29

1.3K 86 6
                                    

Happy Reading





Masih di hari yang sama tapi di jam yang berbeda. Angka  pada jam menunjuk 21:15 malam. Saat ini Raya tengah bersusah payah kabur dari rumah menjijikkan tersebut dengan pakaian yang ia kenakan milik salah satu dari mereka.

Raya berjalan keluar dari hutan tersebut menuju jalan raya dengan tertatih-tatih. Mata nya menyipit saat lampu mobil menyilaukan dari arah depan nya. Dengan cepat ia berdiri di tengah jalan untuk mencegat nya. Mobil tersebut berhenti mendadak saat Raya memejamkan mata nya.

Raya membuka mata nya kemudian melihat mobil itu berhenti tepat di depan nya lalu berjalan cepat menuju pintu pengemudi tersebut.

"Pak tolong saya. Tolong antar kan saya pulang"ucap Raya memohon pada pria paruh baya tersebut.

Pria itu membuka kaca mobil nya dan menatap lekat Raya yang cukup berantakan. "Masuk lah"ucap pria tersebut tanpa bertanya apa pun. Kemudian Raya masuk ke dalam mobil di bagian kursi belakang.

Hampir setengah jam mobil yang menjadi tumpangan Raya akhirnya berhenti di depan rumah nya. Raya turun dari mobil dan tidak lupa juga ia berterima kasih dengan pria paruh baya tersebut.

Setelah itu Raya berjalan masuk menuju gerbang mansion yang sedikit terbuka, kemudian berjalan kembali menuju pintu utama mansion. Saat sudah berada di depan pintu, ia menarik nafas dalam-dalam dan membuka pintu itu secara perlahan.

Raya masuk ke dalam mansion yang sepi, hanya ada beberapa bodyguard dan pelayan. "Dimana yang lain?"tanya Raya pada pembantu nya.

"Tuan dan nyonya sedang ada acara di perusahaan teman nya, den Derry dan den Ferry belum pulang, lalu den Rexi ada di kamar nya"ucap pembantu tersebut dengan sopan.

Raya mengangguk sebagai respon nya kemudian berjalan kembali menuju kamar nya. Setelah sampai di dalam kamar, Raya merebahkan tubuh nya kemudian memeluk lutut nya erat. Tubuh yang rapuh itu mulai bergetar dengan suara isak tangis di bibir nya.

"A..aku begitu menjijikkan. A..aku takut menghadapi hari esok. A..ku takut ya tuhan"gumam Raya dengan nafas tidak beraturan.

Hari, pekan, dan bulan berganti dengan cepat. Dan Raya melalui itu semua dengan sangat-sangat ceria seperti biasanya. Tapi, siapa sangka jika ia sedang sendirian, ia terus melakukan kekerasan pada diri nya sendiri, melukai tangan nya, menjambak rambut nya, memukul kepala nya bahkan ia pernah tidur di bak mandi satu malam sampai demam. Bukan itu saja, Raya mengonsumsi obat depresi, obat tidur, dan obat penggugur kandungan.

Saat ini Raya tengah termenung di kamar nya, tatapan kosong dengan wajah pucat disertai darah yang terus keluar dari pergelangan tangan kiri nya.

"A..aku ingin menghilang dari dunia ini. Teman, keluarga, tidak ada yang tulus menyayangi ku. Mereka semua palsu! Semoga mereka mendapatkan karma nya!"ucap Raya dengan suara serak namun tegas penuh emosi. Dan pada saat itu pula Raya menyayat pergelangan tangan nya hingga menghilangkan nyawa nya sendiri.

|||||

"Tidakkk!"teriak Yana di dalam ruangan VIP rumah sakit. Yana menghirup kasar udara di sekitar nya dengan rakus. Tubuh nya bergetar hebat dengan kristal bening jatuh di sudut mata nya.

"Kenapa? Kenapa harus aku?"gumam Yana terduduk dengan tangan memeluk lutut nya.

"Mereka melakukan itu dengan Raya bukan aku. Benar! Mereka melakukan nya dengan Raya!"ucap Yana menggeleng berulang kali kemudian mengangguk berulang kali meyakinkan diri nya bahwa dalam mimpi itu bukan lah dia.

Tapi kenyataan nya memang iya, hanya saja ia harus menanggung masa-masa kelam tubuh Raya pada jiwa nya.

"Hahaha itu bukan aku, itu bukan aku"gumam Yana diiringi tawa nya yang menyakitkan.

Ceklek

Pintu ruangan Yana di buka oleh seseorang.

"Sayang"panggil orang tersebut dengan senyum manis di wajah nya saat melihat Yana sudah sadar.

Orang tersebut mendekat ke arah Yana kemudian ingin memeluk tubuh Yana yang masih dengan posisi yang sama seperti ia bangun tadi.

Sayangnya Yana menepis tangan orang tersebut dengan kasar "pergi! Jangan mendekati ku!"teriak Yana sambil menutup kedua telinganya dengan tubuh yang masih bergetar dan kristal bening di sudut mata nya.

Orang itu terdiam sejenak mendapatkan reaksi Yana yang tidak biasa.

"Sayang ini aku, Mahen"ucap Mahen kembali ingin memeluk tubuh Yana.

"Tidak! Tidak! Pergi! Pergi dari hadapan ku!"ucap Yana masih dengan posisi yang sama.

Mahen yang mendengar ucapan Yana yang aneh, ia menjadi teringat masa lalu Raya sebelum meninggal kan tubuh nya untuk Yana. "Jangan-jangan Yana sudah mendapatkan ingatan Raya"batin Mahen menerka-nerka.

Mahen menarik kembali tangan nya yang ingin memeluk tubuh Yana. Kemudian menatap lekat Yana yang masih menutup kedua telinganya dengan bergumam tidak jelas.

Hati Mahen terasa tertusuk beribu-ribu jarum, sakit sangat sakit melihat keadaan tunangan nya tidak baik-baik saja. Padahal Yana sudah ingin sembuh dengan trauma lama nya, tapi trauma baru dan milik orang lain malah singgah di dalam jiwa nya.

Doble kill! Yang satu belum sembuh di tambah lagi dengan yang baru, apa kah mampu jiwa Yana menanggung itu semua?

Mahen tidak sanggup melihat kondisi Yana saat ini, ia pun beranjak dari sana menuju pintu keluar ruangan. Setelah beberapa menit pintu ruangan Yana di buka kembali, menampilkan dokter Lavina di ikuti Mahen di belakang nya.

Dokter Lavina melihat yana yang meringkuk di atas ranjang dengan menutup kedua telinganya bahkan tubuh Yana masih bergetar seperti sebelumnya.

Dokter Lavina mendekati Yana, kemudian menyuntikkan sesuatu yang membuat Yana tenang dan menutup mata nya.

"Ma seperti nya dia sudah tau"ucap Mahen membenarkan letak tubuh Yana di atas ranjang.

"Apa yang kamu pikirkan sepertinya memang akan terjadi Mahen"ucap dokter Lavina memasang kembali infus yang terlepas dari tangan Yana.

"Dia benar-benar terluka"ucap Mahen sendu sambil memperbaiki tatanan rambut Yana yang berantakan.

"Jika sudah seperti ini, kita hanya bisa menyembuhkan nya segera agar dia tidak berbuat nekat seperti sebelumnya. Dan kita harus lebih hati-hati dengan tindakan verbal atau non-verbal pada diri nya. Dari sekarang perasaan nya akan sangat sensitif Mahen"ucap dokter Lavina masih memperbaiki infus Yana.

"Padahal trauma lama nya belum sembuh total dan sekarang harus kembali lagi. Ditambah trauma baru yang begitu berat untuk ia terima, karena trauma itu seharusnya bukan milik nya"lanjut dokter Lavina yang sudah menyelesaikan kegiatan nya.

Mahen mendengar ucapan mama nya dengan perasaan campur aduk sambil mengelus pelan kepala Yana.

"Dia akan sembuh kan ma?"tanya mahen menatap Yana sendu dan berharap mama nya dapat menyembuhkan kesayangan nya.

"Tentu mahen, dia akan sembuh"jawab dokter Lavina tersenyum tipis sambil mengelus lembut kepala Mahen.












Jangan lupa tinggal kan jejak 😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunga Yang Indah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang