Volume 5: Chapter 4

2 1 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 5.4**

Setelah berhasil membebaskan pria yang terjebak dalam kegelapan hutan, Kiko merasa bahwa bahaya di tempat ini masih jauh dari selesai. Meskipun bayangan di sekitar mulai memudar, Kiko tahu bahwa hutan ini menyimpan rahasia yang lebih besar, dan kegelapan yang merenggut jiwa penduduk desa belum sepenuhnya hilang. Hutan ini memiliki kekuatan yang mendalam, dan sumber kegelapan yang lebih kuat pasti menunggu di dalamnya.

Kiko melanjutkan perjalanannya, berjalan lebih dalam ke jantung hutan. Pepohonan yang semakin tinggi dan lebat menutupi langit, menciptakan suasana yang semakin gelap meskipun hari masih siang. Cahaya Tertinggi di tangannya bersinar lembut, memberikan pendaran yang cukup untuk menerangi jalannya, tetapi tidak memaksa kegelapan untuk mundur. Di setiap langkah, Kiko merasakan tarikan kuat dari tanah di bawahnya, seolah-olah ada sesuatu yang lebih besar yang menanti di dalam hutan ini.

Saat Kiko melangkah lebih jauh, ia mulai melihat tanda-tanda yang lebih aneh. Pohon-pohon besar yang dulunya tampak hidup dan kuat kini terlihat layu, batang-batangnya retak dan tumbang. Akar-akar yang menjalar di tanah tampak menggeliat, seolah-olah hidup dan dipenuhi oleh energi gelap yang menjalar dari kedalaman hutan. Di antara akar-akar itu, Kiko melihat sisa-sisa barang-barang yang ditinggalkan oleh penduduk desa yang hilang—tanda bahwa mereka pernah berada di sini.

"Jadi, ini bukan hanya tentang makhluk yang terjebak dalam kegelapan," pikir Kiko. "Ada sesuatu yang mengendalikan hutan ini, sesuatu yang jauh lebih kuat."

Tiba-tiba, di depannya, Kiko melihat cahaya samar dari sebuah bangunan kuno yang tersembunyi di balik pepohonan besar. Bangunan itu tampak seperti reruntuhan sebuah kuil tua, tertutup oleh lumut dan akar-akar yang menjalar di sekitarnya. Cahaya yang berasal dari dalam kuil tersebut memancarkan aura gelap yang kuat, hampir seperti pusaran energi yang menarik segala sesuatu di sekitarnya.

Kiko mendekati kuil dengan hati-hati, merasakan bahwa inilah pusat dari kegelapan di hutan ini. Kuil tua itu jelas bukan kuil biasa—di dinding-dindingnya terdapat ukiran-ukiran kuno yang menggambarkan sosok-sosok misterius, entitas gelap yang tampaknya memiliki kendali atas alam di sekitarnya. Ukiran-ukiran itu menunjukkan gambar manusia yang dipenuhi oleh akar-akar yang mengikat tubuh mereka, seolah-olah mereka telah menjadi bagian dari hutan itu sendiri.

Kiko memasuki kuil dengan langkah pelan, dan begitu ia masuk, suhu ruangan terasa menurun drastis. Suasana di dalam kuil ini berbeda dari luar—lebih mencekam dan penuh tekanan. Di tengah ruangan, sebuah altar besar berdiri, dikelilingi oleh akar-akar yang menggeliat seperti ular hidup. Di atas altar itu terdapat sebuah batu besar yang memancarkan cahaya hitam yang berdenyut-denyut, seperti jantung yang berdetak.

Kiko bisa merasakan bahwa batu itu adalah sumber dari semua kegelapan di hutan ini. Cahaya Tertinggi di tangannya bereaksi terhadap kekuatan dari batu itu, bersinar lebih terang untuk melindungi Kiko dari energi gelap yang memancar dari altar. Ia tahu bahwa batu itu bukan hanya benda mati—itu adalah pusat dari kekuatan jahat yang mengendalikan hutan, sesuatu yang lebih tua dan lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan.

Ketika Kiko mendekati altar, tiba-tiba tanah di bawah kakinya mulai bergetar. Akar-akar yang menjalar di sekitar kuil mulai bergerak dengan ganas, melilit dan mencoba menjebaknya. Dengan cepat, Kiko melompat mundur, mengangkat Cahaya Tertinggi untuk menciptakan perisai cahaya di sekelilingnya. Akar-akar itu menyerang dengan kekuatan yang tak terbayangkan, mencoba meremukkan perisai yang ia ciptakan.

Dari balik akar-akar itu, sebuah suara dalam dan mengerikan terdengar, memenuhi ruangan dengan gema yang menggetarkan dinding kuil. "Siapa yang berani menginjakkan kaki di tempat ini? Siapa yang mengganggu keseimbangan kegelapan yang telah lama tertanam di sini?"

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang