Meen memakirkan motornya di parkiran rumah sakit. Ya, selepas meninggalkan makan siangnya Meen menghubungi kak Luna dan berniat untuk pergi ke rumah sakit.
Meen mengetuk pintu ruangan dimana Kak Luna bekerja, dia memang sudah seleluasa itu keluar masuk ruangannya Kak Luna, dan pihak rumah skait pun tidak mempermasalahkannya.
Tok Tok Tok
Meen mengetuk pintu 3kali, berharap ada seseorang yang merespon dari dalam.
"Masuklah." ucap suara seorang pria dari dalam.
Meen memasuki ruangan itu tanpa ragu. Ternayata ada dokter Daniel di dalam. Dokter Daniel adalah parter terbaik yang Kak Luna, sekaligus dokter yang pernah membantunya dulu, saat Ping menghilang.
"Oh kau Meen, apa kau ada janji dengan Luna?" ucap dokter Daniel.
"Ah iya dok, saya ada perlu dengan Kak Luna." jawabnya.
"Duduklah, kebetulan sekali aku baru saja membuat coklat panas, kamu cobalah. Luna sedang ada pasien tapi mungkin setengah jam lagi dia kembali."
"Terima kasih dok."
"Eyy sudah ku bilang panggil biasa saja, kau ini. Abang lah orang Medan aku nih."
Meen tertawa, seperti biasa dokter Daniel memang selalu seperti itu.
"Oh iya, tadi Kak Luna bilang hari ini dia tidak ada pasien. Tapi kok..."
"Ahh, kau ingat gadis cantik beberapa tahun lalu yang melakukan cek bersamamu? Dia memiliki gejala tak jauh berbeda dengan Ping."
"Ung, ya aku ingat," wajah Meen menunjukan rasa penasaran "Apa ada hal buruk terjaid padanya?"
"Tak ada, bahkan ini sebuah kabar baik. Kurasa... Eh bicara soal Ping, bagaimana kabarnya? Ku dengar dia mengalami heat yang buruk beberapa minggu lalu?"
"Dia baik-baik saja sekarang, akupun kesini ingin mendiskusikan perihal Ping."
"Kurasa itu hal yang sangat serius."
Ditengah-tengah perbincangan dokter Daniel dan Meen, Kak Luna pun memasuki ruangannya dengan raut wajah cukup bahagia.
"Eh lu udah ada disini? Lama?" tanya Kak Luna pada Meen.
"Nggak kak, baru saja."
"Kayaknya ada kabar baik nih?" Tanya dokter Daniel.
"Ohhhh tentu saja. Hey Meen kau ingat Vina? gadis cantik yang melakukan pengecekan bersama dengan mu dan Ping beberpaa tahun lalu, kalian sering rutin bertemu."
"Aku ingat kak, tadi dokter Daniel juga bilang itu."
"Gue rasa gue juga bisa bikin Ping jauh lebih baik, sama kayak si Vina. Oh btw lu mau bahas apaan?"
"Ahhh yang itu nanti aja kak, kayaknya hal yang mau kakak ceritakan lebih penting dari itu."
"Benarkah? Hmmm," Kak Luna sedikit berfikir. "Eh Nie, help dong."
"Apaan?" seru Daniel.
Kak Luna berbisik pada dokter Daniel, raut wajah mereka tampaknya sangat serius. Itu semua berhasil menarik perhatian Meen.
"Okeh Meen sepertinya gue mau coba sesuatu sama si Ping tapi ini gak bisa langsung duararr tiba-tiba ada tahapannya juga. Ngomong-ngomong akhir-akhir ini ada yang anhe nggak sama si Ping? Atau dia ngalamin sesuatu?"
"Seingatku tidak ada kak," Meen berfikir keras mengingat sesuatu barangkali ada hal yang dia lupakan. "Tapi beberapa hari lalu, aku mendengar bahwa ping sempat pucat, tapi saat aku menghubunginya dia bilang baik-baik saja setelah minum obat. Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDHOOD | MEENPING
FanfictionTadinya disini tuh ada deskripsi tapi gak tau dah yee kayak udeh baca aja lah yaaa... Happy reading aja dari saya. Don't forget to leave your sign, give love to meenping if you like my story woof yuuu 🐼🐺