Volume 2: Chapter 10

5 3 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 2.10**

Matahari pagi menyinari Hutan Lembayung dengan cahaya lembut yang menembus dedaunan hijau, menciptakan kilauan di atas embun yang masih menggantung di rerumputan. Pagi itu, hutan terasa damai, seolah-olah seluruh alam merasakan ketenangan yang baru saja mulai meresap ke dalam hati Kiko dan teman-temannya.

Kiko, Lala, Tito, dan Auri berkumpul di bawah Pohon Besar, tempat mereka sering merencanakan petualangan mereka. Namun, kali ini, suasana sedikit berbeda. Ada keheningan yang mendalam, namun tidak lagi penuh dengan kesedihan atau rasa kehilangan—melainkan dengan perasaan damai dan penerimaan.

Setelah semalam merasakan kehadiran Bobo dalam bayangannya di sungai, Kiko merasa lebih siap untuk melanjutkan hidupnya. Meskipun rasa sakit karena kehilangan Bobo masih ada, ia menyadari bahwa ia tidak bisa terus-menerus hidup dalam bayang-bayang kesedihan itu. Ia harus melanjutkan, untuk menghormati pengorbanan Bobo dan untuk menjaga Hutan Lembayung seperti yang mereka janjikan.

"Kiko," kata Lala pelan, memecah keheningan pagi itu, "apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

Kiko memandang ke arah Lala, kemudian ke arah Tito dan Auri yang menunggu dengan penuh perhatian. "Aku sudah banyak berpikir tentang itu," jawab Kiko dengan suara tenang. "Aku tahu kita sudah melalui banyak hal, dan kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Tapi kita tidak bisa berhenti di sini. Kita masih memiliki tugas untuk menjaga hutan ini, dan itu adalah tugas yang harus kita lakukan bersama."

Tito mengangguk setuju, meskipun matanya menunjukkan bahwa ia juga masih merasakan kehilangan itu. "Aku setuju, Kiko. Kita harus terus melanjutkan. Tapi aku juga berpikir bahwa kita tidak perlu melakukannya sendirian. Ada banyak makhluk di hutan ini yang bisa kita ajak bekerja sama untuk menjaga hutan."

Lala tersenyum, merasa ada harapan baru yang mulai tumbuh di antara mereka. "Tito benar. Kita bisa meminta bantuan dari makhluk-makhluk lain di hutan. Jika kita bekerja bersama, kita bisa menjaga Hutan Lembayung dengan lebih baik."

Auri, yang selama ini menjadi pemandu mereka, terbang mendekat dan menatap mereka dengan mata cerdasnya. "Kalian sudah tumbuh dan belajar banyak dari perjalanan ini. Kehilangan memang menyakitkan, tetapi itu juga mengajarkan kita untuk menjadi lebih kuat. Kiko, kamu telah menunjukkan bahwa meskipun Cahaya dan Kegelapan bisa bertarung, mereka juga bisa bekerja sama. Itu adalah pelajaran yang penting bagi kita semua."

Kiko tersenyum kecil, merasa kehangatan di dalam hatinya mulai kembali. "Terima kasih, Auri. Aku tidak bisa melakukan ini tanpa kalian semua. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan aku merasa bahwa kita masih punya banyak hal yang harus dilakukan."

Mereka semua setuju, dan untuk pertama kalinya sejak pertempuran terakhir, mereka merasa benar-benar bersatu, tanpa beban rasa bersalah atau kehilangan yang menghantui mereka.

Hari itu, mereka memutuskan untuk berkeliling hutan, berbicara dengan berbagai makhluk yang tinggal di sana, menawarkan bantuan mereka dan mengajak mereka untuk bergabung menjaga Hutan Lembayung. Di sepanjang perjalanan, Kiko mulai merasakan semangatnya kembali. Meskipun rasa sakit itu tidak sepenuhnya hilang, ia menyadari bahwa ia bisa melanjutkan hidup dengan rasa kehilangan itu—bahkan mungkin menjadi lebih kuat karenanya.

Saat sore hari tiba, mereka kembali ke Pohon Besar, merasa puas dengan apa yang telah mereka capai. Mereka telah bertemu dengan banyak makhluk, termasuk keluarga musang yang mereka bantu sebelumnya, sekelompok burung hantu bijak yang tinggal di pohon-pohon tinggi, dan beberapa rusa yang berlari bebas di padang rumput.

"Sungguh luar biasa," kata Tito, duduk bersandar di Pohon Besar sambil menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye dan merah muda. "Aku tidak pernah menyangka bahwa ada begitu banyak makhluk di hutan ini yang peduli seperti kita."

"Ya," tambah Lala, tersenyum bahagia. "Rasanya seperti kita bukan hanya tim kecil lagi, tapi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Kita semua bersama-sama menjaga hutan ini."

Auri, yang duduk di dahan di atas mereka, juga tampak senang. "Ini adalah awal yang baik. Dengan banyaknya makhluk yang mau bekerja sama, kita bisa memastikan bahwa Hutan Lembayung tetap aman untuk generasi yang akan datang."

Kiko, yang duduk di antara teman-temannya, merasakan perasaan damai yang menyelimuti hatinya. Meskipun hari ini adalah hari yang panjang dan penuh dengan pertemuan, ia merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang baru—sebuah fajar baru bagi mereka semua.

"Aku pikir kita sudah melakukan sesuatu yang baik hari ini," kata Kiko akhirnya, menatap ke arah matahari terbenam yang indah di kejauhan. "Dan aku yakin Bobo juga akan bangga dengan apa yang telah kita capai."

Lala dan Tito mengangguk setuju, sementara Auri tersenyum lembut. "Bobo akan selalu menjadi bagian dari kita, Kiko. Dia ada di sini, dalam setiap langkah yang kita ambil untuk melindungi hutan ini."

Malam itu, saat bintang-bintang mulai bermunculan di langit, Kiko berbaring di bawah Pohon Besar, menatap langit yang gelap namun dipenuhi dengan cahaya. Meskipun banyak hal telah berubah, ia merasa bahwa mereka berada di jalan yang benar.

Dengan hati yang lebih ringan dan semangat baru, Kiko tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Masih banyak hal yang harus mereka pelajari, banyak tantangan yang harus dihadapi, dan banyak lagi yang harus mereka lindungi. Tetapi dengan teman-temannya di sisinya, dan dengan kenangan Bobo yang selalu ada di hatinya, Kiko merasa siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Fajar baru telah tiba di Hutan Lembayung, dan dengan itu, datang harapan baru bagi mereka semua.


**Akhir Chapter 2.10**
🌟🌟🌟

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang