15 | Pengantin Baru

369 22 4
                                    

Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara bukit-bukit hijau, Ping dan Meen berjalan santai di jalur setapak yang dikelilingi ladang padi dan kebun sayur. Sore itu, matahari bersinar lembut, menambahkan nuansa keemasan pada pemandangan yang memukau.

"seger banget kan ya Meen," kata Ping dengan ceria. "coba aja kita bisa jalan-jalan kayak gini tiap hari, kagak usah mikirin macetnya Jakarta."

Meen tersenyum, "kamu benar."

Mereka terus melangkah sambil mengagumi pemandangan sekitar ketika mereka melihat seorang wanita paruh baya yang sedang merawat kebun bunga di halaman depan rumahnya. Wanita itu mengenakan pakaian sederhana dan topi jerami yang melindunginya dari terik matahari.

Wanita itu melihat mereka mendekat dan tersenyum hangat. "Selamat sore! Kalian datang dari mana?"

"Selamat sore, Bu," jawab Ping. "Kami hanya sedang berjalan-jalan dan menikmati pemandangan."

"Oh, betapa indahnya! Kalian tampaknya sangat bahagia. Pasti pengantin baru ya?" wanita itu bertanya dengan penuh antusiasme.

Ping dan Meen saling berpandangan dengan bingung. "Pengantin baru?" tanya Meen dengan nada heran.

"Ya, ya!" wanita itu menjelaskan dengan ceria. "Kalian terlihat seperti pasangan yang baru menikah. Mungkin karena senyummu yang berseri-seri!"

Ping tertawa. "Oh tidak, Bu. Kami hanya teman baik yang kebetulan ada disini. Kami belum menikah."

Wanita itu tampak terkejut, lalu tertawa. "Ah, maafkan ibu jika salah menilai. Tapi memang kalian memiliki aura kebahagiaan yang membuat ibu berpikir seperti itu."

Meen tertawa lembut. "Tidak apa-apa, Bu. Kami justru merasa terhibur. Terima kasih."

Wanita itu mengundang mereka masuk ke rumahnya yang sederhana namun nyaman. Di dalam, mereka disajikan teh hangat dan beberapa kue tradisional. Sambil duduk di meja makan yang dikelilingi oleh tanaman hias, wanita itu bercerita tentang kehidupan di desa, kegiatan sehari-hari, dan kisah-kisah lucu dari masa lalu.

"Suami ibu juga suka sekali mengundang tamu. Kadang dia malah menyiapkan hidangan spesial. Sayangnya, dia sedang pergi ke pasar hari ini," kata wanita itu sambil menghidangkan kue.

Ping dan Meen menikmati percakapan yang hangat dan keramahan wanita tersebut. Mereka merasa seperti telah mendapatkan teman baru di desa kecil itu.

Setelah beberapa jam berbincang, Ping dan Meen berpamitan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Wanita itu memberikan mereka sepotong kue dan sebuah catatan kecil berisi pesan baik.

"Semoga perjalanan kalian menyenangkan. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk berbincang dengan ibu," kata wanita itu dengan tulus.

"Terima kasih juga, Bu," kata Ping dengan penuh rasa syukur. "Kami sangat menikmati waktu bersama."

Meen menambahkan, "Kami akan selalu mengingat keramahan dan kebaikan ibu."

"Feromon temanmu sepertinya tidak stabil, wanginya sangat manis, kamu harus menjaganya lebih baik lagi. Ibu tau apa yang terjadi. Namanya juga anak muda, hehe." Bisik Ibu itu kepada Meen dan tertawa kecil. Wajah Meen memerah.

Saat mereka melanjutkan perjalanan pulang, Ping berkata, "Hari ini benar-benar luar biasa. Gue nggak menyangka bertemu dengan seseorang yang begitu ramah."

Dengan senyum lebar dan hati penuh kehangatan, Ping dan Meen melanjutkan perjalanan mereka, membawa pulang kenangan manis dari desa kecil dan keramahan seorang wanita yang mengira mereka adalah pengantin baru.

Ping dan Meen baru saja menghabiskan hari yang menyenangkan. Mereka berjalan-jalan, menikmati pemandangan, dan bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang ramah. Namun, saat hari mulai gelap, keduanya menyadari bahwa sudah waktunya untuk pulang.

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang