Lo balik aja, gak usah balik lagi kesini, Lo juga harus istirahat udah malem nih jam 9."

Meen hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan ruangan dan berlari menemui Ping disana.

Meen melihat Ping yang tengah sibuk merapihkan properti milik clubnya. Meen menghampiri Ping dan membantunya untuk memasukan beberapa barang.

"Meen, ko lu ada disini?"

"Kenapa memangnya? Aku gak boleh disini?"

"Kamu kan harusnya latihan sama Kak Luna, bukannya kalian belum sempat latihan hingga ke adegan ciuman? cup cup pasti mesra sekali bukan?"

"Kamu cemburu?"

"Biasa aja."

"O..ke.. aku kesini karena kamu gak ada disana, males."

"Alesan."

Ditengah perbincangan Meen dan Ping seketika hujan turun lebat dengan tiba-tiba tak memberi aba-aba. Semua orang berlarian kesana kemari sembari menyelamatkan properti-properti mereka agar tidak kena basah.

Meen dan Ping kini sudah berada diruangan klub memasak dengan baju mereka yang basah. Melihat bahwa Ping mengenakan baju yang cukup tipis yang memperlihatkan lekuk tubuh putihnya itu Meen merasa sedikit tidak nyaman, wajahnya memerah. Ping mulai menggigil karena basah kuyup oleh air hujan yang tumpah dari langit. "Ping, pakaianmu basah. Pakai jaketku saja," ucap Meen dengan nada khawatir.

"Yaaaa lihatlah siapa yang seharusnya lu perhatiin. Muka lu merah tau. Demam lu langsung?"

"Ah nggak biasa aja, gerah ini."

"Diihh kocak."

"Udah pake aja, nanti kalau kamu demam besok malah gak jadi."

"Yeuuu ngaca, iya iya deh. Makasih."

----------

Ping terbangun dengan perasaan tidak enak. Tubuhnya terasa berat dan kepala terasa pusing, tetapi dia tahu dia harus tetap pergi ke kampus. Hari itu adalah hari penting karena Open House yang sudah lama dipersiapkan. Ping mengusap wajahnya, mencoba menghilangkan rasa pusing yang mengganggunya. Meskipun begitu, dia memutuskan untuk tetap berusaha bangkit.

Setelah mandi Ping menuruni tangga unutk ke dpaur berniat untuk mencari obat penurun panas atau obat yang bisa membantunya meredakan rasa pusing di kepalanya.

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang