Suasana tenang malam hari. Hanya ada keheningan yang menyelimuti kala itu. Indah setia menemani Marsha yang masih berjuang melawan penyakitnya. Kali ini Marsha sedang bersitirahat setelah hari ini melalui pengobatan yang begitu menyakitkan. Indah yang telah melihat Marsha memejamkan matanya, lalu dirinya mengganti fokus kearah ponsel yang ada digenggaman. Saat dirinya membaca kabar Onel, dirinya tidak bisa menahan keterkejutannya. Onel memberitahu Indah jika saat ini Gito sedang menuju ke rumah sakit tempat Marsha dirawat. Indah sekarang menjadi bingung apa yang harus ia lakukan.
Keadaan bingung Indah terpapang jelas diraut wajahnya. Marsha yang terbangun, coba meraih tangan Indah yang berada di samping kasurnya. Indah menoleh kearah Marsha.
"Marsha, kamu kok bangun?".
"Aku kebangun kak. Kakak kenapa?".
"Eh itu Sha. Maaf ya".
"Kenapa minta maaf kak? Ada apa emangnya?".
"Gito tau kamu disini. Dia lagi menuju kesini", Indah menjawabnya sembari mengelus tangan Marsha.
Marsha menghembuskan nafas lalu tersenyum kearah Indah seraya menjawab kalimat Indah dengan tenang, "Gapapa kok kak. Emang mungkin udah waktunya kak Gito tau kok".
Indah tersenyum balik kearah Marsha. Kini keduanya coba saling menguatkan sembari menunggu kedatangan Gito. Marsha sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Jika keputsan Gito untuk meninggalkannya karena telah berbohong juga dia sudah siap. Meskipun hatinya tidak ikhlas akan hal tersebut.
.
.
.
Motor Gito melaju dengan kencang. Kali ini, perjalanan yang ia tempuh terasa sangat berbeda. Gundah gulana perasaannya dan keheningan malamlah yang setia menemani Gito yang saat uni tak bisa merasakan apapun disekitarnya. Marsha, hanya perempuan itu yang terus berada dipikiran Gito tanpa henti. Selang 15 menit dalam perjalanan, kini Gito sudah sampai di rumah sakit. Namun, dirinya tidak langsung menuju kekamar yang sudah diberitahu oleh Onel. Kini ia terdiam di lobi untuk mencoba menenangkan pikirannya.
Pikiran kalut memenuhi otak Gito. Dia hanya tak tahu harus apa setelah bertemu dengan Marsha. Gito terus menyalahkan dirinya karena tidak bisa disamping Marsha saat ia merasakan sakit. Dia takut kehilangan untuk kedua kalinya. Dirinya merasa tidak akan punya tujuan lagi jika Marsha tak disampingnya.
Gito saat ini tertunduk lesu di kursi yang berada di lobi rumah sakit. Lumayan lama ia berdiam diri disana. Saat sedang ia terdiam, ada dekapan hangat dari samping lengannya. Gito menoleh kesamping, ternyata ada Gracie yang memeluk lengannya.
"Dek, kok kamu disini?".
"Kakak jangan sedih ya. Nanti kalo kakak sedih, aku juga ikut sedih. Kan kakak kesini mau ketemu kakak cantik. Masa nanti kakak keliatan jelek gara-gara sedih", Gracie tersenyum memberikan semangat kepada Gito.
Gito serasa mendapatkan kekuatan untuk menghadapi ini semua. Ditambah lagi sebelah kiri Gito ada Onel juga yang menepuk pundaknya. Tanpa ada sepatah kata dari Onel tapi hanya dengan tatapan Gito bisa mengartikan bahwa sahabatnya itu terus mendukungnya. Sebelum menuju ruangan Marsha akhirnya Onel sedikit menceritakan keadaan Marsha.
"Jadi gitu Git. Marsha itu gamau buat lo khawatir. Gue juga tau keadaan lo saat ini punya masalah yang teramat rumit. Makanya juga gue ikut untuk merahasiakan semua ini".
"Sorry ya bro gue tadi emosi. Thanks selama gue ga ada lo juga jagain Marsha", Gito memeluk sahabatnya itu.
"Kakak juga minta maaf ya dek bikin kamu pulang malah telat gini", lanjut Gito berbicara kepada Gracie seraya mengelus kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar Andarini
RomanceCerita ini adalah Perjalanan terjal penuh liku dalam kehidupan Gito Senandika Andari. Apakah ia akan menyelesaikan konflik batinnya? Apakah ia bisa mencapai kebahagiaan? . . .