Volume 6: Chapter 3

5 1 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 6.3**

Setelah menemukan altar kuno dan rahasia para Penjaga Cahaya, Kiko merasa bahwa dirinya kini lebih memahami kekuatan yang ia miliki. Namun, meskipun dia telah mengetahui sebagian besar dari masa lalunya, ada sesuatu yang tetap membuatnya ragu—perasaan bahwa dia belum sepenuhnya memahami siapa dirinya dan bagaimana Cahaya Tertinggi memilihnya.

Setelah menghabiskan waktu di ruang bawah tanah rahasia itu, Kiko dan Soraya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Soraya meyakinkan Kiko bahwa meskipun masa lalu telah terungkap, tugas menjaga keseimbangan di dunia ini masih jauh dari selesai. Namun, untuk melangkah lebih jauh, Kiko harus memahami warisan Penjaga Cahaya yang lebih dalam—dan itu berarti mempelajari lebih banyak tentang Nurum, roh cahaya purba yang telah memberikan kekuatan kepada para Penjaga Cahaya pertama.

Saat Kiko dan Soraya berjalan keluar dari ruangan bawah tanah, dunia di luar terasa tenang. Angin lembut bertiup, membawa bau dedaunan segar. Namun, di balik ketenangan itu, Kiko bisa merasakan ada sesuatu yang mulai bergeser di sekelilingnya. Seolah-olah dunia sedang menunggu sesuatu yang besar terjadi.

"Di mana kita bisa menemukan lebih banyak tentang Nurum?" tanya Kiko sambil menatap Soraya. "Aku tahu ada sesuatu yang lebih besar yang terjadi, tapi aku tidak yakin apa itu."

Soraya melangkah di depan Kiko, matanya tertuju ke cakrawala yang jauh. "Nurum bukanlah entitas yang bisa dipahami dengan mudah, Kiko. Ia adalah sumber cahaya dan kekuatan yang pertama kali ada, yang menjaga keseimbangan alam semesta. Namun, jejaknya telah lama hilang dari dunia ini. Hanya para penjaga tertua yang memiliki hubungan langsung dengannya."

Kiko mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apakah ada cara untuk menemukan jejak Nurum? Jika aku ingin benar-benar memahami peran ini, aku harus mengetahui lebih banyak tentang kekuatan ini."

Soraya terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ada satu tempat di mana kau mungkin bisa menemukan jejak terakhir Nurum—di sebuah kuil kuno di puncak Gunung Astar, tempat cahaya dan kegelapan pertama kali bertemu. Kuil itu adalah tempat para Penjaga Cahaya pertama kali diberikan tugas untuk menjaga keseimbangan."

Mata Kiko bersinar dengan rasa ingin tahu. "Gunung Astar... Apakah itu tempat di mana semuanya dimulai?"

Soraya mengangguk. "Benar. Di sana, kau akan menemukan kenangan para penjaga pertama, mereka yang pertama kali bersentuhan dengan kekuatan Nurum. Mereka meninggalkan jejak-jejak penting untuk penjaga seperti dirimu."

Meskipun Kiko merasa sedikit cemas tentang apa yang akan dia hadapi di Gunung Astar, ia tahu bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanannya. Dia telah menyelamatkan banyak tempat dan melawan kekuatan kegelapan yang kuat, tetapi perjalanan ini terasa berbeda. Kali ini, dia mencari kebenaran tentang dirinya sendiri, dan itu jauh lebih menantang daripada pertempuran mana pun.

Mereka berdua memulai perjalanan menuju Gunung Astar. Sepanjang perjalanan, lanskap berubah dari hutan lebat menjadi perbukitan berbatu. Soraya menjelaskan bahwa perjalanan ke Gunung Astar adalah ujian bagi setiap penjaga, tempat di mana mereka harus menghadapi kebenaran yang tersembunyi di dalam diri mereka.

Setelah beberapa hari berjalan, mereka tiba di kaki Gunung Astar. Gunung itu tampak sangat tua, dengan tebing-tebing curam dan awan gelap yang menggantung di puncaknya. Meskipun pemandangannya indah, Kiko bisa merasakan aura mistis yang menyelimuti tempat itu, seolah-olah gunung ini adalah penjaga rahasia yang belum terungkap.

"Apakah kau siap?" tanya Soraya, suaranya tenang namun penuh dengan rasa hormat terhadap tempat itu.

Kiko mengangguk, meskipun di dalam hatinya ada sedikit keraguan. "Aku tidak tahu apa yang akan kutemukan, tapi aku harus melihatnya."

Mereka mulai mendaki gunung, melalui jalan setapak yang penuh dengan bebatuan licin dan jurang yang dalam. Semakin tinggi mereka mendaki, semakin kuat Kiko merasakan kehadiran sesuatu—sesuatu yang besar, kuno, dan penuh kekuatan. Cahaya Tertinggi di tangannya mulai bersinar lebih terang, seolah merespons kehadiran yang ada di puncak gunung.

Setelah mendaki berjam-jam, mereka akhirnya tiba di sebuah dataran yang luas di dekat puncak gunung. Di tengah dataran itu, berdiri kuil tua yang telah lama ditinggalkan, dikelilingi oleh patung-patung besar yang menggambarkan para Penjaga Cahaya pertama. Di depan kuil itu, terdapat sebuah altar yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran rumit yang memancarkan cahaya samar.

Kiko berjalan mendekati altar itu, merasakan bahwa inilah tempat di mana segala sesuatunya dimulai. Saat dia mendekat, dia merasakan getaran lembut di tanah, seolah-olah gunung itu sendiri hidup dan merespons kehadirannya.

"Kau telah tiba di tempat di mana semuanya dimulai," kata Soraya dengan lembut, berdiri di belakang Kiko. "Di sini, para penjaga pertama kali menerima kekuatan dari Nurum. Dan di sini, kau akan menemukan kebenaran tentang dirimu."

Kiko menatap altar itu, lalu meletakkan tangannya di atasnya. Begitu tangannya menyentuh permukaan batu dingin itu, cahaya terang menyelimuti tempat itu, dan dunia di sekitarnya berubah.

Tiba-tiba, Kiko mendapati dirinya berdiri di tempat yang berbeda. Ia berada di sebuah dataran luas yang dipenuhi dengan cahaya dan kegelapan yang berputar-putar di sekelilingnya. Di kejauhan, dia melihat sosok-sosok yang tampak seperti roh-roh cahaya, bergerak di antara bayangan-bayangan gelap. Di tengah dataran itu, tampak sosok besar yang memancarkan cahaya terang. Itu adalah Nurum, roh cahaya purba yang telah menjaga keseimbangan sejak awal waktu.

Nurum menatap Kiko dengan mata yang penuh kebijaksanaan dan kekuatan. "Kiko," katanya, suaranya bergema lembut namun kuat, "kau telah datang jauh untuk menemukan kebenaran tentang dirimu. Namun, kebenaran itu tidak hanya ada di dalam sejarah para Penjaga Cahaya. Kebenaran itu juga ada di dalam hatimu."

Kiko merasa terpesona sekaligus bingung. "Aku... tidak sepenuhnya mengerti. Mengapa aku yang dipilih? Mengapa Cahaya Tertinggi ada padaku?"

Nurum mendekat, dan cahaya yang dipancarkannya semakin terang. "Karena di dalam dirimu, ada keseimbangan yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Kau telah menghadapi kegelapan dan tidak membiarkan dirimu tenggelam di dalamnya. Kau telah menjaga cahaya, tetapi juga menerima bahwa kegelapan adalah bagian dari dunia. Itulah mengapa Cahaya Tertinggi memilihmu. Kau adalah penjaga yang tidak hanya membawa cahaya, tetapi juga menjaga keseimbangan antara keduanya."

Kiko menatap Nurum dengan mata penuh kekaguman. "Jadi, ini adalah takdirku?"

Nurum mengangguk. "Takdir bukanlah sesuatu yang ditentukan dari luar, Kiko. Itu adalah sesuatu yang kau bentuk dengan setiap keputusan yang kau buat. Kau telah memilih jalan ini, dan sekarang kau akan memimpin para penjaga selanjutnya."

Tiba-tiba, dataran itu mulai memudar, dan Kiko menemukan dirinya kembali di depan altar di kuil Gunung Astar. Cahaya di sekelilingnya memudar, tetapi kini dia merasakan kekuatan yang lebih besar di dalam dirinya. Bukan hanya Cahaya Tertinggi yang bersinar di tangannya, tetapi juga keyakinan baru akan perannya sebagai Penjaga Cahaya.

Soraya menatapnya dengan bangga. "Kau telah menemukan jawaban yang kau cari, Kiko. Sekarang, kau tahu mengapa kau dipilih."

Kiko tersenyum, merasa lebih siap dari sebelumnya. "Aku mengerti sekarang. Tugas ini bukan tentang mengalahkan kegelapan atau membawa cahaya semata. Ini tentang menjaga keseimbangan."

Soraya mengangguk. "Dan itu adalah tugas yang tidak pernah berakhir. Tapi sekarang, kau memiliki kekuatan dan kebijaksanaan untuk melakukannya."

Dengan perasaan yang lebih ringan, Kiko menatap ke arah cakrawala, tahu bahwa perjalanan ini belum selesai. Namun, untuk pertama kalinya, dia merasa sepenuhnya siap untuk menghadapi apa pun yang datang, karena dia sekarang memahami siapa dirinya dan mengapa dia dipilih untuk membawa Cahaya Tertinggi.

**Akhir Chapter 6.3**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang