Volume 1: Chapter 1

31 3 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 1.1**

Di tengah hutan yang bernama Hutan Lembayung, hiduplah seekor kelinci kecil bernama Kiko. Kiko bukanlah kelinci biasa. Ia memiliki bulu yang berwarna jingga cerah, berbeda dari kelinci-kelinci lain yang biasanya berwarna putih atau cokelat. Keunikan ini membuat Kiko sering merasa minder, karena ia selalu berpikir bahwa ia tidak akan pernah bisa menyembunyikan diri seperti teman-temannya saat bermain petak umpet.

Hutan Lembayung adalah tempat yang indah, penuh dengan pepohonan tinggi, bunga-bunga liar yang berwarna-warni, dan sungai yang mengalir jernih. Setiap hari, Kiko dan teman-temannya bermain bersama di sekitar hutan. Ada Tito si tupai yang gesit, Lala si landak yang penyayang, dan Bobo si berang-berang yang selalu lapar. Mereka selalu menemukan cara untuk bersenang-senang, entah itu dengan bermain petak umpet, memanjat pohon, atau mencari buah-buahan segar.

Namun, di balik keceriaan Kiko, ada satu hal yang selalu mengganggu pikirannya. Ia merasa bahwa ia tidak pernah sebaik teman-temannya dalam hal-hal tertentu. Tito begitu gesit, Lala begitu kuat dengan duri-durinya, dan Bobo pandai membangun rumah dari kayu. Sementara Kiko? Ia hanya kelinci dengan bulu jingga yang mencolok, yang selalu tertangkap lebih dulu dalam permainan petak umpet.

Suatu hari, saat mereka sedang bermain di pinggir sungai, Kiko melihat bayangannya di permukaan air. Ia memandangi bulu jingganya yang mencolok dan bertanya-tanya, "Kenapa aku harus berbeda? Kenapa aku tidak bisa seperti yang lain?"

Lala, yang memperhatikan Kiko dari kejauhan, berjalan mendekat. "Apa yang kamu lihat, Kiko?" tanya Lala dengan lembut.

"Aku hanya melihat bayanganku, Lala," jawab Kiko dengan nada sedih. "Aku merasa tidak pernah bisa menjadi seperti kalian. Aku selalu tertangkap lebih dulu saat bermain, dan aku tidak punya keahlian khusus seperti kalian."

Lala tersenyum dan menyentuh lembut pundak Kiko dengan kaki depannya yang kecil. "Kiko, kita semua berbeda, dan itulah yang membuat kita istimewa. Kamu mungkin tidak secepat Tito atau sekuat aku, tapi kamu memiliki hati yang besar dan selalu peduli pada teman-temanmu. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat dalam permainan, tapi sangat berharga."

Kiko mendengarkan dengan seksama, tapi dalam hatinya, ia masih belum yakin. Bagaimana mungkin perbedaan yang mencolok seperti itu bisa menjadi sesuatu yang baik?

Malamnya, setelah hari yang panjang bermain, Kiko tidur dengan pikiran penuh keraguan. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan seekor burung hantu bijaksana bernama Ulla. Burung hantu ini memiliki mata besar yang berkilauan seperti bintang, dan sayap yang lebar dan anggun.

"Kiko," kata Ulla dalam mimpi itu, "kadang-kadang kita tidak menyadari betapa istimewanya kita, sampai saatnya tiba bagi kita untuk bersinar. Jangan meremehkan dirimu hanya karena kamu berbeda. Seringkali, perbedaan itulah yang membawa kekuatan sejati."

Saat Kiko terbangun keesokan paginya, kata-kata Ulla masih terngiang di telinganya. Mungkin, pikir Kiko, sudah waktunya untuk menemukan kekuatan dalam perbedaan yang dimilikinya.

Kiko memutuskan bahwa hari itu akan menjadi hari di mana ia mulai mencari apa yang membuatnya istimewa. Dengan semangat baru, ia bergabung dengan teman-temannya di hutan, siap untuk petualangan baru yang menantinya.

**Akhir Chapter 1.1**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang