Vote & coment ✨
.
.
.Langit jingga tampak terlihat di atas bumi, matahari hampir tenggelam berganti tugas dengan bulan yang siap naik ke atas. Rintik-rintik hujan pun mulai turun, bukan hujan yang deras tetapi butiran air halus mulai membasahi genteng.
Sunyi, hanya suara jam dinding yang berdetik memecah keheningan. Topan diam-diam kembali memperhatikan sosok raga yang masih diam membisu duduk di meja makan, wajahnya putih pucat dan pakaian serba hitam karena baru saja berkabung atas kematian istrinya beberapa jam lalu. Topan mengaduk teh hijau yang disimpan dalam lemari lalu perlahan mendekat duduk di samping Langit,baju nya juga serba hitam karena sejak pagi sudah datang menemani Langit membawa sang istri ke peristirahatan terakhir.
Gelas di geser sampai depan Langit,masih tak ada yang berani buka suara sampai Langit sadar dari lamunannya karena gelas mengepul tepat di depan nya.
"Makasih" bahkan suara Langit begitu lemah, Topan baru pertama kali lihat Langit begitu rapuh karena kehilangan sosok seseorang,hati Topan berdenyut sakit secara tiba-tiba padahal seharusnya Topan tak boleh memikirkan hal demikian.
"Di minum mumpung masih hangat"
Tangan-tangan Topan saling bertaut di atas meja melihat Langit menyeruput teh hijau buatan nya,di dalam kepala terasa berisik sekali ingin mengajukan tanya tetapi tertahan di tenggorokan, Topan bingung ingin menghibur Langit bagaimana.
"Bang Topan gak pulang? Pasti capek dari pagi di sini"
Topan tau Langit mengusir secara halus tetapi Topan tak ingin beranjak pergi, terlampau khawatir meninggalkan Langit seorang diri apalagi Angga kecil sedang berada di rumah mama Langit. Topan berdehem sembari melihat kearah Langit yang juga sedang melihat kearah nya.
"Tunggu sampai lo tidur" kalimat Topan juga berubah menjadi halus sejak kemarin,nada suaranya juga lembut seakan memberikan jarak antara dirinya dan Langit. Jujur Langit rindu dengan Topan remaja.
Langit bangun dari duduknya dan pergi kelantai atas tanpa banyak bicara, Topan lantas mengikuti langkah Langit yang ternyata menuju kearah kamar nya. Topan tak berani masuk lebih jauh walaupun Langit tak menutup pintu,aroma manis Langit menyeruak masuk kedalam pernapasan yang mana membuat jantung Topan berdebar kencang,aroma yang sama seperti lima tahun lalu. Perlahan Topan menutup pintu setelah melihat Langit tidur di balik selimut membelakangi Topan yang masih berdiri di ambang pintu.
Rasanya Topan tak ingin meninggalkan Langit seorang diri,mata Topan melihat seluruh ruangan yang berantakan, sembari menunggu Langit bangun alangkah baik nya Topan membantu membersihkan rumah Langit. Topan tak perduli jika Langit marah melihat Topan masih berada di dalam rumahnya.
Di mulai dari menyapu setiap sudut,mencuci piring bahkan sampai memasak nasi dan makanan sederhana yang sering Topan buat saat ia masih kuliah di luar kota. Sekitar tiga jam Topan berhasil membersihkan rumah Langit,tak terasa sudah malam juga. Topan merasa gerah,ia memilih mandi di kamar mandi bawah dan menyuruh Bumi mengantarkan baju nya ke rumah Langit.
Topan yang sedang mengusap rambut nya menggunakan handuk kecil terkejut melihat pintu di buka tiba-tiba,wajah terkejut Topan sama seperti wajah terkejut Ian di ambang pintu sedang menggandeng seorang anak kecil.
"Lo masih di sini bang?"
Topan hanya mengangguk saja, mata nya melihat gemas kearah Angga yang sedang mengusap matanya karena mengantuk sembari menunjuk-nunjuk Topan dengan lucu.
"Om eskrim..! Om eskrim..!" Topan terkekeh mendengar Angga memanggilnya demikian,pasti karena kemarin Topan mengajak Angga beli eskrim dan Angga lupa dengan nama nya sehingga Angga memanggilnya om eskrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Atom [Topan-Langit](END)
Teen Fiction"Kalau Lo gak mau tanggung jawab setidaknya jangan bikin ulah!" -Langit "tanggung jawab? buat apa? Lo juga keenakan gue perkosa"-Topan "mulut Lo di jaga bangsat!" -Langit "kenapa harus jaga mulut gue? Lo takut gue kokop lagi?"-Topan Seharusnya Topan...