25 | Ice Cream

102 14 1
                                    

Setelah mendengar cerita dari Ping, Max terdiam. Dia kira cerita seperti itu hanya akal-akalan orang tuanya dulu, ternyata omega memang makhluk yang sangat berisiko dalam hidupnya.

"Ngapain, Kak? Malah bengong?" tanya Ping.

Max tidak menjawab; wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Kak, gue nggak papa. Lagian, gue udah gede. Sekarang ada si Meen, bahkan sekarang gue nemuin orang lain yang bisa bantu gue kalau gue lagi sekarat," kata Ping sambil tertawa renyah.

"Siapa?" tanya Max.

"Lu lah!"

"Kenapa gue?"

"Kan lu udah mau bantuin gue, dan itu berefek positif ke diri gue. Gue sangat bersyukur soal itu."

"Tapi nggak ada untungnya buat gue juga, kan?"

"Ah, lu mah, bener-bener."

Max bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan menjauh dari kursi.

"Eh, lu mau kemana?" tanya Ping.

"Lu mau es krim?"

"Mau."

"Ya udah, tunggu sini. Gue mau pesen es krim."

"Kan bisa manggil?"

"Lama."

Ping hanya menggelengkan kepala. "Dasar, nggak jelas."

Tak lama kemudian, Max sudah kembali dengan dua gelas es krim, vanilla dan coklat.

"Lu mau yang mana?"

"Sama aja."

"Eh, beda! Ini vanilla, ini coklat. Yang satu sendoknya hijau, yang satunya lagi ungu. Pilih dah!"

"Hm, oke, gue yang coklat tapi sendoknya ungu."

"Sett daahhh, tuker nih?"

"Kan tadi katanya suruh milih."

"Hadeuuhhh," kata Max, tak ingin berdebat. Dia pun menukar sendoknya. "Noh, dah tuh. Makan deh."

Ping tersenyum, dan mereka berdua menikmati es krim dengan damai.

"Kak..."

"Kenapa?"

"Kak, jangan kasihan sama gue ya."

"Ngapain?"

"Bagus."

"Kocak lu." Max terdiam sejenak. "Tapi perasaan lu udah lebih baik?"

"Gue oke-oke aja sih, Kak. Makasih ya udah mau nemenin gue cari buku buat tugas."

"Lah, kan emang buat tugas kita juga. Lu yang nyeret gue kemari."

"Lah iya? Ngapain gue makasih ya? Harusnya lu yang makasih sama gue, gue akan menyelamatkan lu dari mata kuliah ini biar lu lulus tanpa ngulang lagi."

"Kesel boleh nggak sih?"

"Kenapa kesel, Kak?"

Max tak menjawab, lebih memilih untuk menikmati es krimnya.

Setelah selesai menikmati es krim, Max dan Ping berjalan ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan. Max membuka pintu untuk Ping, dan setelah dia masuk, dia langsung menyalakan mesin.

"Boleh ya, gue putar musik?" tanya Max sambil menekan tombol pemutar lagu.

"Boleh banget! Tapi jangan yang mellow-mellow, ya," jawab Ping dengan ceria.

Max tersenyum dan memilih lagu yang upbeat. Mobil pun melaju, mengisi malam dengan melodi yang ceria.

"Annjirr lagunya punk rock jalanan banget siihhhh kak?" kesal Ping dengan nada bercanda.

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang