Volume 5: Chapter 7

2 1 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 5.7**

Dengan langkah mantap, Kiko melangkah melewati pintu masuk menuju Lembah Bayangan, tempat di mana kekuatan kegelapan yang lebih kuat menantinya. Di depannya, kabut tebal yang mengalir lembut tampak menutupi setiap sudut lembah, membatasi pandangannya. Meskipun tempat itu tampak sunyi, Kiko bisa merasakan bahwa lembah ini dipenuhi dengan energi gelap yang lebih besar daripada apa pun yang pernah ia hadapi sebelumnya.

Cahaya Tertinggi di tangannya berpendar lembut, memberikan pendaran hangat yang menjaga kegelapan di sekitarnya tetap tenang. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena lelah, tetapi karena atmosfer lembah itu sendiri penuh dengan tekanan yang luar biasa. Kiko tahu bahwa ini bukanlah tempat biasa—di sinilah kegelapan purba yang telah lama tersegel menunggu untuk bangkit kembali.

Saat Kiko berjalan lebih dalam, ia mulai melihat jejak-jejak dari masa lalu. Reruntuhan bangunan kuno tersebar di sepanjang jalan, sebagian besar tertutup lumut dan dikelilingi oleh akar-akar besar yang tampak seperti tangan kegelapan yang berusaha menguasai segalanya. Di dinding-dinding reruntuhan itu, Kiko melihat ukiran-ukiran yang menggambarkan pertempuran besar antara cahaya dan kegelapan, dengan sosok besar yang melambangkan Raja Bayangan berdiri di tengah-tengahnya, mengendalikan bayangan di sekelilingnya.

Kiko berhenti sejenak di depan salah satu ukiran, menatap wajah Raja Bayangan yang dipahat dengan ekspresi penuh kebencian dan kekuasaan. "Inilah yang menungguku di ujung perjalanan ini," pikir Kiko. "Pertarungan melawan kegelapan yang paling murni."

Tiba-tiba, suara langkah kaki bergema dari balik kabut, dan Kiko segera bersiap siaga. Dari kegelapan, muncul sosok yang tidak asing baginya—**Maru**, pengelana bijak yang pernah menolongnya di masa lalu. Namun, ada sesuatu yang berbeda tentang Maru kali ini. Wajahnya tampak lebih dingin, matanya yang tajam memancarkan keheningan yang aneh, seolah-olah dia bukan lagi sekadar penuntun.

"Maru?" Kiko bertanya, agak terkejut melihatnya di sini. "Apa yang kau lakukan di Lembah Bayangan?"

Maru tersenyum tipis, tetapi tidak ada kehangatan dalam senyuman itu. "Kiko, sudah lama aku memperhatikan perjalananmu. Aku telah melihat bagaimana kau menghadapi kegelapan, menyeimbangkan cahaya dengan cara yang tidak pernah dilakukan orang lain. Tetapi di sini, di tempat ini, keseimbangan itu akan diuji lebih dari sebelumnya."

Kiko menatap Maru dengan hati-hati, merasakan sesuatu yang tidak beres. "Apa maksudmu? Apakah kau tahu tentang Raja Bayangan?"

Maru mengangguk pelan. "Aku tahu banyak tentang Raja Bayangan. Dia bukan hanya ancaman biasa, Kiko. Kekuatan yang dia miliki jauh melampaui apa pun yang pernah kau hadapi. Dan lebih dari itu, dia memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cahaya dan kegelapan dalam diri siapa pun yang mendekatinya."

Kiko merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Kata-kata Maru membuatnya semakin sadar bahwa ini bukan sekadar pertempuran biasa. "Jadi, kau memperingatkanku untuk tidak melawan?"

Maru tertawa kecil, kali ini lebih dingin dari sebelumnya. "Aku tidak memperingatkanmu untuk tidak melawan, Kiko. Aku di sini untuk menawarkanmu pilihan. Di hadapan Raja Bayangan, kau bisa memilih untuk melawan... atau menerima kekuatan kegelapan yang lebih besar dan menjadi bagian darinya. Bagaimana jika kau bisa menguasai keduanya—kegelapan dan cahaya?"

Kiko menatap Maru dengan rasa tidak percaya. "Apa maksudmu? Aku tidak datang ke sini untuk menjadi penguasa kegelapan. Aku datang untuk menjaga keseimbangan."

Maru mendekat, matanya bersinar dengan intensitas yang aneh. "Keseimbangan, Kiko? Kau masih percaya pada konsep itu? Dunia ini tidak bisa sepenuhnya seimbang. Akan selalu ada kekuatan yang mendominasi, dan di tempat ini, kegelapan lebih kuat. Mengapa tidak mengambil kekuatan itu untuk dirimu sendiri?"

Kiko mundur selangkah, merasa bahwa Maru bukan lagi sekutu yang ia kira. "Kau... bukan Maru yang kutemui dulu, bukan?"

Senyum dingin muncul di wajah Maru. "Kau selalu cerdas, Kiko. Tidak, aku bukan Maru. Aku hanyalah bayangan yang telah lama menunggu saat ini. Maru yang sebenarnya sudah lama jatuh di bawah kekuasaan Raja Bayangan. Dan aku? Aku hanyalah bagian dari kegelapan yang dia ciptakan."

Kiko merasa amarah berkobar di dalam dirinya, tetapi ia segera menenangkannya. "Jadi, inilah yang selama ini terjadi. Kegelapan mencoba merusak semuanya dari dalam. Kau mencoba membuatku jatuh ke dalam perangkap ini."

Bayangan yang menyerupai Maru tertawa keras. "Kau tidak bisa menolak selamanya, Kiko. Kegelapan ini lebih kuat dari apa pun yang pernah kau lawan. Dan kau tahu itu. Cepat atau lambat, bahkan cahaya di dalam dirimu akan menghilang."

Kiko menggenggam Cahaya Tertinggi dengan erat, sinarnya semakin terang di tengah kabut yang menebal. "Aku mungkin tidak bisa menghancurkan kegelapan sepenuhnya, tapi aku akan menjaga keseimbangan. Dan aku tidak akan membiarkan diriku dikendalikan oleh bayangan."

Dengan kata-kata itu, Kiko menyerang bayangan Maru dengan Cahaya Tertinggi, sinarnya menghantam bayangan itu dengan kekuatan yang kuat. Sosok bayangan Maru melayang mundur, menghilang di balik kabut dengan tawa yang masih terdengar di kejauhan.

"Pertarungan ini belum selesai, Kiko. Raja Bayangan menunggumu. Kau akan melihat apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini."

Kiko terdiam, napasnya teratur meskipun dadanya penuh ketegangan. Ia tahu bahwa bayangan Maru hanyalah salah satu dari banyak rintangan yang harus ia hadapi di Lembah Bayangan. Di dalam tempat ini, kegelapan bukan hanya musuh eksternal—kegelapan ini mencoba merasuki jiwa setiap orang yang masuk ke dalamnya.

Namun, Kiko tidak akan goyah. Dengan Cahaya Tertinggi di tangannya, ia melangkah lebih jauh ke dalam lembah, melewati kabut tebal yang semakin pekat. Di kejauhan, ia mulai melihat siluet dari bangunan besar yang tampak seperti benteng kuno. Dinding-dinding benteng itu diselimuti oleh bayangan yang bergerak seperti makhluk hidup, seolah-olah siap menyerang siapa pun yang mendekat.

Di sinilah Raja Bayangan berada. Dan di tempat ini, Kiko harus menghadapi pertempuran terakhir yang akan menentukan nasib keseimbangan dunia.

Dengan tekad yang semakin kuat, Kiko mendekati benteng itu, siap menghadapi kegelapan yang paling pekat dan musuh yang paling kuat yang pernah ia hadapi. Pertarungan ini tidak hanya akan menentukan nasibnya, tetapi juga nasib seluruh dunia.

**Akhir Chapter 5.7**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang