Ader dengan Ciko telah berdiri tegap didepan suatu bangunan. Keduanya kini sudah dipenuhi dengan amarah yang memuncak. Setelah membuang rokok, Ciko dan Ader bersiap masuk kedalam bangunan tersebut.
"Ayo Der".
"Let's go".
Tanpa basa-basi lagi keduanya sudah masuk didalam bangunan yang dijadikan markas oleh Ashel dengan kedok restoran. Kehadiran dari Ciko dan Ader menjadikan pusat perhatian untuk semua yang ada disana. Tidak dipungkiri wajah Ciko sangatlah akrab dengna lingkungan tersebut. Lebih tepatnya memiliki keterikatan sebagai musuh yang belum selesai.
"Woy anjing! Dimana Zee ama Ashel?!", teriak Ciko menarik perhatian dari orang-orang yang berada disitu.
Mereka tidak ada satupun yang menjawab teriakan Ciko. Melainkan mereka bersiap untuk menyerang Ciko. Pertarungan tidak bisa dihindari lagi. Akhirnya Ciko mulai membalas serangan dari pasukan Ashel yang dibantu juga oleh Ader. Pertarungan sekilas berat sebelah. Ciko hanya berdua dengan Ader, sedangkan musuhnya lebih dari selusin.
Benar saja, akhirnya Ciko mulai tersengkur. Ader yang melihat itu membuat fokusnya buyar hingga pukulan dari musuhnya mengenai wajah dengan telak. Namun Ader tidak menyerah begitu saja. Ia kembali kedalam fokusnya dan menyerang balik. Lalu dirinya juga menuju kearah Ciko dan keduanya justru mulai terpojok oleh geng 9 pedang itu.
Saat terpojok, akhirnya orang yang dicari oleh Ciko dan Ader menampakan batang hidungnya. Zee bersama Ashel hadir dalam keramaian. Menyadari kehadiran ketuanya, mereka menahan semua kegiatan.
Zee membuka suara memecahkan keheningan, "Woy lo malah datang ke kandang macan. Mau mati lo!".
Ciko tersulut emosinya namun tidak bisa dipungkiri juga tenaganya sudah terkuras. Keadaan yang tidak mengenakan saat ini terjadi. Ciko dan Ader sudah terkepung hingga keduanya di pegang erat oleh pasukan geng 9 pedang itu.
"Lo udah gabisa ngapa-ngapain lagi. Tinggal nunggu ajal doang Ciko. Gausah sombong lagi ya anjing!".
Zee melampiaskan amarahnya sembari memukul Ciko bertubi-tubi. Ashel mengahampiri Ader, lalu menatapnya dalam sambil tersenyum culas.
"Hai sayang. Kamu ga kangen aku? Udah lah sekarang join sama kita. Jadinya gabakalan tuh kamu dipukulin lagi".
"Ga sudi anjing!", Ader membalas ocehan Ashel lalu meludahi wajah cantiknya.
Ashel yang awalnya terlihat manis dan elegan menjadi sangat marah atas kelakuan dari Ader. Dirinya langsung menendang berkali-kali badan Ader hingga tersungkur. Lalu Zee menariknya untuk menghentikan itu.
"Sayang sudah tahan dulu. Mereka bisa kita gunain. Kan mereka juga bisa dijual ke Jepang".
Ashel langsung menatap Zee hingga keduanya saling tersenyum dan dilanjutkan dengan ciuman yang penuh gairah. Setelah ciuman beberapa saat itu, mereka memerintahkan pasukannya untuk mengikat Ciko dan Ader.
.
.
.
.
.
Kini Ciko dan Ader sudah terikat kencang di kursi. Mereka menghadap kearah sofa yang saat ini diduduki oleh Ashel dan Zee. Introgasi pun dimulai.
"Okay, sebenarnya gue maunya kalian mati. Tapi kayanya kalian menyimpan apa yang harusnya gue tau".
Zee membuka perbincangan sembari menaikan kakinya keatas meja dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Lalu dirinya melanjutkan kalimatnya.
"Sekarang, lo kasih tau dimana barang yang diambil oleh Jeno disembunyiin?".
Ciko dan Ader hanya diam. Keduanya seakan tidak peduli dengan ucapan dari Zee tersebut. Ashel lah yang kesal dengan perilaku dari kedua tawanan itu, ia berdiri sembari mengacungkan pisau kearah Ciko dan Ader.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar Andarini
RomanceCerita ini adalah Perjalanan terjal penuh liku dalam kehidupan Gito Senandika Andari. Apakah ia akan menyelesaikan konflik batinnya? Apakah ia bisa mencapai kebahagiaan? . . .