15

224 30 0
                                    

Aku ditarik paksa oleh hayate untuk menghadiri acara pertemuan membahas ujian chuunin mendatang. Aku menggerutu sepanjang perjalanan malas mengikuti pertemuan.

Di aula besar terlihat ratusan jounin sudah berkumpul menunggu kehadiran hiruzen. Aku duduk di atas lantai pegal berdiri terus. Semua jounin menatapku mungkin mereka sedikit aneh dengan kehadiranku.

"Ada apa paman dan bibi?" Tanyaku.

"Kau tidak tersesat nak?"

"Aku masih tahu arah kok tidak buta arah. Aku hanya mengikuti ucapan guruku saja." Ucapku.

"Siapa gurumu?"

"Itu hayate tukang batuk dan si bucin akut." Ucapku menunjuk hayate.

"Heh kurang ajar kau!" Kesal Hayate.

"Hayate lebih baik kau bawa bocah ini keluar dari sini."

"Dia sudah berstatus chuunin jadi sandaime-sama menyuruhku membawa muridku ini." Ucap Hayate.

"Hoam mengantuk." Ucapku.

Aku menggaruk belakang kepalaku dan menarik tangan hayate. Hayate yang mengerti langsung berjongkok di depanku dan aku langsung memeluk leher hayate.

"Kau tidur jam berapa?" Tanya Hayate.

"Sekitar jam tiga pagi." Ucapku.

"Padahal sudah kukatakan jangan begadang terus anak nakal." Ucap Hayate.

"Ya aku mengerti." Ucapku.

Aku menaruh kepalaku di pundak hayate banyak tatapan aneh dari jounin yang tidak kukenal entah siapa nama mereka. Aku hanya mengenal beberapa jounin yang pernah aku temui saja.

"Ibiki-san jangan menatapku begitu nanti kata sensei tidak laku." Ucapku.

"Oi aku tidak pernah mengatakan hal itu!" Protes Hayate.

"Muridmu memang kurang ajar hayate." Ucap Ibiki.

"Apalagi aku yang harus menghadapi dia setiap harinya." Ucap Hayate.

"Tokara-san kata sensei nanti minta traktir ramen setelah pertemuan berakhir." Ucapku.

"Baiklah tidak masalah." Ucap Tokara.

"Kau membuatku malu saja naoki!" Kesal Hayate.

"Kukira kau tidak punya malu sensei." Ucapku santai.

"Seperti biasa kau selalu bersemangat naoki-kun." Ucap Guy.

"Semangat masa muda guy-sensei!" Pekikku.

"Benar semangat masa muda!" Pekik Guy.

"Hayate diamkan muridmu itu." Ucap Kakashi.

"Biarin bwleh!" Ledekku.

Hayate menatapku tajam dan aku berpura-pura tidak melihat hal itu. Tak lama hiruzen datang bersama dua anbu di sebelah kanan dan kirinya.

Aku turun dari gendongan hayate dan mulai mendengarkan tentang pelaksanaan ujian chuunin mendatang. Hiruzen memberitahu tugas masing-masing bagi para jounin sementara aku hanya diberi tugas ringan yaitu memantau situasi saja.

Selesai kumpulan tokara benar-benar mentraktirku dan hayate tak lupa aku menarik tangan ibiki untuk ikut. Ibiki menatapku tajam tapi aku tidak peduli.

Kami berempat makan dalam diam apalagi aura dari ibiki membuat tidak nyaman saja. Ramenku sudah habis aku memutuskan pergi duluan menemui naruto bosan juga merasakan aura tidak menyenangkan dari ibiki.

"Kau seperti seorang ayah saja hayate." Ucap Tokara.

"Sikap dia bisa kritis saat misi tapi saat santai kelakuan dia buat aku emosi." Ucap Hayate.

Naruto (Saudara Tanpa Ikatan Darah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang