ELEGI SENANDIKA PART12

193 35 2
                                    


     Semilir angin pagi telah bertiup. Mentari mulai menyapa bumi dengan senyum cerahnya. Seorang pria telah bangun dari peristirahatannya dan bersiap untuk menempuh sesuatu yang disebut kenyataan. Kali ini Gito tidak hanya menyiapkan badannya secara fisiknya saja. Mentalnya pun ia kuatkan demi menerima fakta terbaru dari semua kegundahannya.

     Ketukan pintu kamarnya itu buat dirinya memastikan kalau inilah saatnya. Dirinya berdiri tegap menuju sumber suara itu sembari membalas, "Iya sebentar saya keluar".

     "Baik Tuan. Nona Feni juga sudah menunggu dibawah", jawab Hina yang menyambutnya lalu kembali menuju kebawah untuk melanjutkan kegiatannya.

     Gito mengikutinya dari belakang. Ia masih tidak menyangka, wanita didepannya ini adalah seorang bodyguard. Senjata tajamnya selalu ada setia dibelakang badannya itu. Sesampainya dibawah, kembali dirinya dikejutkan dengan kehadiran orang yang baru saja ia kenal sebentar. Feni dengan santai sedang meminum teh sembari menungu Gito.

     "Nona, Tuan Gito sudah siap".

     "Oh, hai pagi Gits. Sini sarapan dulu", Feni langsung fokus melihat kearah Gito yang berada dibelakan Hina.

     "Terimakasih", Gito menjawab dengan ciri khasnya. Dingin layaknya es yang bisa mencair jika digenggam.

     "Lalu sekarang gimana? Apa yang akan kita lakukan?", lanjut Gito menanyakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tujuan ia pergi ke Bandung hanyalah satu; mendapatkan jawaban. Dia tidak ingin ada basa-basi lagi. Apalagi pergolakan batinnya semakin membuatnya tidak bisa mengontrol kesabarannya.

     "Hina, siapkan mobil. Sebentar lagi kita berangkat", Feni mengetahui kalau orang didepannya itu sudah diselimuti amarah yang membara. Setelah mendapatkan perintah, Hina langsung menuju keluar untuk menyiapkan mobilnya.

     "Gits satu hal, apakah kamu bisa berjanji padaku?".

     "Apa itu Fen?", Gito menjawabnya dengan dingin.

     "Kontrol dan tenangkan dirimu. Apapun yang terjadi jangan sampai kelewatan".

     Gito diam sejenak mendengar permintaan dari Feni. Sebenarnya Feni tahu benar bagaimana bentukan Gito. Gito dikalangan keluarga Hibiki dikenal sebagai orang yang dingin namun tidak bisa berhenti jika sudah terpancing emosinya. Banyak saingan dari keluarga Hibiki yang sudah menjadi korban. Minimal orang yang bertarung dengan Gito masuk rumah sakit. Lebihnya? Ya sampai ada yang tak bernyawa.

     "Ya, yaudah gausah basa-basi lagi. Lebih baik kita berangkat sekarang".

     Akhirnya Feni, Gito dan Hina bersiap meninggalkan villa itu. Suasana tegang sangat terasa didalam mobil itu. Gito yang duduk dikursi belakang hanya terus menatap keluar jendela sembari mengingat paras cantik dari Shani. Feni terus memperhatikan Gito dari depan. Ia berharap ini semua berakhir dan dirinya juga bisa melepaskan Shani dengan tenang.


.


     Padatnya kota Bandung menyambut mereka. Hina dan Feni terus berkomunikasi untuk menentukan arah tujuan kendaraan mereka. Setelah perjalanan yang telah mereka tempuh ini sampai dipinggir rel. Hina dapat informasi sang supir buruan mereka sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya di daerah tersebut.

     Feni memberikan komando kepada Hina untuk menghentikan mobil dan bersiap turun memburu target. Gito tidak kalah siapnya dengan kedua orang itu. Gito sudah sangat hafal wajah dari orang yang ia cari. Layaknya serigala lapar yang sedang mencari buruannya. Mata Gito sudah berubah sangat tajam saat menuju tempat persembunyian dari sang supir.

ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar AndariniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang