Winona dan segala drama hidupnya.
menjadi dirinya harusnya mudah bukan? menjadi cucu perempuan satu-satunya di keluarga powerfull di Indonesia, materi yang berlimpah, ia bisa mendapatkan semuanya hanya dengan menunjuk.
tapi ternyata tidak semudah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
WINONA
Aku melihat Altario berjalan memasuki ruangan ku sambil membawa dua buket bunga berukuran besar di tangannya, saking besarnya wajah Altario bahkan sampai tenggelam diantara buket indah tersebut.
"Selamat atas perilisan produk baru yang langsung menjadi pencarian No 1 di semua platformonline dan offline," Altario memberikan buket indah itu kepada ku, dan tentu saja aku menerimanya dengan senang hati.
"Wih makasih, cantik banget bunganya, tapi kok dua?"
"Yang satu titipan mama, salam dari mama katanya lo keren banget karena berani bikin produk baru yang beda dari yang lain." Aku tersipu mendengar pujiannya, sorry, pujian dari tante Yuna yang di titipkan lewat Altario maksudnya, tante Yuna adalah salah satu role modelku di dunia bisnis, selain cantik, dan sangat pintar, beliau adalah sosok yang anggun dan sangat bersahaja, i really love her so much.
Altario dengan tidak sopannya duduk di kursi kerjaku, saat aku terlalu fokus dengan dua buket cantik pemberiannya, aku memang sangat menyukai bunga, mawar dan lily adalah dua bunga favoriteku, dan entah kebetulan atau apa Altario memberiku dua buket dengan dua jenis bunga favoriteku.
"Heh siapa bilang lo boleh duduk dikursi gue!" seruku saat melihat Altario dengan santainya menaikan kakinya ke mejaku, seolah itu adalah meja kerja pribadinya.
"Tidur di ranjang lo aja boleh, masa cuma duduk di kursi lo nggak boleh." Balasnya bikin aku tambah melotot kesal, padahal baru aja lho aku mau genjatan senjata karena dia baru saja memberiku bunga favoriteku.
"Kak! Jangan keras-keras ngomongnya ntar orang salah paham!"
"Salah paham apaan deh orang cuma kita berdua yang ada disini, lagian kan emang bener kan kemarin kita tidur bareng," Altario dengan santainya menjawab.
"Hah? Siapa yang tidur bareng?" aku melotot saat mendengar suara Naora di belakang ku, sejak kapan Naora ada disana?
"Kalian tidur bareng?" tanya Naora sekali lagi dengan wajah curiganya.
"Iya tidur bareng," aku semakin melotot ketika dengan santainya Altario menjawab seperti itu.
"Tidur bareng yang begitu?" ragu Naora, yang dibalas anggukan semangat oleh Altario.
"Astaga tobatttt Win tobattt, jadian dulu kalo mau tidur bareng," Naora sangat mendramatisir suasana.
Aku menoyor kepalanya sambil berkata "Kagak ada yang begitu bego, Altario lo percaya."
Sedangkan pelaku pembuat rumor tidak bertanggung jawab itu malah tertawa terpingkal-pingkal, seperti sangat puas membuatku malu.
"Hampir aja mau gue laporin ke nenek lo Win," ucap Naora sambil mengelus dadanya lega.