Happy reading
•
•
•
•
•Hari ini Yana berniat ke rumah sakit sendirian, ia sudah menghubungi Mahen agar tidak perlu mengantar nya. Saat ini Yana tengah berada di depan pintu ruangan dokter Lavina, kemudian Yana mulai mengetuk pintu tersebut.
Tok...tok...tok
"Masuk"suara dari dalam.
Cklek
"Yana"sambut dokter Lavina saat melihat Yana yang masuk ke dalam ruangan nya.
"Pagi dokter"sapa Yana dengan senyum tipis.
"Pagi juga. Ayo duduk dulu"ucap dokter Lavina mempersilahkan Yana duduk di sofa dan ia duduk di samping yana.
"Loh kok kamu sendiri? Dimana Mahen?"tanya dokter Lavina tidak melihat batang hidung mahen bersama Yana.
"Aku ingin sendiri ke sini dan melarang nya untuk mengantar ku"jawab Yana dengan ekspresi datar.
"Oh begitu ya. Tapi, jangan keseringan datang sendiri ya"ucap dokter Lavina mengelus lembut tangan Yana.
"Hari ini apa yang ingin kamu ceritakan?"tanya dokter Lavina menatap lekat manik mata Yana.
Yana menarik nafas pelan kemudian menghembuskan secara perlahan sebelum berbicara.
"Aku bukan pemilik tubuh ini, aku hanya jiwa tersesat dengan membawa trauma ku. Sebelum aku melakukan bunuh diri, aku begitu banyak mengalami kekerasan fisik dan mental sebagai Yana Arandela. Aku di pukul, di tendang, di tampar, di lempar, di cambuk, di kurung berhari-hari tanpa makan dan minum, di fitnah oleh kembaran ku sendiri, di berikan tontonan tidak senonoh oleh Abang ku sendiri, di jebak sebagai pelakor, di aniaya begitu kejam oleh keluarga ku sendiri, di hina habis-habisan oleh keluarga ku sebagai pembunuh, pelacur, dan pelakor padahal aku tidak pernah melakukan itu semua"ucap Yana datar dan tenang.
Menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. "Apa salah ku pada mereka, padahal aku keluarga kandung mereka. Aku di lahiran kan di rahim yang sama. Aku darah daging mereka. Tapi, mereka seolah-olah melihat ku seperti anjing yang memiliki penyakit rabies dengan seenak nya memukul ku dan mengatai ku. Selama bertahun-tahun aku harus mengalami itu semua dari mereka. Seandainya aku bisa memilih aku tidak akan lahir di dunia ini. Tapi, lagi-lagi hanya harapan halusinasi yang ada di depan ku. Aku terlalu menyedihkan untuk terus hidup"ucap Yana masih dengan ekspresi datar dan suara yang tenang.
Bagaimana dengan dokter Lavina setelah mendengar kan pengakuan dan penjelasan dari Yana?
Kristal bening terus jatuh dari sudut mata dokter Lavina saat mendengar ucapan Yana. Dokter Lavina menatap mata Yana yang kosong "begitu kuat nya kamu Yana"batin dokter Lavina kemudian menarik tubuh Yana kedalam pelukan nya.
Dokter Lavina hanya terus mengelus punggung Yana tanpa ngucap kan sepatah kata pun dari mulut nya. Ia terasa kelu untuk berbicara saat ini.
"Dokter"panggil Yana melepas kan pelukan dokter Lavina pada nya.
"Iya, ada apa?"tanya dokter Lavina mengusap kasar pipi nya yang basah.
"Dokter tidak perlu menangisi ku, aku sudah cukup baik disini"ucap yana mengusap pelan pipi dokter Lavina yang masih mengeluarkan kristal bening nya.
"Kau gadis yang kuat Yana" ucap dokter Lavina memegang tangan Yana yang berada di pipi nya kemudian menarik nya untuk ia genggam.
"Aku sudah mengetahui diri mu dari Mahen. Dia anak yang aktif tapi jika menyangkut tentang diri mu dia terus merasa murung dan sedih. Dia terus berusaha untuk menjaga dan melindungi mu Yana. Bahkan tanpa kamu sadari, Mahen meletakkan pengawal bayangan hanya untuk diri mu"ucap dokter Lavina.
"Dokter sangat mengetahui tentang Mahen. Berarti hubungan dokter dan Mahen tidak sesederhana itu kan?"ucap Yana bertanya dengan nada tenang dan ekspresi datar.
"Ah benar, pasti Mahen belum memberi tahu mu, bahwa aku adalah bibi nya, adik dari ibu nya dan mahen adalah keponakan ku"ucap dokter Lavina menjelaskan. Sedang kan Yana hanya mengangguk sebagai respon.
Cukup lama mereka berbincang-bincang, lebih tepat nya hanya dokter Lavina yang lebih banyak berbicara dari pada Yana yang berbicara singkat dengan respon seadanya.
Sekarang Yana tengah berpamitan dengan dokter Lavina. "Yana pulang dulu dok, terimakasih untuk hari ini"ucap Yana.
"Iya sama-sama, berhati-hati lah saat pulang"ucap dokter Lavina tersenyum manis ke arah Yana. Yana mengangguk sebagai respon ucapan dokter Lavina. Kemudian Yana meninggal kan ruangan dokter Lavina dan berjalan di lorong rumah sakit dengan perasaan aneh.
Yana sampai di luar rumah sakit, kemudian masuk ke dalam taxi yang sudah ia pesan sebelum nya.
Perjalanan itu cukup tenang tetapi tidak dengan perasaan nya yang gundah dan aneh. Yana berusaha mengalihkan perhatian dari perasaan nya dengan memandang keluar jendela mobil. Mata nya tak sengaja melihat sebuah cafe yang familiar, perasaan nya menjadi campur aduk saat melihat cafe tersebut.
"Berhenti pak"ucap Yana meminta supir taxi berhenti di depan cafe tersebut.
Yana keluar dari taxi setelah membayar nya, kemudian Yana berjalan memasuki cafe yang bernama 'Rose cafe'. Yana duduk di kursi paling pojok, tempat duduk yang sangat familiar. Tapi, rasanya Yana tidak pernah kesini. Apa kah ini perasaan Raya? Hanya itu jawaban nya.
Yana duduk disana sudah hampir 10 menit dengan segelas cappucino di meja. Hingga tiga laki-laki mendekati nya dan membuat perasaan nya menjadi gila.
"Yo Raya udah lama kita gak ketemu"ucap salah satu laki-laki yang mulai duduk di depan nya.
"Keliatan nya lo baik-baik aja Ra"ucap laki-laki lain.
"Ah gue kangen sama lu ra"ucap laki-laki yang pernah ia temui sebelum nya, dia tidak tau siapa nama nya.
Yana terdiam dengan tangan yang gemetar di bawah meja, tanpa sadar tangan nya melukai pergelangan tangan kiri nya yang terluka, yang mula kering sekarang sudah basah kembali akibat darah nya.
"Kalian siapa?"tanya Yana dengan nada tenang tapi tidak dengan respon tubuh nya.
"Wah udah lupa lo sama kita?"ucap laki-laki pertama dengan wajah pura-pura sedih.
"Gila sih, satu bulan gak ketemu, Lo udah lupa sama kita"ucap laki-laki kedua dengan ekspresi yang sama dengan laki-laki pertama.
"Raya, Raya, udah dapat cowok baru kita di tinggalin"ucap laki-laki ketiga dengan menyeringai ke arah Yana.
Yana tidak tau harus merespon apa. Dia benar-benar tidak tau mereka itu siapa. "Mahen, tolong"batin Yana meneriaki nama tunangan nya.
"Raya main lagi yuk. Kita kangen sama lo"ucap laki-laki pertama berdiri dari kursi nya mendekati Yana.
Yana memejamkan mata nya saat tangan laki-laki itu ingin menyentuh nya. Tapi, dalam beberapa detik Yana tidak merasakan apa pun dan kemudian hanya bunyi jatuh yang terdengar ditelinga nya.
Bruk
Jangan lupa tinggal kan jejak 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Yang Indah [On Going]
Teen FictionJangan lupa follow sebelum membaca! Dan jangan lupa tinggalkan jejak sesudah membaca! ||||| Sakit ketika keluarga kandung menyiksa anak nya sendiri sampai menimbulkan bekas, yaitu Trauma yang begitu mendalam. Diakhiri hidup nya yang terus disiksa, a...