05 | Mie Ayam dan Bintangnya

265 17 2
                                    

Langit sore itu berwarna jingga, diselimuti gradasi warna merah muda dan oranye yang indah. Angin sepoi-sepoi bertiup, membawa aroma harum masakan yang menggoda dari berbagai penjuru jalan. Di sebuah gang sempit, tepat di depan gerobak mie ayam sederhana, duduklah dua sejoli, Raka dan Laras, yang tengah menikmati semangkuk mie ayam favorit mereka.

Hari itu, seperti biasa, mereka memesan mie ayam spesial dengan pangsit goreng yang renyah. Aroma kaldu ayam yang gurih dan mie yang kenyal berpadu sempurna dengan rasa saus sambal yang pedas dan segar. Mereka makan dengan lahap, menikmati setiap suapan dengan penuh kenikmatan.

Di antara kunyahan mie, mereka bercanda dan saling bercerita tentang hari mereka. Meen menceritakan tentang kegiatan basket dan Lunanya, sedangkan Ping menceritakan tentang hal-hal random seperti biasanya. Mereka saling mendengarkan dengan penuh perhatian, dan setiap cerita mereka diwarnai dengan tawa dan canda, sampai dimana Ping membicarakan anggota club memasaknya.

"Meen, kan bentar lagi acara kampus nih, open house, Ping masih bingung juga mau ambil tema apa biar seru gitu."

"Tema?"

"Iyah, tema biar banyak narik peminat yang mau join club lah."

"Iya kah? basket nggak tuh."

Ping memutar bola matanya kesal. "Hellooww basket dari dulu yang minat banyak semenjak lu ada disana yaa, tuh cewek cowok ganjen, gak yang omega, beta, alpha juga."

"Nggak pas aku ada disana juga. Emang banyak peminat aja basket tuh."

"Helleh"

"Kenapa? cemburu? gak suka?"

"Nggak, biasa aja!"

"Kok nggas?"

"nggaakk, biasa aja."

"Kok biasa aja?"

"Ngggaakk Meenn biasaa ajaaaa."

"Kok.." pangsit seketika mendarat di mulut Meen, saking Ping kesalnya.

Dengan PD-nya Ping memanggil mba-mba penjual mie ayam dan memesan semangkuk mie lagi. "Mba mie ayamnya satu lagi dong mba pakai bakso yang kecil aja ya 5 tapi?"

"Iya kak." Ucap mba mba penjual itu.

"Ping? Kamu lapar apa lapar? Ini udah mangkuk ke empat yang kamu pesan? Lagi ada masalah?" Tanya Meen. Ya bener saat ini Ping sedang makan mie ayam bersama teman kecilnya itu.

"Nggak ah biasa aja, gue kan biasa pesen banyak gak sih?"

"Ya ga nyampe mangkuk ke empat juga sih tapi Ping."

"kenapa? Lagian Ping bisa bayar sendiri ko."

"Ih bukan kayak gitu, ko jadi kesitu sih?" Meen yang heran dengan sikap Ping akhir-akhir ini hanya diam dan mencoba memahami. "Abis ini mau es krim?"

Ping terdiam, memberikan raut wajah kesal, bibirnya mengerucut kedepan seperti seekor anak bebek yang sedang marah pada induknya. Meen yang sangat gemas melihat tingkah laku Ping, mencubit pipinya hingga kemerehan.

"Ih sakit tau, Ping aduin Bunda ya."

"Aduin aja."

Ping menggeleng keras, memasang wajah kesal dengan melipat kedua tangannya "Ih kesel."

"Ih kesel kesel. Cium dulu sini." Ejek Meen yang semakin membuat Ping kesal. "Maaf, maaf, udah dong jangan bete gitu. Ini mie ayam aku yang bayar, trus kita jajan es krim gimana?"

"Bener yaa? Ping gak minta."

"Iyaaa."

"Ya udah nambah seporsi lagi boleh ga? baso nya aja?"

CHILDHOOD | MEENPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang