Volume 5: Chapter 2

1 1 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 5.2**

Ruangan utama kuil tua tempat Kiko berdiri kini benar-benar diselimuti kabut tebal. Cahaya Tertinggi di tangannya hanya mampu menembus sedikit kegelapan yang menutupi setiap sudut ruangan, seolah-olah kabut ini hidup, bergerak dengan kehendaknya sendiri. Di depannya, Penguasa Kabut berdiri dengan angkuh, sosoknya tinggi dan misterius, wajahnya tertutup kain hitam yang mengalir dengan angin tak terlihat. Suara tawa pelan terdengar, menggema di seluruh kuil, membuat suasana semakin menegangkan.

"Kau percaya pada keseimbangan," kata Penguasa Kabut dengan suara dalam dan dingin. "Tetapi di sini, di bawah kekuasaanku, tidak ada keseimbangan. Hanya ada kegelapan, dan aku penguasanya."

Kiko tetap tenang meski merasakan tekanan yang semakin besar dari kabut yang menyelimuti tubuhnya. Ia tahu bahwa musuh yang dihadapinya kali ini bukan hanya soal fisik, tetapi tentang kekuatan yang berasal dari kegelapan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Lautan Hitam, ini adalah ujian lain untuk menjaga keseimbangan, dan kali ini ia harus menemukan cara untuk mengatasi kegelapan yang lebih mendalam dan licik.

"Aku tidak datang untuk menghancurkan kegelapanmu," kata Kiko, suaranya tegas namun tenang. "Aku datang untuk mengembalikan keseimbangan. Kegelapan dan cahaya harus hidup berdampingan, tetapi tidak ada yang boleh berkuasa sendirian."

Penguasa Kabut hanya tersenyum, dan dengan satu gerakan tangannya, kabut di sekeliling mereka semakin padat, menekan Kiko dari segala arah. "Keseimbangan itu ilusi. Dunia ini diciptakan untuk ditaklukkan oleh kegelapan. Cahaya hanya akan menjadi bayangan yang hilang."

Tiba-tiba, kabut menyerang Kiko dengan kekuatan yang luar biasa, mencoba menjerat tubuhnya dan menghentikan gerakannya. Kiko segera mengangkat Cahaya Tertinggi, menciptakan perisai cahaya yang melindungi dirinya dari serangan kabut. Namun, kabut itu berbeda dari yang pernah ia hadapi sebelumnya—ia bergerak seperti makhluk hidup, licin dan sulit dipegang.

Kiko berjuang melawan tekanan kabut yang semakin kuat. Setiap kali ia mencoba menyerang balik dengan Cahaya Tertinggi, kabut itu memudar dan kembali membentuk dirinya di tempat lain. Penguasa Kabut hanya tertawa, matanya yang tersembunyi di balik kain hitam berkilau dengan kebencian.

"Kau tidak akan pernah bisa menembus kabut ini, Kiko. Kabut adalah bagian dariku, dan selama aku ada, kabut ini tidak akan hilang."

Kiko mulai merasakan kelelahan. Setiap kali ia mencoba menggunakan Cahaya Tertinggi untuk menyerang atau melindungi diri, kabut itu tampaknya semakin kuat, seolah-olah menyerap sebagian energi dari cahaya yang ia pancarkan. "Aku tidak bisa terus begini," pikir Kiko. "Setiap serangan hanya memperkuatnya."

Menyadari hal itu, Kiko berhenti menyerang. Ia menurunkan intensitas Cahaya Tertinggi, membiarkan cahaya itu hanya bersinar lembut, seperti yang ia lakukan saat menghadapi Raja Kegelapan di Lautan Hitam. Kali ini, ia harus bermain cerdas, bukan hanya mengandalkan kekuatan.

Dengan napas yang lebih tenang, Kiko mencoba merasakan kabut di sekelilingnya. Ia tidak lagi melihat kabut itu sebagai musuh mutlak, tetapi sebagai bagian dari keseimbangan yang harus ia pahami. Seperti yang pernah ia pelajari, kegelapan dan cahaya bukanlah dua kekuatan yang harus saling menghancurkan, tetapi dua sisi yang saling melengkapi.

Penguasa Kabut tampaknya menyadari perubahan sikap Kiko dan tersenyum samar. "Apa yang kau rencanakan, anak muda? Cahaya saja tidak akan cukup untuk melawan kegelapan ini."

Kiko tidak menjawab. Sebaliknya, ia mulai memusatkan pikirannya, berusaha menyesuaikan Cahaya Tertinggi dengan energi yang ada di sekelilingnya. Ia membiarkan cahayanya bersinar dengan lembut, tanpa memaksa kegelapan untuk mundur. Kali ini, Kiko tidak berusaha menghancurkan kabut, melainkan mencoba mengalir bersamanya.

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang