xvi. brought the dessert

331 83 21
                                    

"Jika kamu memang seperti bunga mawar, sekalipun kamu berduri, tetap saja akan selalu ada bagian yang tak bisa kau lindungi dengan durimu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kamu memang seperti bunga mawar, sekalipun kamu berduri, tetap saja akan selalu ada bagian yang tak bisa kau lindungi dengan durimu sendiri."

Tiada yang terjadi setelah Jaime mengucap kalimat ini, kecuali perempuan itu masih berdiri di tempat yang sama—di dekat pintu klinik sana—dan Jaime di kursinya.

Jangankan bersuara untuk menanyakan apakah Jaime bersedia menjadi kaca pelindungnya; menoleh saja, Annelyn tidak lakukan. Beberapa hal hanyalah kepingan-kepingan yang membayang di dalam kepala Jaime seorang:

tentang Jaime yang beranjak dari kursi, mendekati, menjatuhkan sekecup, dan mengakui adanya debaran yang menjamah dirinya karena perempuan ini. Semua hanya khayalan.

Jaime tidak sebernyali itu, nyatanya. Juga peluang tidak ada bersamanya. 

Sebab ketika ia mulai melangkah,

"Kamu kedatangan pasien, Dokter."

Annelyn bersuara pelan, mengabarkan. Mata perempuan itu tertuju ke sebalik kaca di pintu, yang mana ketika Jaime ikuti arah pandangnya, ditemukan dua ibu-ibu berjalan tergesa sambil bercengkrama lalu masuk kemari. 

Manakala mereka sedang berebut soal siapa dulu yang mau dilayani, Annelyn melangkah pergi tanpa pamit.

Untungnya, Jaime menyadari pergerakan perempuan itu sehingga meja kerja terburu-buru ditinggalkan, pintu klinik dibuka, dan ....

"Annelyn!"

... nama itu diserukan sehingga sang pemilik berhenti menuruni tangga.

"Maksudku, Nona Annelyn." Jaime memperbaiki caranya memanggil, barangkali Annelyn tidak berkenan.

Sedikit tergesa ketika menyeka debu di atas sebuah bangku kayu di sudut beranda, meminta Annelyn agar, "Duduklah di sini, sebentar!"

Sedikit gugup ketika bicara, "Akan kubuatkan hidangan penutup, setelah melayani mereka."

Sebab sepanjang itu, Annelyn menatapnya di sana.

Tak kunjung menjawab walau puluhan detik berselang. Dan, Jaime merasa lega begitu Annelyn melepas lagi sepatu yang ia kenakan lalu pelan-pelan naik, pelan-pelan duduk di bangku, meletakkan lengan berikut dagunya di atas kayu pembatas yang setinggi pinggang orang dewasa, membuang pandangan ke deretan pepohonan juga rumah-rumah warga yang menghampar di depannya.

Seulas senyum mematri di wajah Jaime yang sempat menjeda gerakan membuka pintu klinik dan sempat pula menoleh pada Annelyn kemudian mendapati perempuan itu juga sedikit melirik padanya meski setelahnya terburu-buru membuang pandang.

Di tengah kegiatan melayani pasien, tak satu dua kali, Jaime menyorot jendela klinik untuk memastikan Annelyn masih ada di tempat yang sama. Tak satu dua kali pula, bibirnya samar menoreh garis lengkung ketika melihat Annelyn tidak pergi ke mana.

DESPEDIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang