Volume 1: Chapter 9

8 3 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 1.9**

Setelah pertemuan besar di bawah Pohon Besar, Kiko dan teman-temannya mulai menyesuaikan diri dengan peran baru mereka sebagai penjaga Hutan Lembayung. Mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan, tetapi juga memimpin komunitas hutan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Hari demi hari, mereka bekerja keras untuk memastikan bahwa hutan tetap aman. Mereka berpatroli di berbagai wilayah, menyapa teman-teman lama, dan memastikan tidak ada yang mengganggu keseimbangan alam. Namun, peran baru ini juga membawa tekanan. Setiap keputusan yang mereka ambil bisa berdampak besar pada seluruh hutan.

Suatu pagi, saat mereka sedang berkumpul di tepi Sungai Emas, Lumia datang dengan ekspresi khawatir. Sayap-sayapnya yang biasanya berkilauan tampak sedikit kusam, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Kiko, Tito, Lala, Bobo," kata Lumia dengan suara terburu-buru. "Ada masalah di sisi barat hutan, dekat dengan rawa. Beberapa makhluk hutan melaporkan bahwa air di sana mulai mengering, dan itu bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang mengganggu keseimbangan di area itu."

Kiko merasa dadanya sesak. Rawa di sisi barat adalah salah satu ekosistem terpenting di Hutan Lembayung. Banyak makhluk yang bergantung pada air di sana untuk bertahan hidup. "Kita harus segera pergi ke sana dan melihat apa yang terjadi," kata Kiko tanpa ragu.

Mereka semua setuju, dan dengan cepat bergerak menuju sisi barat hutan. Semakin dekat mereka dengan rawa, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Udara mulai terasa lebih kering, dan suara gemericik air yang biasanya menyambut mereka sudah tidak terdengar lagi.

Ketika mereka tiba di rawa, mereka disambut dengan pemandangan yang menyedihkan. Air yang biasanya melimpah kini tinggal genangan kecil. Tanah di sekitarnya mulai mengering, dan tumbuhan yang tumbuh subur di tepi rawa mulai layu.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya Lala dengan nada putus asa. "Rawa ini seharusnya penuh dengan air."

Kiko meneliti area tersebut dengan seksama, mencari tanda-tanda apa pun yang bisa menjelaskan situasi ini. Akhirnya, ia melihat sesuatu yang mencurigakan. Di pinggiran rawa, di antara bebatuan besar, ada retakan besar di tanah yang seolah-olah menyedot air dari rawa itu.

"Kalian lihat ini?" kata Kiko sambil menunjuk ke arah retakan. "Ini seperti celah yang menghisap air dari rawa. Tapi bagaimana bisa ada celah seperti ini di sini?"

Tito mendekati retakan itu dan memeriksa lebih dekat. "Ini tidak terlihat alami," katanya. "Sepertinya ada sesuatu di bawah tanah yang menyebabkan ini. Mungkin ada gua atau terowongan yang membuka jalan air keluar dari rawa."

Bobo mengerutkan dahi. "Tapi apa yang bisa menyebabkan itu? Apakah mungkin ini ulah makhluk dari dunia lain lagi?"

Lumia, yang sejak tadi terbang rendah mengitari retakan itu, akhirnya angkat bicara. "Ada kemungkinan bahwa retakan ini adalah akibat dari aktivitas bawah tanah. Di Hutan Lembayung, tanah kita terhubung dengan aliran energi dari bawah permukaan. Jika aliran itu terganggu, bisa menyebabkan kerusakan seperti ini."

Kiko merenung sejenak, mencoba mencari solusi. "Kita harus menutup retakan ini dan memulihkan aliran air ke rawa. Tapi kita juga perlu memastikan bahwa ini tidak akan terjadi lagi. Mungkin kita perlu mencari tahu lebih dalam apa yang terjadi di bawah tanah."

Lala, yang terkenal dengan keberaniannya, berkata, "Aku bisa mulai mengumpulkan dahan dan batu untuk menutup retakan ini, tapi kita harus bergerak cepat. Jika air terus mengalir keluar, rawa ini bisa mengering sepenuhnya."

"Kita harus bekerja sama," tambah Kiko. "Tito, Bobo, kalian bantu Lala mengumpulkan bahan untuk menutup retakan. Lumia dan aku akan mencoba mencari tahu lebih dalam apa yang menyebabkan ini."

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang