12 | 🔞🔞

565 20 5
                                    


Ping memberikan kecupan demi kecupan meninggalkan tanda kemerahan disana. Ping menyukai hal ini.

"Ughh..hh Ping, hentikan." lenguh Meen.

"Apakah kamu tidak suka?"

Melihat reaksi Ping, Meen menelan ludahnya kasar, bagaimana bisa teman kecilnya menjadi seagresif sini ketika heat? Apa semua omega seperti ini?

"Meen.. Panas.. kumohon sentuh aku..Apakah kamu tidak mau mebantu Ping?" Kata Ping ketika ida mulai membuka sendiri bajunya.

Meen pun menghampirinya dan membantunya.

"Biarkan aku yang melakukannya."

Meen tidak bisa mengontrol dirinya untuk hal kecil ini, dia mencium Ping ketika dia melepaskan pakaian si omega.

Meen tiba-tiba memperdalam ciuman mereka dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ping dan membuat Ping mendesah karena mendapat terlalu banyak sensasi.

"Meen.. Kumohon.."' Ping meraih tangan Meen dan kemudian menciumi telapak tangan sang alpha. Meen merasa panas hanya karena melihat bagaimana Ping menciumi tangannya secara menggoda.

"I swear to God, Ping. Aku mohon kamu untuk berhenti atau aku tidak akan bisa mengontrol diriku lagi."

"Aku tidak memintamu untuk menahannya, kamu tidak perlu menahannya." Dari menciumi tangan Meen, Ping mulai mengulum jari telunjuk Meen dan matanya setia menatap teman kecilnya itu.

Ping menggigit bibirnya, badannya mulai panas dingin. Celananya kini amat sempit. Dan basah. Gundukannya pasti terlihat jelas dari luar. Didengarnya bunyi getaran yang teredam. Spontan matanya melirik ke bawah. "Meen~"

Meen, yang biasanya memiliki kontrol sempurna atas naluri Alpha-nya, mendapati dirinya menjadi sasarannya sekarang.

Tangan kirinya bertumpu pada pinggul Ping lalu menyimpang dengan lembut pada perut Ping, Meen sudah bisa merasakan bagaimana otot-otot perut Ping menegang di bawah sentuhan jari-jarinya, Meen tersenyum, sebuah senyuman binatang.

Meen kemudian menurunkan tangannya sedikit lagi, mengincar area diantara paha Ping dan pada saat yang sama, dia mendekatkan wajahnya ke leher Ping.

Tubuh Ping menegang di tangan Meen, Ping menginginkannya, lebih dari apapun yang Ping inginkan, Ping membutuhkannya. Bukan karena rasa panasnya yang baru saja dimulai, tidak, rasa panasnya hanya memperburuk apa yang telah dia rasakan terhadap Meen.

"Bolehkah aku.."

"Lakukan sesukamu Meen..."

Nafasnya menjadi semakin memburu ketika ia merasakan penis Meen yang keras menekan pantatnya, bibir Meen yang bertopeng membelai bagian belakang lehernya dan tangan Meen menyusup masuk ke balik celana pendeknya untuk mencapai miliknya yang sudah basah. Jari-jari Meen bergerak di antara kelopak matanya yang lembab. Ping mendengar Meen menggeram setuju dan saat berikutnya Meen mendorong sebuah jari ke dalam kehangatannya Ping.

"aaah Meen..." Ping mengerang saat dia melengkung kembali ke dalam pelukan Meen, membutuhkan lebih banyak, lebih banyak lagi, ia ingin Meen memasukinya. Meen membalik tubuh Ping hingga kini wajah Meen berhadapan dengan dada Ping.

Ping meraih satu tangan Meen dan mengarahkannya ke dadanya. Dia ingin Meen mengerjai dadanya juga. Meen tersenyum. Tidak hanya satu, kini kedua tangan Meen meremas-remas dada Ping dengan keras. Meen juga mencubit dan menarik-narik nipple Ping yang masih dibungkus oleh pakaiannya itu hingga Ping mengerang keras karena ngilu.
"Ouhhh...Meennnhhh~ Akh...Aku..."

Ping menggigit bibirnya. Dia merasa dia akan keluar. Tubuhnya yang semakin sensitif membuat dirinya tidak bisa menahan klimaksnya.

"Nngh ~ Meennhhh~"

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang