chapter spesial

83 10 2
                                    

Hembusan angin menimpa wajahku. Aku tengah duduk diatas atap rumah yang menjadi tempatku berlindung bersama adikku.

Naruto belum bangun dikarenakan misi kemarin. Aku membiarkan saja tindakan Naruto. Lagipula diriku juga sudah menyiapkan menu sarapan untuk Naruto.

"Niichan!" panggil Naruto.

Aku tersentak kaget mendengar suara Naruto berada di sampingku. "Kau ini!" kesalku.

"Hehehe maaf," tawa Naruto.

"Kukira kamu akan tidur lebih lama," ujarku.

"Perutku berbunyi," jawab Naruto polos.

"Mengapa dulu Naruto percaya padaku?" tanyaku.

"Maksud niichan?" beo Naruto tidak mengerti.

"Niichan berasal dari luar desa. Bisa saja dirimu percaya bahwa aku mata-mata," ujarku.

"Mata-mata?" beo Naruto.

"Semacam ninja penghianat," ujarku.

"Niichan baik. Aku percaya tentang itu," jawab Naruto polos.

"Walaupun aku orang luar?" tanyaku.

"Niichan salah satu orang yang baik padaku. Padahal warga desa membenci aku dikarenakan kyuubi," ujar Naruto.

"Insiden itu memang memakan korban sangat banyak," ujarku.

"Jiichan berkata bahwa kedua orangtuaku salah satu korban dari insiden kyuubi," ujar Naruto.

"Kedua orangtuamu sangat hebat," ujarku.

"Namun aku lebih suka mereka tetap hidup. Aku iri kepada anak seumuranku. Mereka sering menceritakan banyak hal tentang orangtuanya, sementara aku tidak merasakan hal tersebut," ujar Naruto.

"Buatlah keluarga versi dirimu di masa depan," ujarku.

"Keluarga?" beo Naruto.

"Kau ayahnya tentang jodohmu tentukan nanti. Jadilah ayah terbaik bagi anakmu kelak," ujarku.

"Niichan tidak menikah?" tanya Naruto.

"Nanti setelah bertemu paman," jawabku.

"Ayo makan niichan!" ajak Naruto.

Aku menurut saja saat Naruto menarik tanganku turun dari atap rumah. Kami berdua sarapan dengan menu sederhana. Kami perlu menghemat demi masa depan. Lagipula kami berdua adalah sebatangkara.

Selesai makan dan mencuci peralatan makan. Kami berdua duduk dibawah kasur. Naruto duduk dipangkuanku lantas menaruh kepalanya di pundakku.

"Niichan!" panggil Naruto.

"Ya," jawabku.

"Naru senang ada niichan. Bahkan niichan baik sekali padaku," ujar Naruto.

"Setelah Naru menikah niichan akan pergi dari rumah ini," ujarku.

"Tidak boleh!" pekik Naruto.

"Niichan tidak enak terhadap istrimu," ujarku.

"Aku akan menikah dengan gadis yang baik seperti hinata sepertinya," ujar Naruto.

Aku tersenyum mendengar ucapan Naruto. "Niichan senang apabila kamu menikah dengan Hinata," ujarku.

"Neji jahat sama Hinata. Aku tidak suka dengan dia," gerutu Naruto.

"Balas dia," ujarku.

"Tentu saja," ujar Naruto.

"Mau latihan atau menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan?" tanyaku.

"Di rumah saja. Aku malas," jawab Naruto.

"Impianmu menjadi hokage," ujarku.

Naruto bangkit berdiri. Pada akhirnya kami berdua berlatih disalah satu tempat latihan jarang digunakan oleh orang lain.

Kami berdua hanya berlatih bertarung saja. Setelah selesai tiduran diatas rerumputan. Aku memandang langit yang kebetulan tengah berawan.

"Kasih sayang kedua orangtua bagaimana niichan?" tanya Naruto.

"Menyenangkan. Hanya saja aku merasakan itu sebentar," jawabku.

"Aku bahkan belum pernah merasakan itu semua," ujar Naruto.

"Andai ada dunia dimana kedua orangtua kita masih hidup," ujarku.

"Itu hal yang mustahil," ujar Naruto.

"Benar juga," ujarku.

"Niichan sebentar lagi ulang tahun," ujar Naruto.

"Ulang tahunku akan sedikit ramai tahun ini," ujarku.

"Yah banyak sekali teman baru," ujar Naruto.

"Timku hanya berisi dua orang saja. Hokage ketiga percaya akan kemampuanku dan sensei," ujarku.

"Tim niichan sangat hebat," ujar Naruto.

"Timku akan bubar apabila salah satu dariku atau hayate-sensei tiada," ujarku.

"Semoga tidak terjadi," ujar Naruto.

"Dunia ninja sangat keras. Apalagi kita belum berdamai dengan desa lain," ujarku.

"Aku ingin melampaui hokage keempat," ujar Naruto.

"Kau pasti bisa," ujarku.

Naruto tertawa mendengar ucapanku. Yah Naruto akan lebih hebat dibandingkan hokage keempat. Musuh sedikit bodoh menurutku. Yah darimana pun Naruto mirip sekali seperti Minato, walaupun dia sangat tidak jenius seperti ayahnya.

Kurasa wajah Naruto lebih mirip ibunya dibandingkan Minato. Itu salah satu alasan mengapa Naruto dikira bukan anak dari Minato.

"Si kilat kuning dari konoha. Itu julukan hokage keempat di masa perang dunia ninja ketiga. Dia merupakan guru dari pembimbingmu kakashi-sensei."

"Diangkat menjadi hokage saat usianya sangat muda. Namun naas dia tiada ketika insiden kyuubi," ujarku.

"Berarti hokage keempat tiada di usia muda?" tanya Naruto padaku.

"Yah begitulah. Sekitaran usia dibawah tiga puluh tahun. Nasib hokage keempat sama seperti ayahku yaitu tiada saat masih muda," ujarku.

"Aku penasaran dengan wajah hokage keempat," ujar Naruto.

"Memang kau belum pernah melihatnya?" tanyaku.

"Belum," jawab Naruto.

"Ciri fisik hokage keempat sama sepertimu," ujarku.

"Kok sama?" bingung Naruto.

"Entahlah," jawabku.

Naruto berguling-guling di tanah. Suara seseorang mendekat membuat aku dan Naruto bangkit berdiri. Disana ada Hayate bersama pacarnya.

"Harusnya kau melatihku!" protesku.

"Aku malas lebih baik pacaran," jawab Hayate santai.

"Maaf ya naoki," ujar Yugao.

"Ya sudah tidak masalah," ujarku.

Mereka berdua pergi lagi. Sumpah tingkah laku Hayate seperti anak kecil saja. Untungnya aku sabar menghadapi sikap tengil Hayate.

Merasa telah pulih kami berdua memutuskan untuk pergi saja dari sini. Kami sedikit lapar jadi mampir ke kedai ichiraku.

Tidak ada pelanggan lain selain kami berdua. Aku duduk dan membiarkan Naruto saja yang memesan menu.

Hari ini dihabiskan dengan membeli hal-hal yang dibutuhkan. Aku tidak masalah asalkan barang tersebut sangat dibutuhkan.

Jangan lupa tinggalkan vote, komentar dan kritikan agar penulis semakin bersemangat menulis

Sampai jumpa

Kamis 29 Agustus 2024

Maaf pendek banget penulisnya lagi pusing sama kerjaan.

Update lagi tanggal 12 September 2024

Naruto (Saudara Tanpa Ikatan Darah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang