Setelah melawan pasukan dari Ashel dan Zee, Gito dan Onel menuju keruangan tempat yang lain berada. Kini pintu yang memisahkan mereka sudah didobrak dan lalu Gito langsung menerjang Zee. Terjangan Gito mengenai Zee lumayan telak. Onel lalu menuju Ciko untuk melepas ikatannya. Namun Ashel tidak tinggal diam. Ia coba menghalangi dengan mengacungkan pisau kearah Onel.
"Eits, cewek cantik kok megang gituan. Serem ah. Lepas ya", goda Onel kepada Ashel.
Hasil dari godaan itu adalah amarah Ashel yang meningkat hingga langsung menyerang Onel. Dirinya mencoba menebas dan menusuk Onel. Tapi nyatanya, Onel begitu lihai untuk menghindari semua serangan dari Ashel. Setelah menghindar beberapa kali, Onel sadar akan kesempatan untuk merebut pisau dari Ashel. Saat Ashel menghunuskan pisau itu kearah perut Onel, langsung saja Onel menangkap tangan Ashel dan menghentikan gerakan dari Ashel. Onel melanjutkan serangannya dengan menghempaskan Ashel kelantai dan mendapatkan pisaunya.
"Kalian gapapa? Bentar gue lepasin dulu", Onel lalu mencoba melepaskan ikatan dari Ader dan Ciko secara bergantian.
Sedangkan disudut lain. Gito masih terus bertarung dengan Zee. Tapi kini Zee semakin kewalahan. Gito sudah dalam keadaan fokus sepenuhnya tidak seperti saat dirinya lengah hingga membuat Zee berhasil membuat pertahanannya runtuh.
"Anjing lo lagi! Lo lagi bangsat!", Zee kesal melihat kehadiran Gito dan membuat dirinya tersudut.
"Ga ada kapoknya lo. Sekarang gue bakalan abisin lo Zee", Gito membalas kalimat Zee dengan dingin lalu kembali menerjang Zee. Pergelutan terjadi kembali. Zee terpelanting hingga duduk di sofa. Gito melihat kesempatan itu dengan melakukan sedikit lompatan kearah meja untuk pijakannya lalu menendang Zee yang berada disofa. Tendangan telak itu membua Zee bersama sofanya terguling kebelakang. Gito lalu kembali mengambil posisi menyerang Zee. Ternyata saat terjatuh, Zee berhasil meraih sebuah besi yang berada dilantai. Diraihnya besi itu lalu diayunkan kearah Gito yang sedang ingin menyerangnya lagi.
Zee kembali berdiri dengan besi sebagai senjatanya. Gito kembali awas dengan keadaan itu lalu bersiap dengan kuda-kuda untuk menyerang Zee kembali.
"Apa urusan lo ganggu gue mulu! Lo rebut cewe gue! Sekarang lo ganggu bisnis gue!".
"Ga ada. Tapi semesta emang ngutus gue buat bikin lo sadar!", Gito mencoba menendang Zee.
Zee berhasil menghindar lalu coba membalas dengan mengayunkan besi itu kearah Gito. Sialnya karena satu hal Gito sedikit terpeleset hingga fokusnya terganggu. Ayunan besi itu berhasil mengenai Gito meski ditepis dengan lengannya. Zee melihat kesempatan itu lalu melanjutkan serangannya. Tapi, Ciko dengan sigap setelah berhasil lepas lalu langsung menyeruduk Zee hingga keduanya tersungkur. Ciko dengan penuh emosi lalu melancarakan serangan bertubi-tubi kepada Zee yang saat ini sudah berada dibawah Ciko. Lalu Onel sedang berusaha melepaskan ikatan dari Ader.
"Der, lo gapapa? Kaki lo?", Onel kaget melihat keadaan kaki Ader yang bersimbah darah.
"Engga, gue gapapa kok", Ader menjawab Onel dengan sedikit menahan rasa sakitnya.
Semua tidak sadar dengan Ashel. Kini dirinya sudah meraih sebuah katana pendek yang berada di lemari. Setelah itu dirinya mencoba untuk menebas Onel. Ader yang sadar akan hal itu berhasil mendorong Onel untuk tidak terkena serang tersebut. Namun naas, saat Ader lah yang punggungnya terkena tebasan dari Ashel.
"Ader!", Onel sontak refleks berteriak melihat punggung Ader yang kena tebasan katana.
Ciko berhenti menyerang Zee sesaat mendengar teriakan dari Onel. Ia kembali dikejutkan dengan temannya yang terluka itu. Zee yang melihat kesempatan itu melepaskan diri dari Ciko. Sedangkan Gito langsung berlari kearah Ashel dan memukulnya dengan besi yang tadi digunakan oleh Zee. Ashel tersungkur. Onel menahan Ader yang merasa kesakitan dalam pelukannya.
"Git ayo cabut. Keburu Ader keabisan darah".
Setelah memukul Ashel, Gito membantu Onel untuk membopong Ader. Ciko yang masih ingin kembali menyerang Zee akhirnya mengurungkan niatnya. Ia mundur perlahan kearah teman-temannya.
"Semoga lo sadar Zee. Gausah ganggu kita lagi. Urusan kita selesai disini anjing!", Ciko berteriak lalu meninggalkan Zee dan Ashel.
Zee langsung menghampiri Ashel yang merasakan kesakitan. Dirinya semakin emosi.
"Gito! Urusan gue sekarang sama lo!", Teriak Zee sembari membopong Ashel yang pingsan.
.
.
.
.
.
Semuanya sekarang berada didalam mobil dengan tergesa-gesa. Hal itu karena melihat Ader yang mulai kehilangan kesadarannya. Onel yang mengemudipun menancap gas sekencang-kencangnya.
Mereka akhirnya sampai juga di rumah sakit. Ader langsung dibawa kedalam IGD untuk ditangani. Sedangkan tiga orang lainnya mengatur nafas setelah melalui kejadian yang melelahkan sebelumnya.
"Ciko, lo beneran gapapa? Lo dirawa juga gih sana", Onel memaksa Ciko untuk mendapatkan pengobatan. Namun dirinya menolak.
"Engga, gue gapapa kok. Anyway, thanks ya udah bantuin gue. Gito gue utang sama lo".
"Santai. Oiya Nel, kabarin gih si Muthe pasti khawatir. Suruh kesini aja".
"Lah iya juga gue belom ngabarin mereka. Yaudah biar mereka ga panik, gue yang jemput naik mobil deh. Lo disini aja ya sama Ciko nungguin kabar Ader".
Onel meninggalkan Gito bersama Ciko. Kedua pria itu diam seribu bahasa. Akhirnya Ciko membuka suara.
"Jadi, sekarang Marsha sama lo Git?".
"He'eh", jawab Gito singkat.
"Git, semua ini belom berakhir. Pasti masih bakalan berlanjut karena tujuan mereka belom tercapai", Ciko kembali berbicara sembari duduk di kursi tempat menunggu ruang IGD.
"Emang apa yang dicari mereka?".
"Gue gatau pastinya. Tapi, ini juga bersangkutan dengan Jeno".
Gito menyenderkan badannya lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu kembali melanjutkan perbincangan, "Maksudnya gimana Cik?".
"Iya tadi mereka nanyain keberadaan dari Jeno. Jujur aja gue gatau. Karena emang Jeno ama gue udah ga ada kontakan sama sekali. Tapi yang gue inget, sebelum Jeno ilang, dia bilang dia punya sesuatu yang bisa buat dia jadi kaya dan bikin semuanya tunduk sama dia. Gue juga gatau apa makasudnya".
Gito berpikir keras dengan pernyataan dari Ciko itu. Dirinya lanjut meraih ponselnya. Ia teringat bahwa Jeno itu juga mengenal Mando. Dirinya lalu coba melihat chat dari Feni yang tidak pernah ia buka. Dirinya kaget, ternyata Feni sudah mendapatkan informasi terbaru seputar dengan kejadian Shani. Ia juga baru sadar kalau Feni menyebutkan nama Jeno.
Gito langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu bersiap untuk meninggalkan Ciko.
"Lah lo mau kemana Git?".
"Gue mau ketemu orang. Titip salam aja ya sama yang lain".
Gito meninggalkan Ciko. Ciko hanya terdiam melihat Gito. Akhirnya Ciko hanya duduk termenung menunggu yang lain. Sebaliknya, Gito sudah sampai didepan rumah sakit dan mencoba menghubungi Feni.
"Nah, akhirnya kamu hubungi aku Gits".
"Dimana?".
"Santai dong Gits".
"Please gue butuh ngobrol sama lo tentang semuanya. Lo dimana Fen?".
"Okay aku Shareloct. See ya Gits".
Entahapa yang ada dipikiran Gito sekarang. Tiba-tiba semua permasalahan menjadisatu. Gito kalut dan tidak bisa berpikir jernih. Akhirnya ia bersiap menuju tempatyang diberikan oleh Feni. Gito sudah berada dalam taksi dengan keadaan yanghening tanpa kepastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar Andarini
RomanceCerita ini adalah Perjalanan terjal penuh liku dalam kehidupan Gito Senandika Andari. Apakah ia akan menyelesaikan konflik batinnya? Apakah ia bisa mencapai kebahagiaan? . . .