Volume 6: Chapter 2

7 1 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 6.2**

Setelah Soraya membuka kebenaran tentang masa lalunya, Kiko merasa seolah dunia yang ia kenal telah berubah. Meskipun ia telah memahami pentingnya keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, mengetahui bahwa orang tuanya adalah bagian dari Penjaga Cahaya, dan bahwa mereka mengorbankan diri mereka untuk melindunginya, memberi beban baru pada jiwanya. Kini, Cahaya Tertinggi yang ia bawa tidak hanya menjadi tanggung jawab, tetapi juga sebuah warisan yang harus dijaga dengan segenap hati.

Soraya, sosok bijak yang telah memberitahu Kiko tentang masa lalunya, masih berdiri di dekatnya, memancarkan cahaya lembut yang menenangkan. Namun, di balik ketenangan wajahnya, Kiko bisa merasakan bahwa masih ada lebih banyak rahasia yang belum terungkap.

"Aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan, Kiko," kata Soraya lembut. "Mengetahui kebenaran tentang masa lalu bisa mengguncang, tapi kau harus siap untuk menerima lebih banyak lagi."

Kiko mengangguk pelan, meski hatinya terasa berat. "Jika orang tuaku adalah Penjaga Cahaya, kenapa tidak ada yang memberi tahu aku lebih awal? Mengapa harus sekarang?"

Soraya tersenyum lembut, lalu melangkah ke arah sebuah pohon tua yang tumbuh di dekat mereka. Pohon itu tampak sangat tua, dengan akar-akar besar yang menjalar di permukaan tanah dan daun-daun hijau yang bercahaya di bawah sinar matahari. "Ada banyak alasan mengapa kau tidak diberi tahu sebelumnya. Orang tuamu, dan para penjaga lainnya, tahu bahwa dunia ini tidak siap untuk menghadapi kekuatan besar yang sedang tumbuh dalam kegelapan. Mereka tidak ingin mengungkapkan terlalu banyak terlalu cepat. Kau perlu waktu untuk tumbuh, Kiko—untuk memahami dunia ini dan kekuatan yang kau miliki tanpa beban masa lalu yang terlalu berat."

Kiko berjalan mendekat, memandang pohon tua itu dengan kagum. "Tapi sekarang semuanya telah berubah. Raja Bayangan telah hilang, dan aku telah melihat sendiri bagaimana kegelapan bisa mengancam dunia. Apakah ada lebih banyak yang harus aku pelajari?"

Soraya menatap Kiko dengan tatapan yang dalam, seolah-olah mencoba menembus jiwanya. "Ya, Kiko. Meski Raja Bayangan telah diserap oleh keseimbangan yang kau ciptakan, kegelapan di dunia ini belum sepenuhnya padam. Kegelapan memiliki cara untuk beradaptasi, dan begitu juga dengan cahaya. Kau adalah satu-satunya yang dapat menjaga keseimbangan, tetapi untuk melakukannya, kau harus memahami warisanmu sepenuhnya."

Kiko merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik kata-kata Soraya. "Apa maksudmu? Apa lagi yang harus aku pelajari?"

Soraya melambaikan tangannya, dan tiba-tiba dari tanah di bawah pohon, muncul sebuah pintu batu kecil yang terukir dengan simbol-simbol kuno. "Di bawah tempat ini tersembunyi rahasia besar para Penjaga Cahaya," kata Soraya. "Ini adalah tempat di mana kekuatan cahaya yang sesungguhnya disimpan, dan juga tempat di mana kau akan menemukan jawaban atas semua pertanyaanmu."

Kiko menatap pintu batu itu dengan rasa penasaran. "Ini adalah tempat pelatihan Penjaga Cahaya?" tanyanya.

Soraya mengangguk. "Ya. Ini adalah tempat yang telah lama dijaga agar tidak tersentuh oleh kegelapan. Hanya mereka yang memiliki Cahaya Tertinggi, sepertimu, yang bisa memasuki tempat ini. Di dalamnya, kau akan menemukan kenangan, pelajaran, dan kekuatan yang diwariskan dari generasi ke generasi."

Dengan hati-hati, Kiko melangkah maju dan menyentuh pintu batu itu. Begitu tangannya menyentuh permukaan dingin batu, pintu itu mulai bergetar, dan lambat laun terbuka, memperlihatkan sebuah tangga batu yang turun ke bawah tanah. Dari dalam, terpancar cahaya lembut yang tampak seperti bintang yang bersinar di malam hari.

Soraya berdiri di sampingnya. "Ini adalah langkah pertama dari banyak langkah, Kiko. Di dalam sana, kau akan menemukan kebenaran tentang siapa kau sebenarnya, dan apa yang harus kau lakukan selanjutnya. Tetapi ingat, perjalanan ini bukan hanya tentang kekuatan. Ini adalah tentang memahami peranmu sebagai penjaga, sebagai seseorang yang ditugaskan untuk menjaga keseimbangan dunia ini."

Kiko mengangguk, kemudian mulai melangkah menuruni tangga batu itu. Semakin dalam ia turun, semakin ia merasakan kehadiran yang aneh namun akrab. Udara di dalam terasa sejuk, dan cahaya yang memancar dari dinding-dinding batu tampak seperti cahaya dari Cahaya Tertinggi yang ia bawa. Tempat ini, meskipun ia belum pernah melihatnya sebelumnya, terasa seperti rumah.

Setelah beberapa saat, Kiko tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang mirip dengan yang ada di Cahaya Tertinggi. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah altar besar yang dipenuhi oleh buku-buku kuno, gulungan, dan kristal yang bersinar dengan cahaya yang tak terhingga. Ruangan itu terasa sakral, seolah-olah waktu di tempat ini tidak berjalan seperti di luar.

Soraya melangkah masuk ke dalam ruangan, berdiri di samping Kiko. "Inilah pusat dari semua pengetahuan para Penjaga Cahaya. Setiap penjaga sebelum dirimu meninggalkan sesuatu di sini—kenangan, pelajaran, dan kadang-kadang, rahasia tentang bagaimana menjaga keseimbangan. Tempat ini adalah penghubung antara masa lalu dan masa depan."

Kiko mendekati altar itu, matanya tertuju pada sebuah buku besar yang tampaknya lebih tua daripada yang lain. Tanpa ragu, ia membuka buku itu dan mulai membacanya. Kata-kata di halaman-halaman itu menceritakan kisah para Penjaga Cahaya pertama—mereka yang pertama kali diberikan Cahaya Tertinggi oleh entitas purba yang dikenal sebagai Nurum, roh cahaya yang menjaga keseimbangan alam semesta.

"Penjaga Cahaya pertama," Kiko membaca keras-keras, "adalah mereka yang terpilih langsung oleh Nurum, untuk menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan. Setiap penjaga mewarisi Cahaya Tertinggi, yang tumbuh semakin kuat dengan setiap generasi, hingga Cahaya ini mencapai pemilik akhirnya."

Kiko berhenti membaca, menatap Soraya. "Apakah aku adalah penjaga terakhir? Apakah itu artinya aku adalah pemegang terakhir dari Cahaya Tertinggi?"

Soraya mendekatinya dengan tatapan serius. "Belum tentu, Kiko. Namun, Cahaya Tertinggi telah mencapai kekuatan penuh di tanganmu. Kau adalah penjaga yang telah ditunggu-tunggu selama berabad-abad, seseorang yang akan menentukan apakah keseimbangan dunia akan tetap terjaga, atau apakah kegelapan akan menemukan cara untuk mendominasi. Ini adalah takdir yang berat, tetapi juga sebuah kehormatan besar."

Kiko terdiam, mencoba mencerna semua informasi ini. Ia tahu bahwa jalan yang ada di depannya penuh tantangan, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Dengan warisan para Penjaga Cahaya yang kini ada di sisinya, dan dengan Cahaya Tertinggi yang menjadi bagian dari dirinya, ia merasa lebih siap dari sebelumnya.

"Soraya," kata Kiko akhirnya, "apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana aku bisa menjaga keseimbangan ini di dunia yang terus berubah?"

Soraya tersenyum penuh arti. "Langkah pertama adalah memahami bahwa keseimbangan bukanlah sesuatu yang dapat kau kendalikan sepenuhnya. Dunia akan terus berubah, dan dengan perubahan itu, kegelapan dan cahaya akan selalu berputar. Namun, tugasmu adalah untuk memastikan bahwa kegelapan tidak pernah mendominasi, dan cahaya selalu hadir untuk memberikan harapan."

Kiko mengangguk, hatinya dipenuhi dengan tekad baru. "Aku siap. Aku akan melanjutkan tugas ini, seperti para penjaga sebelumku."

Soraya meletakkan tangannya di bahu Kiko. "Kau sudah jauh lebih siap dari yang kau kira, Kiko. Warisan orang tuamu, dan semua penjaga sebelumnya, ada bersamamu sekarang. Dunia ini membutuhkan penjaga yang berani dan bijaksana seperti dirimu."

Dengan Cahaya Tertinggi yang bersinar di tangannya, Kiko memandang ke depan, siap untuk melanjutkan perjalanan panjangnya sebagai Penjaga Cahaya. Meski tantangan besar masih menanti di masa depan, ia tahu bahwa dengan pengetahuan baru ini, ia memiliki kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjaga dunia tetap seimbang.

**Akhir Chapter 6.2**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang