Winona dan segala drama hidupnya.
menjadi dirinya harusnya mudah bukan? menjadi cucu perempuan satu-satunya di keluarga powerfull di Indonesia, materi yang berlimpah, ia bisa mendapatkan semuanya hanya dengan menunjuk.
tapi ternyata tidak semudah...
sebelum baca mungkin bintangnya bisa di pencet dulu hehehe, jangan lupa vote dan komennya ya teman-teman <3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Winaya membuka pintu Apartemen ketika mendengar suara bel yang ditekan berkali-kali, dengan wajah kesal ia sudah tau siapa yang melakukan itu.
"Saya bisa melapor ke pengelola gedung kalo dokter terus-terusan menganggu ketenangan saya!" kesal Winaya mendapati Althafandra yang terus mengganggunya biarpun sudah ia abaikan.
"Saya gak sedang membuat keributan apapun jadi kamu gak ada bukti untuk melaporkan Saya," balas Andra dengan senyuman yang menurut Naya itu menyebalkan.
Naya menahan kesal karena balasan pria itu, Winaya tidak tau kalo Andra bisa berubah menjadi semenyebalkan ini.
"Saya gak merasa mempunyai kepentingan dengan dokter jadi silakan pergi," usir Naya yang diabaikan oleh cucu Hartono itu.
"Saya lapar," ucap Andra tak mempedulikan tatapan kesal Winaya
Winaya mengernyit tidak mengerti, lapar katanya? lalu apa hubungannya dengan dirinya, pria di depannya ini jelas tidak kekurangan uang untuk membeli makanan, lalu kenapa harus melapor kepada Naya?
Winaya menghela nafas, "Kalo begitu dokter bisa turun kebawah, ada restoran cepat saji yang buka 24 jam," ucap Naya sembari akan masuk dan menutup pintu.
Tapi Andra berhasil menahannya dan ikut masuk kedalam Apartemen Naya, jangan ditanya ekspresi Naya karena gadis itu terlihat sangat kesal sekarang tapi tidak bisa apa-apa, jika ia mengusir paksa Andra ia jelas akan membuat keributan, Winaya sedang malas ribut dengan seseorang.
"Kamu tau sendiri Saya gak terbiasa dengan makanan cepat saji, kamu punya sesuatu untuk dimakan?"
"Nggak ada apapun, lagi malas masak," balas Winaya tidak peduli, ia hanya duduk sambil memperhatikan Andra yang sedang mencari sesuatu di kulkasnya.
Terserahlah Andra ingin melakukan apa, Winaya tidak peduli.
Andra melirik ke arah Naya yang sedang menyibukan diri dengan laptop dipangkuannya, gadis itu benar-benar tidak mengindahkannya sama sekali, tidak peduli apakah Andra akan mengacak-acak dapurnya atau mungkin menghabiskan bahan makanannya, Winaya mengabaikan Andra dengan sempurna.
Andra melanjutkan kegiatan memasaknya, kulkas Winaya sangat lengkap, gadis itu bahkan sudah menyiapkan bahan-bahan masakannya agar bisa langsung dimasak saat terburu-buru, Andra juga meneliti sekeliling tempat tinggal Naya ini, semua tertata rapi, dan Andra sadar jika Winaya benar-benar sudah dewasa.
Winaya sudah menjadi wanita dewasa.
Andra ingat sekali jika dulu Naya adalah gadis manja yang selalu mengikutinya kemana-mana, rajin mencari perhatiannya, tidak pernah absen untuk datang ke kliniknya hanya sekedar untuk melihatnya, Winaya yang dulu cenderung ceroboh dan suka seenaknya.