26 | Curiga (?)

82 11 1
                                    

Pagi hari, Ping bangun dengan terburu-buru. Dia melirik jam di dinding dan langsung melompat dari tempat tidur. "Gila, terlambat!" serunya dalam hati. Dengan cepat, dia mandi dan mengenakan pakaiannya sebelum bergegas keluar rumah.

Bunda yang melihat tingkah laku Ping pagi ini hanya menggelengkang kepalanya. Tersenyum.

Sesampainya di halte TransJakarta, Ping langsung memasang headset dan memainkan musik kesukaannya. Melodi ceria mengalun di telinganya, membuatnya sedikit melupakan ketegangan kemarin. Dia tidak peduli dengan pesan dan panggilan yang masuk; fokusnya hanya pada perjalanan menuju kampus.

Sementara itu, Meen tiba di depan rumah Ping. Dengan harapan bisa menjernihkan suasana, dia mengetuk pintu dan menunggu. Bunda Ping membuka pintu dan tersenyum lembut.

"Selamat pagi, Bun! Ping ada di rumah?" tanya Meen.

"Oh, selamat pagi, Meen. Ping sudah pergi tadi pagi," jawab bunda.

Meen merasa sedikit kecewa. "Oh, begitu. Ke kampus ya, Bun?"

"Iya, dia terburu-buru. Sepertinya ada tugas yang harus dikerjakan," jelas bunda Ping.

Meen hanya mengangguk, berusaha menahan senyum yang mulai pudar. "Terima kasih, Bun. Meen coba hubungi dia nanti. Meen pamit berangkat kalau gitu bun"

"Baik, sayang. Hati-hati di jalan ya, bawa motornya jangat ngebut-ngebut."

Meen mengangguk lagi, meski dalam hati dia merasa cemas. Dia berharap Ping akan mendengarkan pesan-pesannya dan tidak terlalu mengabaikan dirinya.

Setelah berpamitan, Meen berjalan pergi dengan senyum lemas. Dia merasa sedikit putus asa, tetapi tidak ingin membebani Ping dengan perasaannya. Meen memutuskan untuk pergi ke kmapus dengan tak semangat.

Sementara itu, dalam perjalanan di dalam bus TransJakarta, Ping duduk dengan mata terpejam, menikmati musik yang mengalun. 

Sesampainya di kampus, Ping segera menuju perpustakaan di gedung jurusannya. Dia mencari tempat duduk yang nyaman dan membuka laptopnya, siap untuk mengerjakan tugas. Namun, semakin lama, Kak Max tak kunjung hadir.

Ping melihat jam di layar laptopnya. "Duh, udah setengah jam," gumamnya sambil memeriksa pesan di ponsel. Tidak ada balasan dari kak Max.

Akhirnya, tidak sabar lagi, Ping memutuskan untuk menelpon Kak Max. Dia berharap tidak ada masalah serius yang membuat Kak Max terlambat.

"Telepon sedang dibicarakan," suara panggilan masuk ke telinga Ping, dan dia menunggu dengan penuh harap.

Setelah beberapa detik, suara Kak Max terdengar di ujung sana. "H-Halo? Ping?" suaranya terdengar berat.

"Kak Max! Kenapa lu telat? Kita kan udah janjian!" Ping bertanya dengan nada kesal.

"Aduh, maaf banget. Gue... ketiduran," jawab Max dengan suara serak.

Ping menggelengkan kepala meskipun Max tidak bisa melihatnya. "Lu serius? Gue sudah nunggu setengah jam, Kak Max!"

"Iya, maaf. Gue kemarin begadang ngerjain tugas. Gue baru bangun, dan sekarang langsung berangkat. Gue on the way!" Max menjelaskan.

"Bohong banget, dari suara lu, semalem lu pasti abis clubing kan? balik nganter gue?!"

"Hehehhe, iya sorry."

"Hah. Ya udah cepetan! Gue udah di perpustakaan," kata Ping, sedikit frustrasi tetapi tetap berharap Max segera datang.

"Tenang, gue ke sana secepatnya!" Max menjawab sebelum menutup telepon.

Ping meletakkan ponselnya dan kembali ke laptopnya, tetapi tidak bisa fokus. 

Setelah beberapa menit, Ping melihat sosok Kak Max memasuki perpustakaan dengan tampak sedikit kusut. Max berlari menuju meja tempat Ping duduk, napasnya terengah-engah.

"Maaf banget, Ping!" serunya sambil menyusun napas. "Gue benar-benar nggak sengaja."

"Gue sudah bilang, kan? Jangan begadang terus! Sekarang kita harus fokus ngerjain tugas," Ping mengingatkan.

"Okay, okay! Ayo kita kerjakan. Es krim setelah ini, ya?" Max menawarkan dengan senyum nakal.

Ping tertawa. "Deal!"


----------

Sore itu, Ping berada di ruang klub memasak, tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi. Aroma bahan makanan segar dan suara alat masak membuat suasana terasa hidup. Hari ini, hanya ada dua kelas, dan dia merasa bosan menunggu Kak Max selesai dengan kelasnya.

Di sudut ruangan, anggota tim sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing—beberapa sedang menyiapkan bahan, sementara yang lain berlatih teknik memasak. Dan dia pun memutuskan untuk ikut membantu.

Sambil memotong sayuran, Ping melirik kesekitar, semuanya sibuk. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Dia membuka pesan dari Kak Max.

Kak Max

Ping, kelas sudah selesai. Gue ke ruang klub sekarang!
15:17

Oke Kak '-')b

15:17


Ketika sedang sibuk, Kak Angel, menghampiri Ping. Dia tampak penasaran dengan ekspresi di wajahnya. "Eh, Ping. Lu sering ngobrol sama si Max ya? Ada apa di antara kalian?"

Ping menatap Kak Angel dengan bingung. "Hah? Kami biasa saja."

"Tapi akhir-akhir ini gue lebih sering liat lu berdua sama dia ketimbang sama si Meen, si Meen udah punya pacar ya makanya lu diitnggal?" Ejek Kak Angel.

"Bukan urusan gue juga si kak, kalau si Meen punya pacar. Cuman bukan karena itu."

"Trus?"

"Jadi ada tugas matkul yang dimana gue sekelompok sama Kak Max, dan memang dosennya minta gue supaya kak Max buruan lulus dari ni matkul, tu orang udah ngulang sampe 3x, heran gak?"

"Lah itu mah dia emang bego."

Mendengar ucapan kak Angel, mereka berdua tertawa lepas. "Kebanyakan dugem sih." lanjut Kak Angel.

"Tapi serius ya lu gak ada apa-apa sama tu orang?"

"Serius, Kak. Nggak ada yang spesial. Kami hanya bekerja sama untuk tugas kuliah."

Kak Angel mengangkat alisnya, tampak tidak yakin. "Hmmm, gue cuman ngingetin tu anak, bukan anak baek-baek."

Ping hanya tersenyum tipis. "Hahha, kak Angel ko gitu sama sodara sendiri."

"Ogah banget gue mengakui dia sodara gue."

"Iya deh."

"O iya Ping, boleh titip ini buat Meen gak?" ucap Angel sembari memberikan sebungkus cockies coklat dengan bungkus lucu.

"Buat gue aja sih kak."

"Ish jangan, punya lu ntar aja, gue janji bikin."

"Kenapa sih? Pasti ini ada pelet nya."

"Kalau iya kenapa?"

"Diihhhh takuutt."

Tak lama kemudian, Kak Max muncul di pintu ruang klub dengan napas sedikit terengah. "Sorry, guys! Gue menggangu perbincangan kalian."

"Ya udah kak, gue pergi dulu ya kak, orangnya udah datang." Angel hanya mengangguk.

"Gue kasih tau lu jangan terlalu deket sama si Max. Dia hobi main sana sini" ucap Angel berbisik.

"Tenang kak, dia bukan tipe gue."


CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang