Pandangan Ping kabur saat Ping perlahan-lahan membuka mata. Suasana gelap dan dingin menyelimuti sekitar. Ping merasa pusing, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun, pikirannya kosong.
"Apa yang terjadi?" gumamnya pelan, mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan yang menyelimuti tempat ini. Ping bangkit dari tempat tidur yang terasa asing, menelusuri ruangan yang tampaknya tidak dikenal. Dinding terbuat dari batu dengan lentera-lentera bercahaya redup tergantung di sana-sini bernuansa hitam putih.
Di sudut ruangan, Ping menemukan seorang pria berbalut kaos putih dengan celana hitamnya duduk sembari memainkan handphonenya.
"Apa ini tempat apa? Kok gue bisa ada disini?" kata Ping dengan suara gemetar.
Pria itu, Max tersenyum menyebalkan, "Lo akhirnya bangun juga, eh manis. Lo tuh semalem mabuk, trus ditinggal sama temen lo, ya udah gua bawa kesini, masa iya mau gua tinggalin lu juga di resto."
"Lo siapa?" Tanya Ping dengan dahi mengkerut.
"Ck lo lupa? Gua Maxy, senior lo!"
"Ahhh kak Max, soorryy gak inget."
Max hanya berdecak kesal mendengar kalimat itu, apa-apaan udah dia seenaknya, gak tau malu, lupa lagi siapa yang nolongin dia pas semua orang ninggalin.
"Aahh, kok pinggang Ping rasanya gak karuan? Semalem?" Ping menatap Max dengan tatapan sendu, takut, takut jika itu benar-benar terjadi.
Max bangun dari duduknya, berjalan menghampiri Ping yang masih terdiam duduk di atas tempat tidur. "Masa lo lupa?" Ucap Max, sembari mengelus lembut dagu manis itu.
Ping menggelengkan kepala, mencoba merasakan bagaimana situasi ini bisa terjadi. "Jadi..."
"Ntah lah fikirlah sendiri."
"Kak, trus itu disudut bibir kakak kenapa?"
"Lah ini lo kocak, gara-gara Lo bibir gua lecet."
Haaahhh, bagaimana ini, apa yang terjadi semalam, ayolah Ping cepat berfikir. Ahhh kau ini, bisa-bisanya melupakan hal yang penting. Ribuan pertanyaan mengisi kepalanya. Hingga akhirnya. Tersadarkan dengan suara dering ponsel miliknya.
"Hp?"
"Hp lo mati, gua cas, baikkan gua?"
Tanpa menjawab kalimat Max, Ping melihat siapa yang meneleponnya di pagi hari, di pagi dengan situasi kacau seperti ini.
'Bunda' memanggil. Tanpa basa basi Ping segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo Bun?"
"Ping, kamu kok gak pulang? Udah jam 7 ini loh? Meen bilang kamu ada acara sama temen masak-masak mu itu? Ko tumben sampe menginap? Gak bilang bunda lagi, bunda khawatir."
"Aahh maaf bunda hp Ping mati, ini baru dicas. Maaf Bun, lupa ngabarin."
"Ya udah yang penting kamu baik-baik aja, Bunda cuman khawatir, soalnya kamu gak bawa obatmu, lupa?"
Ahhh sialan, gerutu Ping, dia benar-benar lupa soal obat itu. Kini bertambah lagi pertanyaan yang memenuhi otaknya. Semalam ketauan gak ya kalau gua omega? Semalam gua gak aneh-aneh kan ya? Tapi kok pinggang gua sakit banget.
"Heh, Bunda tanya kok gak dijawab?"
"Eehh aman ko Bun, tenang."
"Ya udah ceoet pulang keburu Meen ke rumah ntar dia lebih galak dari Bunda, kalau tau kamu semalam gak pulang."
"Eh iya Bun, ini juga Ping udah mau pulang."
"Ya udah hati-hati kamu."
Panggilan pun terputus.
![](https://img.wattpad.com/cover/370710020-288-k988151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDHOOD | MEENPING
FanfictionTadinya disini tuh ada deskripsi tapi gak tau dah yee kayak udeh baca aja lah yaaa... Happy reading aja dari saya. Don't forget to leave your sign, give love to meenping if you like my story woof yuuu 🐼🐺