26

927 70 1
                                    

Happy Reading





"Bun, kakak kok belum pulang?"tanya Rexi di ujung tangga sambil memperhatikan jam di tangan nya.

"Udah jam 6 sore, biasa nya kakak udah sampai di jam 5 sore"ucap Rexi lagi berjalan menghampiri bunda nya yang duduk di sofa ruang tamu.

Wilda yang mendengar ucapan Rexi bertambah khawatir pada putri nya. Yah, sedari tadi ia tengah menunggu kepulangan Yana, tapi hampir satu jam Yana belum ada tanda-tanda akan pulang.

"Mungkin sebentar lagi"ucap Wilda tersenyum tipis kearah Rexi yang duduk di samping nya.

"Nyonya!"teriak seorang laki-laki paruh baya di ambang pintu masuk mansion.

"Ada apa!?"tanya Wilda menghampiri laki-laki paruh baya tersebut.

"Nona muda di culik nyonya"ucap laki-laki paruh baya tersebut dengan nafas tersengal-sengal.

"Apa! Bagaimana bisa pak!?"ucap Wilda dengan reaksi tubuh yang kaku.

Laki-laki paruh baya itu pun mulai menceritakan kejadian yang menimpa diri nya dan nona muda nya dari awal hingga akhir.

Wilda yang mendengar semua penjelasan laki-laki tersebut shok dengan tubuh hampir tumbang, untung saja Rexi menyambut nya dengan cepat agar tidak jatuh mengenai lantai.

"Bunda!"panggil Ferry yang baru saja turun dari kamar nya.

Ferry menghampiri bunda nya dan Rexi "ada apa ini?"tanya Ferry membantu bunda nya untuk duduk di di sofa.

"Yana di culik bang"ucap Wilda lirih menitikkan kristal bening di sudut mata nya.

Ferry menegang untuk sesaat kemudian meraih ponsel nya yang berada di saku celana nya. Ferry pun menghubungi ayah nya dan Derry untuk pulang kerumah secepatnya.

Mereka menunggu beberapa menit dengan menegang dan perasaan campur aduk. Tidak lama dua anggota lain nya sampai dengan terburu-buru.

"Bagiamana?"tanya Arsen pada mereka.

"Masih belum ketemu yah. Tapi, anak buah ku nemuin ponsel Yana"ucap Ferry menyerah kan ponsel Yana yang retak tidak berbentuk pada Arsen.

Arsen mengambil ponsel Yana di tangan Ferry "Derry sudah kau lacak keberadaan Yana?"tanya Arsen pada Derry yang tengah duduk di sofa dan mengotak-atik laptop nya.

"Sial! Alat pelacak yang ku berikan pada Yana seperti nya sudah hancur"ucap Derry dengan rahang yang mengeras.

Mereka yang mendengar ucapan Derry semakin gelisah dan khawatir dengan keberadaan Yana. Biasanya tidak butuh satu setengah jam Yana sudah ditemukan dengan bantuan alat pelacak yang selalu ada di sekitar tubuh Yana. Tapi, sekarang mereka cukup kesulitan untuk menemukan Yana.

Sedang kan di tempat lain, tepat nya di dalam jet pribadi. Mahen tengah duduk santai dan tersenyum senang saat ini. Tentu saja karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan tunangan nya.

Tapi, tiba-tiba bawahan nya membisik kan sesuatu yang membuat diri nya shok dengan tangan yang mengepal. "Berani-beraninya mereka membawa tunangan ku!!!"ucap mahen dingin dengan rahang yang mengeras.

"Cepat temukan jejak mereka!"ucap mahen lagi memerintah kan anak buah nya untuk mencari keberadaan Yana saat ini.

Mahen memejam kan mata dan mulai mengatur nafas nya yang memburu. "Siapa pun itu! Akan aku habisi mereka!"batin mahen penuh penekanan.

|||||

Suasana sore berganti dengan suasana malam yang dingin dan gelap. Di rumah sederhana tepat nya di tepi hutan terparkir sebuah mobil hitam yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Sedangkan penghuni mobil tersebut sudah masuk kedalam rumah beberapa jam yang lalu.

"Raya, Raya, satu kali boleh gagal. Tapi, yang kedua gak boleh gagal"ucap Dandi duduk di meja depan Yana yang duduk di sofa.

"Apa mau kalian"ucap Yana dingin dengan ekspresi datar, tapi tidak dengan perasaan nya yang campur aduk.

"Wah sikap lo kok beda Raya? Kayak bukan lo?"ucap Cane berdiri di samping kanan Dandi.

"Sok berani banget, padahal di dalam lagi ketakutan hahaha"ucap Baim diakhiri tawa nya mengejek kearah Yana. Baim berdiri di samping Cane dan memperhatikan Yana dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan senyum miring di bibir nya.

"Gue penasaran apa kah masih sama reaksi lo dulu, sama reaksi lo sekarang raya?"ucap Baim mendekati Yana dan duduk di samping yana.

Baim mengulurkan tangan nya menyentuh bahu Yana. Yana yang mendapatkan sentuhan di bahu nya terdiam kaku dengan ekspresi datar.

"Kalo gue buka baju lo pasti keliatan bahu lo yang mulus"

Yana mengedip kan mata nya saat sebuah suara yang tidak asing masuk kedalam otak nya, kemudian menepis tangan Baim yang berada di bahu nya.

"Wah kasar banget lo Ra"ucap Baim pura-pura sedih.

"Raya lo ingat kan tangan ini pernah berada disini"ucap Dandi menyeringai sambil meletakkan tangan di atas paha Yana.

"Paha lo mulus banget ra, apa lagi kalo rok lo di buka pasti cantik Ra"

Suara yang berbeda masuk kembali di otak Yana. Yana menatap tangan Dandi yang lancang berada di pahanya, dengan sekali hempasan tangan itu terlepas dari paha nya.

Dandi yang mendapatkan perlakuan itu dari Yana mengeraskan rahang nya kemudian menatap tajam kearah Yana.

"Sialan lo cewek jalang!"ucap Dandi menampar Yana cukup keras hingga ter toleh kesamping.

"Wah cewek jalang ini mulus juga"

"Hahaha cocok banget lo jadi jalang kita"

"Jangan nangis sialan!"

Yana mencengkram erat rok nya karena suara-suara itu terdengar lagi di dalam otak Yana. "Kumohon berhenti! Kepala ku sakit!"batin Yana berteriak.

"Mana tangisan lo itu sialan! Jangan diam aja!"ucap Dandi lagi menjambak rambut Yana dengan kasar.

"Udah lah mau nangis kenceng juga lo gak bisa lepas raya"

"Woi dia mau kabur! Tangkep!"

"Hahaha mau kabur kemana raya"

Yana mendongak menatap datar Dandi dengan kepala yang sangat-sangat sakit. "Apa yang kalian mau?"tanya Yana dingin.

"Apa lagi kalo bukan jalang kayak lo!"ucap Cane sinis kearah Yana.

"Aku bukan jalang!"teriak Yana yang mulai tidak nyaman dengan tubuh nya. Seperti nya trauma lama yang sedikit berkurang akan kembali kambuh.

"Lo jalang kita Raya ingat itu!"

"AKU BUKAN JALANG!"Teriak Yana saat suara itu kembali hadir.

Mereka yang mendengar teriakkan Yana terpejam kaget. Kemudian saling pandang memberikan suatu isyarat.

"Cane kasih liat video nya, biar dia ingat"ucap Dandi tersenyum miring melepas kan tangan nya pada rambut Yana. Kemudian kembali duduk di meja depan Yana.

"Semoga lo ingat raya"ucap Cane memberi laptop ke arah Dandi dan kemudian mengarah kan tontonan yang seharusnya tidak Yana lihat, tapi sekarang malah Yana melihat nya dengan jelas.

Yana menggeleng kan kepala nya beberapa kali "jauh kan itu dari ku!"ucap Yana menjauh ke sudut sofa.

"Kenapa? Ini kan sesuatu yang perlu lo ingat"ucap Dandi mendekati Yana yang berada di sudut sofa.

"Gak! Gak! Menjauh dari ku!"ucap Yana dengan tubuh yang sudah bergetar hebat. Ingatan-ingatan tentang masa lalu di dunia nya dulu kembali hadir di kepalanya.

Dandi yang mendengar gumaman Yana tersenyum miring dan kembali mendekati Yana, kemudian tangan nya terulur untuk menyentuh Yana.

"MENJAUH DARI KU!"teriak Yana dengan nafas yang mulai memburu saat tangan Dandi sudah mendarat di lengan Yana.

Brak

"BAJINGAN KALIAN!!!"












Jangan lupa tinggal kan jejak 😉

Bunga Yang Indah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang