viii. can i trust you

688 135 38
                                    

Dua hari sudah, klinik Jaime tidak mendapat kunjungan dari perempuan yang meminta dibuatkan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari sudah, klinik Jaime tidak mendapat kunjungan dari perempuan yang meminta dibuatkan makanan. Hanya para pasien yang datang untuk sebuah pengobatan.

Tidak ada Annelyn.

Meski merepotkan untuk memasak porsi hidangan untuk dua orang, itu lebih baik ketimbang duduk di meja makan sendirian. Berkawan dengan harapan-harapan konyol bertajuk penantian.

Seringkali melirik jendela dan pintu, mana tahu di baliknya ada sosok yang banyak ia cemaskan dan sedikit ia rindukan itu.

Dua hari berturut-turut, Jaime mampir ke rumah Annelyn sebelum dan sepulang bekerja. Sekedar ingin tahu bahwa masih ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana. Sekedar menyalakan lentera di dinding dekat tangga agar teras rumah itu tak keterlaluan gulita.

Tidak adanya sepasang sepatu di tangga, lentera yang tak menyala keesokan paginya, dan pagar yang terbuka adalah pertanda bahwa Annelyn masih berkegiatan sebagaimana normalnya manusia bernyawa.

Ini hari ketiga. Pagi hingga malamnya masih sama. Jaime tidak bertemu dengan Annelyn barang sedetikpun.

Maka, napas dihela tak pelan. Buku-buku di meja dan segala peralatan pengobatan dibereskan. Jas dokter ditanggalkan. Klinik hendak ditutup Jaime lebih awal.

Rencananya adalah mendatangi rumah Annelyn yang bukan sebatas untuk memantau dan menyalakan lentera belaka.

Nanti, Jaime berencana mengetuk dan—jika dipersilakan—ia ingin bertamu sebentar. Jaime ingin melihat wajah perempuan itu, setidaknya sesaat.

Namun, tiba-tiba pasien datang. Seorang lansia ditemani cucunya yang mengaku diare dua hari berturut-turut.

"Pak Dokter, tolong nenek saya, Pak!"

Momentum ini seketika membuat Jaime tersadar mana yang seharusnya jadi prioritas. Jelas, itu seharusnya bukan perempuan yang belum ada seminggu ia kenal. Seharusnya bukan Annelyn.

Maka, Jaime terburu-buru menyiapkan ranjang pasien, mengeluarkan lagi alat-alat pengobatan, dan melakukan pekerjaannya.

Terakhir, ia kembali duduk di sebuah kursi, berkutat dengan pena dan buku-buku di meja, hingga waktu yang sudah dijadwalkan sebagai waktu di mana ia biasanya menutup klinik ini.

Pukul sembilan malam.

Hari ini banyak pasien yang datang sehingga badan Jaime terasa sangat penat. Sedari tadi, logika dengan benaknya sudah sepakat bahwa ia akan langsung pulang, tanpa mampir ke mana-mana.

Persetan dengan Annelyn. Persetan dengan cemas dan sedikit rindunya.

Jaime rasa, Annelyn bahkan tidak tahu bahwa lentera di rumahnya menyala karena Jaime yang menyalakan itu. Jaime rasa, Annelyn tidak peduli sama sekali padanya sebab perempuan itu tidak muncul setidaknya untuk minta maaf karena meninggalkannya di pusat kota.

DESPEDIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang