ELEGI SENANDIKA PART 8

222 34 5
                                    


Ader memacu kendaraan menuju tempat temannya. Dentuman musik kencang terdengar didalam ruangan. Ader yang baru sampai dengan motornya langsung menggelengkan kepala seraya menuju kedalam. Setibanya didalam ia melihat temannya sedang teler di sofa.

"Eh orang gila mana jam segini udah mabok aja?", heran Ader melihat temannya.

"Nah met akhirnya dateng juga lo. Mending lo urus dah temen lo dari semalem malah jadi kaya orang gila", celetuk panjang dari Ollan yang kesal.

"Emang lo kenapa si met?".

"Noh biasa berantem ama Marsha. Sekarang sampe putus katanya".

"Hahaha lo sih goblok banget. Udah gausah sedih lah", Ader tertawa karena alasan dari kesedihan mendalam Zee.

Ader melemparkan badannya duduk disebelah Zee. Dirinya menepuk pundak sang sahabat yang masih merenungi hubungannya ditambah dengan pengaruh penuh alkohol. Ciko datang menghampiri mereka.

"Guys ada kerjaan nih, kita harus buat orang ini menjual rumahnya karena bakalan dibeli langsung aman klien kita".

Dirinya melempar sebuah dokumen kearah meja. Ollan dan Ader langsung mengecek dokumen itu. Namun Zee masih hanya terdiam.

"Eh elo kalo masih kaya gini mending cabut deh. Bikin rusuh doang!", Ciko emosi melihat Zee.

Zee tersulut oleh Ciko. Ia melempar kaleng bir dari tangannya kearah Ciko seraya bertiak, "Lo berisik banget sih! Mentang-mentang paling tua lo! Sini lo anjing!".

Dirinya berdiri dan berjalan kearah Ciko dan disambut dengan tendangan tepat diarah perutnya yang dilayangkan oleh Ciko. Kedua temannya yang lain coba melerai mereka.

"Cik udah Cik. Dia lagi konslet emang. Biar gue anter dia balik dulu", Ader coba menenangkan Ciko.

"Lo kalo masih kaya gini mending cabut dari sini. Ganggu yang lain mau kerja anjing!".

Zee masih tersungkur. Ader menujunya langsung dibopong dan dibawa keluar. Ader memutuskan buat bawa Zee pulang terlebih dahulu.


.


Di tempat lain diwaktu yang bersamaan. Terlihat dalam salah satu ruang perawatan Muthe dan Beby duduk disebelah brankar pasien yang tidak lain adalah Gito. Masih dalam terkulai lemas Gito diatas brankar tersebut.

"Ma, jadi kata dokter tadi apa? Kok sampe kaya gini kak Gito?", tanya Muthe kepada Beby karena tadi saat di IGD hanya Beby yang menemani sedangkan Muthe menunggu luar hingga Gito dipindahkan kedalam ruang rawat inap.

"Indikasinya sih ada serangan benda tumpul dikepala karena ada lukanya. Lalu juga Dokter menanyakan keadaan punggungnya yang ada bekas luka tapi kan kita gatau sampai nanti Gito sadar", jelas panjang sang ibu kepada Muthe.

Muthe terkejut. Dia bingung apa yang menimpa Gito. Meskipun Gito baru masuk kedalam kehidupan kedua anak dan ibu itu namun rasanya sudah memiliki ikatan yang kuat diantara mereka. Apalagi Muthe yang merasakan kedekatan karena sering diantar maupun dijemput oleh Gito. Tiba-tiba ada sebuah pergerakan di brankar tersebut.

"Shani!", teriak Gito sembari membuka matanya dengan mendadak.

"Aarrgh, dimana ini?", tanyanya tentang keberadaan ia sekarang sembari memegang kepala yang terasa sakit.

"Tenang nak, kamu di Rumah sakit. Jangan bangun dulu. Ada luka dikepalamu".

"Iya kak minum dulu nih", Muthe menyodorkan segelas air kepada Gito.

ELEGI SENANDIKA | AU Gita Sekar AndariniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang