Suasana perpustakaan kota yang tenang cocok untuk menjadi tempat mengerjakan tumpukan tugas. Dia duduk di salah satu meja yang dekat jendela, memandangi halaman-halaman buku yang terbuka di depan mereka. Kak Max duduk di seberangnya, serius mencatat poin-poin penting untuk tugas yang mereka kerjakan.
"Gimana, Ping? Sudah dapat ide untuk bab ini?" tanya Kak Max, sambil mengamati catatan Ping.
"Sebentar, gue lagi coba mengaitkan antara teori yang ini dengan praktik di lapangan. Mungkin kita bisa ambil contoh dari pengalaman kita?" Ping menjawab sambil berpikir keras.
Saat mereka sibuk dengan tugas, tiba-tiba ponsel Ping bergetar di atas meja. Dia melihat layar dan melihat nama Sam. Ping mengangkat telepon dengan penasaran.
"Halo, Sam! Kenapa lu?" ucap Ping.
"Eh, Ping! Kenapa belakangan ini gue jarang lihat lu dan Meen bareng? Ada apa di antara kalian?" Sam bertanya.
Ping menatap Kak Max sejenak, lalu beralih kembali ke telepon. "Hmm, sebenarnya gue sama si Meen lagi ada sedikit masalah. Kita sempat bertengkar beberapa waktu lalu."
"Bertengkar? Kenapa?" Sam mengeluh, terdengar prihatin. "Kalian kan biasanya kayak oreo nempel banget."
"Gak tahu, gue juga bingung, lagian tu orang posesif banget, apa-apa ditanyain." jelas Ping
Sam terdiam sejenak. "Ping lu tau kan si Meen cuman khawatir sama lu? Apalagi semnejak insiden terakhir? Yang dimana sekranag hampir seisi kampus tau lu omega. Apa kagak makin khawatir tu bocah?"
"Ung, lu bener sih. Tapi gue..."
"Gini Ping, gue gak tau alesan pasti lu kenapa ngehindar tu anak. Cuman sedih aja gue liat mukanya Meen yang biasanya garang bersinar, udah beberapa hari ini lemah letih lesu lunglai. Kesian banget..."
"Yaelah capek latihan itu dia."
"Yeu ni bocah kalau dikasih tau. Nih ya Ping gue sebagai temenlu, hanya menyarankan, mending lu ngobrol deh dari pada kabur-kaburan. Meen gak pernah marah sama lu, dia selalu mengiyakan apa yang lu mau, tapi ya dia tetep mantau sih, ya tapi emang baik buat lu kan?"
Ping terdiam mendengar tuturan fakta dari Sam.
"Iya, iya nanti gue ngobrol sama si Meen."
"Yuk, semangat! Jangan biarkan masalah ini mengganggu kalian, gue sedih liatnya" Sam memberi semangat. "Kalau butuh bantuan, bilang aja ya."
"Terima kasih, Sam. Aku sangat menghargai ini," Ping mengucapkan rasa terima kasihnya sebelum menutup telepon.
Setelah menaruh ponsel, Ping menatap Kak Max, yang masih serius dengan tugasnya. "Kak balik yuk!"
"Kan kata gue juga.."
"Apaan?"
"Ya udah ayo balik, ini masih minggu depan, aman, ntar gue rapihin."
"Bener nih?"
"Gak janji..."
Ping memutar bola matanya kasar.
----------
Sesampainya di rumah, Ping melangkah masuk dan langsung merasakan kehangatan dari rumahnya. Dia mengingatkan diri untuk segera menghubungi Meen setelah ini. Namun, saat dia baru saja menutup pintu, bunda menyambutnya.
"Ping, kamu sudah pulang. Meen sudah nunggu di kamarmu dari tadi," bunda Ping memberi tahu.
Ping merasa terkejut. "Oh, Meen? Dia di sini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/370710020-288-k988151.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDHOOD | MEENPING
FanfictionTadinya disini tuh ada deskripsi tapi gak tau dah yee kayak udeh baca aja lah yaaa... Happy reading aja dari saya. Don't forget to leave your sign, give love to meenping if you like my story woof yuuu 🐼🐺