Volume 3: Chapter 7

4 2 0
                                    

🌟🌟🌟
**Chapter 3.7**

Setelah kemenangan di Lembah Bayangan Tersembunyi, Kiko, Lala, Tito, dan Auri kembali ke Pohon Besar dengan perasaan lega. Mereka telah mengalahkan ancaman kegelapan besar yang hampir menghancurkan Hutan Lembayung, dan Cahaya Tertinggi kini menjadi sekutu mereka dalam menjaga keseimbangan antara cahaya dan kegelapan.

Namun, meskipun bahaya sementara telah berlalu, Kiko merasakan sesuatu yang masih belum beres. Ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap di luar sana, sesuatu yang mengintai di sudut-sudut hutan, menunggu saat yang tepat untuk muncul.

Suatu malam, saat Kiko merenung di bawah bintang-bintang, Cahaya Tertinggi yang ada di tangannya bersinar dengan lembut, menghangatkan jiwanya. Namun, bahkan dengan kekuatan besar itu di sisinya, Kiko merasa masih ada sesuatu yang kurang—sebuah kekuatan yang tidak bisa ia dapatkan hanya dari Cahaya Tertinggi.

"Kiko," bisik Auri dari cabang pohon di atasnya, "aku tahu apa yang kau pikirkan. Meskipun kita telah mengalahkan bayangan besar itu, ada musuh lain yang lebih kuat yang menunggu kita."

Kiko menatap Auri dengan serius. "Aku tahu. Aku bisa merasakannya. Tapi kali ini, aku merasa kita tidak bisa mengandalkan Cahaya Tertinggi saja. Aku membutuhkan kekuatan lain... kekuatan fisik untuk menghadapi musuh yang mungkin tidak terpengaruh oleh cahaya ini."

Auri terbang turun, matanya berkilauan dalam cahaya bulan. "Ada satu orang yang mungkin bisa membantumu. Seorang guru bela diri yang tinggal jauh di dalam Hutan Lembayung, di tempat yang bahkan kita jarang kunjungi. Dia dikenal sebagai Master Raiko, dan telah melatih makhluk-makhluk kuat selama berabad-abad. Jika ada seseorang yang bisa mengajarkanmu cara bertarung secara fisik, itu adalah dia."

Mendengar nama Master Raiko, Kiko merasa sedikit harapan tumbuh di dalam hatinya. "Master Raiko... apakah dia akan setuju untuk melatihku?"

Auri mengangguk pelan. "Dia terkenal keras, tetapi jika kau menunjukkan tekadmu dan membuktikan bahwa niatmu murni, dia mungkin setuju untuk melatihmu."

Keesokan harinya, Kiko mengumpulkan Lala dan Tito, memberitahu mereka tentang niatnya untuk mencari Master Raiko. "Aku perlu belajar bela diri. Cahaya Tertinggi memberikan kita kekuatan, tetapi aku merasa musuh berikutnya akan lebih tangguh, dan aku harus siap secara fisik."

Lala menatap Kiko dengan penuh perhatian. "Aku mengerti, Kiko. Kami akan mendukungmu. Jika ini yang kau butuhkan untuk melindungi hutan, maka kita harus melakukannya."

Tito, yang selalu bersemangat, menepuk bahu Kiko. "Belajar bela diri? Itu hebat! Aku ingin melihatmu belajar dari Master Raiko. Siapa tahu, aku mungkin bisa mempelajari beberapa gerakan juga."

Dengan semangat baru, mereka memulai perjalanan menuju bagian terdalam dari Hutan Lembayung, di mana Master Raiko tinggal. Perjalanan mereka tidak mudah. Mereka melewati hutan yang semakin gelap dan lebih liar, penuh dengan makhluk-makhluk misterius dan jalur yang sulit dilalui. Namun, Kiko dan teman-temannya tidak mundur. Mereka tahu bahwa di ujung perjalanan ini, ada seseorang yang bisa memberi mereka kekuatan yang sangat dibutuhkan.

Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di sebuah dataran tinggi yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan tebing curam. Di tengah dataran itu, berdiri sebuah pondok kayu yang tampak sederhana, namun memancarkan aura kekuatan yang luar biasa. Di depan pondok, seorang pria tua dengan jubah sederhana duduk dengan tenang, matanya terpejam, dan tangannya terlipat di atas lutut.

"Itu pasti Master Raiko," bisik Auri, yang terbang rendah di samping Kiko. "Berhati-hatilah saat berbicara dengannya. Dia tidak menyukai basa-basi."

Kiko mendekati pria tua itu dengan penuh hormat, merasakan kekuatan yang besar meskipun sosok pria itu tampak sederhana. "Master Raiko," kata Kiko dengan suara rendah, "namaku Kiko. Aku datang untuk memohon bimbinganmu."

Rabbit And The Legend Of Orange Fur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang