ELEGI SENANDIKA PART 14

213 33 0
                                    


Cahaya yang redup di temani keadaan tenang nan sepi. Gito berada disebuah lorong panjang. Entah dimana dia berada sebenarnya. Terasa linglung dan bingung. Ia terus menyusuri lorong itu. Diujung mata memandang terlihat sesosok wanita bergaun putih seakan memanggilnya. Ia coba menghampiri sosok itu. Bukan semakin dekat namun justru menjauh, jauh, dan jauh.

Tak terasa kakinya mulai lelah menyusuri lorong itu. Lelaki itu coba mengambil nafas. Saat dirinya kembali menoleh kedepan tiba-tiba tempat ia berpijak hancur. Dirinya terjatuh dalam lubang gelap tak berujung. Mengambang terus dalam kegelepan. Tiba-tiba ada suara yang tak asing baginya. Masih diposisi ia terjatuh tanpa batas ia mendengar banyak suara.

"Ini semua salah mu!".

"SALAH MU!".

"SEMUA YANG TERJADI KARENA KAMU GITO!".

"KAU TAK PANTAS UNTUK HIDUP!".

Dirinya masih terngiang kalimat-kalimat itu yang berulang masuk dan menyentuh gendang telinganya. Suara itu adalah Shota, ayah dari Shani. Lalu tiba-tiba ada suara lain yang terdengar.

"Gito. Apa yang kau lakukan Gito? Aku kesepian disini Git".

"Mana tanggung jawabmu? Mana janjimu? Katanya kita akan terus bersama Gito?".

Suara dari Shani semakin buat Gito semakin jatuh kedalam kegelapan yang semakin dalam. Hanya tangis yang bisa ia lakukan. Tidak bisa membalas sepatah katapun. Seketika, ia melihat sosok wanita diatas dirinya. Marsha, wanita yang saat ini dipilihnya untuk menjadi obat luka kehilangan Shani. Marsha mengulurkan tangannya. Gito yang masih melayang-layang coba meraih tangan dari Marsha.

Hampir keduanya saling menggenggam tangan. Ada tangan hitam yang kembali menarik Gito masuk semakin dalam dalam kegelapan dan menjauhkanya dari Marsha.

"Kak Gito! Tolong kak!".

"Kak aku takut kak!".

"KAK!", teriak Marsha yang sudah hilang dari hadapan Gito saat ini.

"MARSHA!".

"Hah, Hah, Hah. Ternyata hanya mimpi", Gito sadar dari mimpi buruknya. Begitu lelah Gito terbangun dari mimpinya. Ia duduk terdiam dikasur. Coba mengatur nafasnya yang sangat tidak beraturan. Ia coba menenangkan diri dari semua mimpi buruknya.

Diraihnya ponsel genggam yang berada disamping tempat tidurnya. Ia coba memeriksa apakah sang pujaan hati sudah membalasnya. Ternyata masih belum. Gito tidak bisa menutup kekecewaannya. Tapi ia berusaha berpikir positif, mungkin ini masih terlalu pagi untuk Marsha bangun.


.


Keheningan pagi itu menemani sang pria yang sedang menoleh kearah luar jendela kamarnya. Lamunan dirinya dihentikan dengan sebuah ketukan di pintu kamarnya.

"Tuan Gito. Apakah sudah bangun?".

"Ya Hina. Saya sudah bangun".

"Maaf tuan. Nona Feni memanggil anda untuk bertemunya dibawah".

Tanpa membalas kalimat dari Hina. Gito langsung keluar lalu menganggukan kepala kearah Hina. Hina membalas memberi hormat dengan sedikit membungkukan tubuhnya. Gito menyusuri tangga menuju bawah. Ternyata saat ini Feni sedang berkutat dengan Laptopnya. Feni merasakan kehadiran dari Gito.

"Pagi Gits. Gimana keadaanmu?".

Gito dengan dingin hanya menjawab, "Pagi. Aman kok. Ada apa Fen memanggil saya?".

"Huh, dasar kulkas. Jadi gini, Hina mendapatkan ponsel dari Mando. Saat ini aku sudah menyuruh orang kepercayaan ku ngecek ponselnya. Nanti kalau sudah ada hasilnya baru kita bisa pastikan adakah petunjuk selanjutnya".

ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar AndariniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang