Volume 2: Chapter 4

14 3 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 2.4**

Malam itu, Hutan Lembayung terasa lebih sunyi dari biasanya. Angin yang biasanya berdesir lembut kini hampir tidak terdengar, seolah-olah seluruh hutan sedang menahan napas. Kiko dan teman-temannya telah kembali ke Pohon Besar dengan Batu Cahaya ketiga di tangan, tetapi suasana hati mereka tidaklah ceria seperti yang seharusnya. Ada sesuatu yang aneh terjadi, dan mereka semua bisa merasakannya.

"Kiko, apa kamu benar-benar baik-baik saja?" tanya Lala dengan nada penuh perhatian. Ia duduk di dekat Kiko, memandang sahabatnya yang tampak termenung.

Kiko mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya ia merasa gelisah. "Aku... aku baik-baik saja, Lala. Hanya saja... ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan. Ketika bayangan itu menembusku, aku merasakan sesuatu yang aneh, seperti ada energi yang bangkit di dalam diriku."

Tito, yang biasanya ceria, juga tampak khawatir. "Energi seperti apa? Apakah itu berbahaya?"

"Aku tidak tahu," jawab Kiko jujur. "Tapi rasanya kuat, dan aku merasa seperti aku bisa mengendalikannya, meskipun aku tidak tahu bagaimana."

Auri, yang duduk di cabang pohon di atas mereka, mendengarkan dengan cermat. "Kiko, mungkin kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Batu Cahaya ini. Mereka tidak hanya benda-benda biasa. Mereka menyimpan kekuatan yang bisa melindungi atau... mungkin juga mengubah."

Kiko menatap Auri dengan pandangan penuh pertanyaan. "Mengubah? Mengubah apa?"

Auri tampak ragu sejenak sebelum menjawab, "Batu Cahaya adalah sumber energi yang sangat kuat. Mereka bisa memperkuat yang lemah, tetapi juga bisa membangunkan sesuatu yang tersembunyi. Mungkin ketika bayangan itu menembusmu, Batu Cahaya tidak hanya melindungimu, tetapi juga membangunkan sesuatu di dalam dirimu."

Kiko terdiam, merenungkan kemungkinan itu. Ia selalu merasa berbeda, tetapi ia tidak pernah benar-benar memikirkannya sampai sekarang. Apakah mungkin bahwa Batu Cahaya telah mengungkap sesuatu tentang dirinya yang selama ini tersembunyi?

Sebelum mereka bisa mendiskusikan lebih jauh, tiba-tiba mereka mendengar suara gemerisik dari semak-semak di dekat mereka. Mereka semua berdiri waspada, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin muncul.

Dari balik semak-semak itu, muncullah seekor makhluk kecil dengan mata besar yang berkilauan dalam kegelapan. Makhluk itu tampak ketakutan, dan tubuhnya bergetar hebat. Itu adalah seekor musang kecil, yang biasanya dikenal karena keberanian dan kelincahannya. Namun, kali ini, ia tampak sangat ketakutan.

"Bantu aku! Tolong!" teriak musang itu dengan suara serak.

Bobo segera berlari mendekati musang itu, membantunya berdiri. "Apa yang terjadi? Ada apa?"

Musang itu terengah-engah, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab, "Ada sesuatu di hutan... sesuatu yang besar dan menakutkan. Aku tidak tahu apa itu, tetapi ia menyebarkan bayangan di mana-mana, membuat semua hewan ketakutan. Aku berlari secepat yang aku bisa untuk menyelamatkan diri."

Mendengar ini, Kiko merasa jantungnya berdebar kencang. "Bayangan? Apakah itu seperti yang kita hadapi di gua tadi?"

Musang itu mengangguk cepat. "Ya, tapi lebih besar... lebih kuat. Ia seperti sedang mencari sesuatu... atau seseorang."

Lala menoleh ke Kiko dengan tatapan serius. "Kiko, mungkin ia sedang mencari Batu Cahaya... atau mungkin ia sedang mencari kita."

Kiko merasa ketakutan yang aneh merayap di dalam dirinya. Jika makhluk itu benar-benar mencari mereka, maka hutan ini dalam bahaya besar. "Kita harus menghentikannya sebelum ia menyebabkan lebih banyak kerusakan," kata Kiko dengan tegas. "Ayo, kita harus pergi ke tempat musang ini melihat bayangan itu."

Mereka semua setuju, dan dengan segera, mereka mengikuti musang itu menuju bagian hutan di mana bayangan besar itu terlihat. Semakin dalam mereka memasuki hutan, semakin jelas terlihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tanah yang biasanya subur kini tampak layu, dengan tanaman-tanaman yang mengering dan pohon-pohon yang kehilangan daunnya. Cahaya bulan yang seharusnya menerangi jalan mereka tertutup oleh kabut tebal yang aneh, membuat mereka semakin sulit melihat.

Ketika mereka akhirnya tiba di tempat yang dimaksud, mereka melihatnya—sebuah bayangan besar yang bergerak perlahan di antara pepohonan. Bayangan itu tampak hidup, dengan bentuk yang terus berubah-ubah, seolah-olah terdiri dari kegelapan murni yang tidak memiliki bentuk tetap. Dari dalam bayangan itu, terdengar suara gemuruh yang dalam, membuat tanah bergetar di bawah kaki mereka.

"Itu dia," bisik Tito dengan nada penuh ketakutan. "Apa yang harus kita lakukan?"

Kiko merasakan Batu Cahaya di tangannya mulai bergetar, seolah-olah merespons keberadaan bayangan itu. Ia tahu bahwa ini adalah ujian yang harus mereka hadapi, tetapi ia juga tahu bahwa mereka tidak bisa melakukannya sendirian.

"Kita harus menggunakan kekuatan Batu Cahaya untuk melawannya," kata Kiko dengan mantap. "Batu-batu ini adalah satu-satunya harapan kita."

Namun, sebelum mereka bisa bertindak, bayangan besar itu tiba-tiba bergerak cepat ke arah mereka, menciptakan pusaran angin yang kencang dan memaksa mereka mundur. Bayangan itu semakin mendekat, dan Kiko merasakan dingin yang luar biasa menyelimutinya.

Tetapi di saat itu, sesuatu yang aneh terjadi. Batu Cahaya di tangan Kiko mulai bersinar lebih terang, dan cahaya itu menyelimuti tubuhnya, menciptakan perisai yang memantulkan bayangan itu. Bayangan itu tampak terguncang, seolah-olah cahaya dari Batu Cahaya membuatnya mundur.

"Kiko, apa yang terjadi?" teriak Lala, terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Aku... aku tidak tahu!" balas Kiko, tetapi ia merasa kekuatan yang sama seperti di gua tadi—kekuatan yang seolah-olah mengalir dari Batu Cahaya ke dalam dirinya, memberinya kekuatan untuk melawan bayangan itu.

Kiko mengangkat Batu Cahaya tinggi-tinggi, membiarkan cahayanya menyebar ke seluruh area. Bayangan itu bergetar hebat, sebelum akhirnya mundur dengan cepat, menghilang ke dalam kegelapan hutan.

Ketika semuanya berakhir, mereka semua terdiam, masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Kiko... apa yang baru saja kamu lakukan?" tanya Bobo dengan nada penuh kekaguman dan sedikit ketakutan.

Kiko menurunkan Batu Cahaya dan melihat ke sekelilingnya. "Aku... aku tidak tahu. Tapi rasanya seperti Batu Cahaya ini memberiku kekuatan untuk melawan bayangan itu."

Auri terbang mendekat, menatap Kiko dengan serius. "Kiko, ini bukan hal yang biasa. Kamu mungkin memiliki hubungan yang lebih kuat dengan Batu Cahaya daripada yang kita kira. Mungkin, ada alasan kenapa batu-batu ini memilihmu."

Kiko merasa kebingungan yang semakin besar. "Apa maksudmu? Mengapa batu-batu ini memilihku?"

Auri tidak langsung menjawab, tetapi dari ekspresinya, Kiko tahu bahwa burung kecil itu memiliki dugaan yang serius. "Aku tidak yakin, Kiko. Tetapi satu hal yang pasti, kita harus lebih berhati-hati. Kekuatan ini bisa menjadi kunci untuk menyelamatkan hutan, atau mungkin bisa menjadi sesuatu yang jauh lebih besar."

Kiko terdiam, merenungkan kata-kata Auri. Di dalam dirinya, ia merasa ada sesuatu yang sedang bangkit, sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan dari Batu Cahaya. Apakah mungkin ada sesuatu di dalam dirinya yang selama ini tersembunyi, sesuatu yang akan terungkap seiring dengan perjalanan mereka?

Namun, sebelum ia bisa memikirkannya lebih lanjut, Lala memegang lengannya dengan lembut. "Kiko, apapun yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama. Kamu tidak sendirian."

Kiko tersenyum tipis, merasa sedikit lega. "Terima kasih, Lala. Aku tahu kita bisa melewati ini. Kita hanya perlu terus maju."

Dengan tekad baru, mereka semua kembali ke Pohon Besar. Meski masih banyak yang belum mereka pahami, satu hal yang pasti—petualangan mereka baru saja memasuki tahap yang lebih berbahaya, dan kebenaran tentang Batu Cahaya, serta tentang diri Kiko, akan segera terungkap.

Namun, di balik semua itu, bayangan yang mereka lawan tadi masih mengintai di balik kegelapan, menunggu saat yang tepat untuk kembali. Dan Kiko tahu, bahwa ujian terbesar mereka belum datang.

**Akhir Chapter 2.4**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang