Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pakaiannya cantik sekali, Bu!"
"Kau suka?"
"Tentu saja. Sangat suka. Ayah, lihat aku! Bukankah ini membuatku terlihat seperti putri kerajaan?"
"Hahaha! Kau sempurna, Sayang!"
Mata layu perempuan itu menghunus jendela sebuah rumah dari tempatnya berdiri—tepi jalan kecil, tanah kering bertabur kerikil.
Secercah sinar lentara dari dalam rumah itu dan kesunyian malam membuatnya dapat menangkap samar-samar keberadaan keluarga kecil beserta percakapan penuh suka mereka.
"Nona Annelyn."
Lalu, rasonan lirih terdengar menginterupsi. Perlahan, ia geserkan pandang ke arah laki-laki yang berdiri masih dengan menggenggam satu lentera di dekatnya; Jaime.
"Di mana tempat tinggal Anda? Saya dengar Anda adalah penyewa rumah milik Helen. Di mana letak rumahnya?"
Tidak ada jawaban. Annelyn hanya sebatas memandang lurus ke ujung jalan.
"Sampai sini, apa kau bisa mengingat?"
Kali ini, ia menjawab dengan anggukan.
"Apa masih jauh?"
Kemudian, dengan gelengan dan, "Dokter bisa meninggalkanku di sini."
"Di pusat kota. Pasaraya besar baru saja dibuka di sana."
"Ini terlihat mahal. Dari mana Ibu mendapatkan uang?"
"Dari ... oh, ya ampun!"
Namun, langkah Jaime terhenti begitu mendengar suara pintu kayu didorong tak pelan lalu disusul oleh teriakan, "Nona Annelyn! Astaga! Nona di sini?!"
Jaime menoleh, melihat Helen sudah berdiri di depan Annelyn dengan raut kaget dan sedikit menyesal, "Saya lupa menjemput Anda di klinik, karena banyak yang harus saya beli tadi di pusat kota," memegang kedua lengan Annelyn yang hanya diam,
"Apa Anda baik-baik saja sekarang? Ah, kurasa begitu. Dokter Jaime yang terbaik di desa ini. Lalu, bagaimana Anda bisa sam—oh, ya ampun! Dokter?!" Helen beralih posisi, mendekati Jaime, "Maafkan saya, karena harus membuat Anda mengantarnya."
Karena sudah terjadi, Jaime hanya menjawab, "Tidak masalah."
"Saya akan memberikan sedikit tip, tunggu sebentar di sini!" mengambil langkah gegas menuju rumah, namun terhenti begitu melihat Annelyn ikut mengambil langkah yang sama gegas mengarungi sisa jalan,
Yang mana diabaikan. Annelyn tetap mempertontonkan punggung dan terus berjalan sehingga Helen berdecak sebal, "Dasar orang itu! Aku hampir mengiranya bisu."
Lalu, senyumnya merekah begitu pandangannya menyapa Jaime, "Tunggu sebentar, ya, Pak Dokter. Saya ambilkan uang tipnya."
Tip adalah hal yang jarang Jaime terima. Biasanya, menyenangkan untuk menerima, terlepas dari berapa pun jumlahnya. Biasanya, berapa lama pun, untuk tip, menunggu bukanlah hal besar.
Namun, kala itu, setelah Helen berpesan dan masuk ke dalam rumah, Jaime mengarak tungkaknya cepat-cepat, enggan menerima, enggan pula menunggu.
Ia hanya ingin bergegas setelah menyadari satu hal besar;
bahwa Annelyn—sedari meninggalkan klinik—ternyata berjalan tanpa alas kaki. Sedari tadi, sepanjang mereka berjalan bersama-sama, selain memandangi rembulan dan pepohonan, Jaime hanya sibuk memperhatikan tatanan wajah perempuan itu.
Sadar Jaime adalah ketika Annelyn berlalu pergi;
selain melihat punggung kecil yang tertutup surai panjang sepinggang, Jaime—berbantuan cahaya lentera di tangan—melihat kaki indah itu menapaki jalan bebatuan tanpa ragu meski tak punya sandal maupun sepatu.
Entah apa yang Jaime harapkan dari menyusuri sisa jalan bahkan sampai ia berlarian untuk menjangkau penghujung.
Nyatanya, Annelyn tidak dipapasi Jaime di sisi mana pun.
Jaime sudah sampai di penghujung jalan. Di depan sana hanya tinggal danau yang membentang dihias satu jembatan dan dikelilingi rimbun rerumputan. Menoleh ke sisi kanan, menyipitkan mata, menfokuskan cahaya lentera ke satu arah, sampai Jaime temukan sebuah rumah;
rumah yang sunyi, sepi, dan diliputi gulita.
Kaki diayunkan sama perlahan dengan didorongnya pagar kayu lapuk berhias tanaman merambat. Beranda rumah itu menjadi tempat Jaime berpijak tanpa melakukan apa pun.
Hanya diam, di depan pintunya begitu lama. Tak mengetuk, tak bertamu.
Hingga akhirnya, ia pun beranjak.
Rumah itu ditinggalkan setelah satu lentera yang menggantung di dinding dekat tangga, Jaime nyalakan dengan koreknya;
seolah-olah dari melihat lantai kayu yang ternoda tanah dan sedikit darah, Jaime meyakini pasti bahwa di dalam sana ada seseorang yang mendambakan seutas cahaya di tengah tidurnya.
[]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
notes: halo, semua jumpa lagi dengan jaime-annelyn yang penuh misteri^^
alurnya mungkin bakalan agak lambat dan bahasanya agak berat semoga kalian enggak bosen :')