22

1.7K 88 2
                                    

Happy Reading




Bruk

Bug

Yana membuka mata nya mendengar suara itu dan ia langsung berdiri saat tau siapa yang baru saja menghentikan tindakan laki-laki yang tadi ingin menyentuh nya kemudian memeluk tubuh belakang laki-lakinya.

"Mahen berhenti"ucap Yana berbisik di telinga laki-laki bernama mahen yang baru menghajar laki-laki brengsek yang berani nya ingin menyentuh perempuan kesayangan nya.

Mahen datang setelah pengawal bayangan nya yang ia letakkan di sekitar Yana menghubungi nya bahwa tunangan nya dalam masalah.

Mahen membalikkan tubuh nya menghadap yana kemudian memeriksa tubuh Yana dan mata nya tertuju pada pergelangan tangan Yana yang berdarah dan sedikit bergetar.

Mahen menatap tiga orang laki-laki tersebut dengan rahang mengeras dan tangan terkepal tanda emosi nya akan meledak.

"Brengsek!"ucap mahen menatap ketiga dengan marah.

"Lo lagi! Kayak nya kalian harus di beri pelajaran"ucap mahen menunjuk salah satu laki-laki tersebut yang tengah menyeringai.

"Wah pelindung lo tempramen banget ra"ucap laki-laki ketiga yang baru saja di tunjuk oleh mahen.

"Sayang banget pasti lo belum pernah nyentuh cewek murahan lo kan?"ucap laki-laki ketiga itu masih dengan seringainya.

Mahen mengeraskan rahangnya kemudian melangkah maju ingin menghajar habis-habisan wajah sok itu. Tapi, langkah nya terhenti saat tangan nya di pegang erat oleh Yana.

Mahen menatap Yana yang sudah tidak baik-baik saja. Tubuh yana tiba-tiba ambruk, untung saja dengan cepat mahen menyambut nya dengan memeluk nya.

Mahen menatap ketiga nya dengan datar dan dingin "tunggu permainan gue!"ucap mahen tajam. Setelah itu membawa tubuh Yana keluar dari 'Rose Cafe' dengan menggendong nya bridal style.

Setelah mahen dan Yana pergi, dua laki-laki itu memperhatikan teman nya yang babak belur akibat mahen yang menghajar nya.

"Lo gak papa?"tanya laki-laki kedua pada laki-laki pertama.

"Lu liat sendiri lah!"ucap laki-laki pertama memegangi pipi nya yang merah dan sudut bibir nya yang berdarah.

"Hahaha ngeri juga cowok nya raya"ucap laki-laki kedua dengan tawa senang saat melihat teman nya babak belur.

Sedang kan laki-laki ketiga hanya hanya diam sejak Mahen dan Yana pergi dari sana. "Gue gak akan takut sama ancaman nya!"batin laki-laki ketiga dengan menyeringai.

Laki-laki ketiga melihat dua teman nya kemudian berdiri dari kursi nya. "Cabut"ucap nya meninggal kan cafe tersebut diikuti dua teman nya.

|||||

Di Mutiara Hospital, saat ini Mahen tengah duduk di kursi samping ranjang Yana.

Mahen menatap lekat pada pergelangan tangan Yana yang di perban. "Apa yang terjadi na? Apa hubungan kamu sama mereka sampai kamu seperti ini?"ucap mahen mengalihkan tatapan nya pada tangan yana ke arah wajah Yana yang masih menutup mata nya.

"Eung..."lenguh Yana pelan dan mulai membuka mata nya. Kemudian melihat mahen di samping nya.

"Mahen"panggil Yana dengan pelan.

"Apa ada yang sakit?"tanya mahen kemudian mengambil segelas air untuk Yana.

Yana menggeleng dan meminum air yang disodorkan mahen hingga setengah. Mahen meletakkan kembali gelas tersebut pada tempat nya setelah Yana selesai dengan minum nya.

"Apa yang kamu rasakan saat ini?"tanya mahen sambil menggenggam tangan Yana.

Yana menatap mahen dengan ekspresi datar dan tatapan kosong. "Aku tidak tau hen. Aku merasa tubuh ku sangat ketakutan saat melihat mereka. Sebelum nya aku tidak pernah bertemu dengan mereka"ucap Yana tenang tapi tidak dengan tangan nya yang tiba-tiba bergetar.

Mahen menggenggam erat tangan itu sebelum berbicara, "mungkin Raya yang bertemu dengan mereka. Aku akan mencari tahu nya. Jangan dipikirkan ya."ucap mahen mengelus pelan kepala Yana.

Yana tersenyum tipis sebagai respon nya. Kemudian memejamkan mata nya kembali karena ia sangat ngantuk saat ini.

Mahen yang melihat yana kembali memejamkan mata nya hanya dapat mengelus lembut kepala Yana.

Setelah beberapa menit Yana berada di alam mimpi nya. Mahen mulai beranjak dari duduk nya dan meraih ponsel di dalam saku celana nya.

Kemudian mahen memulai panggilan pada bawahan nya. "Cari tahu semua tentang tiga orang yang telah mengganggu tunangan ku dan cari ada hubungan apa mereka dengan tunangan ku sebelum nya"ucap dingin mahen pada ponsel di telinga nya.

Setelah mendapat tanggapan dari bawahan nya, mahen mematikan panggilan itu secara sepihak. Kemudian menatap Yana di atas ranjang dengan ekspresi datar. "Aku pasti akan membunuh mereka na!"batin mahen dengan perasaan marah.

|||||

Di sebuah tempat yang terpampang jelas nama di depan nya 'Rose Cafe'. Sebuah cafe terpopuler di kalangan remaja setelah resmi di buka.

Di kursi pojok duduk empat remaja yang tengah berbincang gembira.

"Dandi gak boleh gitu"ucap remaja perempuan dengan wajah cemberut ke arah laki-laki yang ia panggil Dandi. Laki-laki itu tengah mencubit pipi nya karena gemes.

"Hahaha muka lo tuh lucu Raya"ucap laki-laki lain.

"Baim!"ucap perempuan yang di panggil Raya

"Gue juga mau"ucap laki-laki lainnya, laki-laki itu mengulurkan tangan nya dan mencubit pipi perempuan yang mereka panggil Raya.

"Em...Cane! "Gumam raya tidak jelas karena cubitan Cane pada pipi nya.

"Gemoy banget lo Ray"ucap Cane melepas kan cubitan nya.

|||||

"Hah..."Yana terbangun dari tidur nya dengan nafas yang berat.

"Kau mulai memberikan ingatan pada ku Ra. Tapi, kenapa saat aku bertemu dengan mereka tubuh ini bereaksi ketakutan seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi Ra?"ucap Yana pada diri nya. Ia menatap ke sekeliling ruangan rumah sakit tempat diri nya berada.

"Di mana mahen?"gumam nya tidak melihat batang hidung mahen di sekitar nya.

Cklek

Yana menoleh ke pintu yang di buka dan memperlihatkan sosok perempuan paruh baya yang memakai jas dokter.

"Anda sudah bangun nona. Apa kah ada yang sakit?"tanya dokter tersebut dengan senyum tipis di wajah nya.

Yana menggeleng sebagai respon pertanyaan dokter tersebut.

Yana mengernyit kan dahi nya saat dokter tersebut menyuntikkan sesuatu pada infus nya. Setelah selesai dokter tersebut pergi masih dengan senyum di bibirnya tanpa mengeluarkan kata sedikit pun dari mulut nya.

"Ugh... Kepala ku pusing"gumam Yana memegangi kepala nya dan menatap infus nya yang di suntikan sesuatu oleh dokter tadi.

"Apa yang dia lakukan?"ucap Yana kemudian menutup kembali mata nya.

Sedang kan di luar pintu ruangan Yana. Berdiri seorang dokter tadi dengan seringai di bibir nya, kemudian membuka mulut nya seperti berbicara dengan seseorang di balik benda yang menyumpal telinga nya.

"Misi selesai"ucap dokter tersebut kemudian berjalan menjauh dari ruangan Yana.












Jangan lupa tinggal kan jejak 😉

Bunga Yang Indah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang