manis tapi bukan gula

11.4K 577 17
                                    

Vote & coment ✨
.
.
.

Pada cuaca panas menyengat kulit seperti hari ini harusnya pakaian yang Langit gunakan adalah seragam sekolah tanpa dalaman kaos di balik baju seragam nya,bukan nya malah memakai Hoodie tebal berwarna navy bergaris putih pada bagian lengan yang begitu menyiksa panas, bukan tanpa alasan Langit memakai Hoodie dalam cuaca panas hari ini,demi menutupi bercak merah keunguan di bagian leher sampai dada karena ulah Topan dua hari lalu yang belum juga kunjung hilang. Langit lupa menutup kissmark sialan di lehernya menggunakan foundation milik mama nya karena terburu-buru.

Keringat terasa mengalir di punggung Langit dan pelipis, rambut Langit juga sudah lepek akibat panas yang tidak terkira ditambah kegiatan OSIS yang melelahkan, rasanya badan Langit seperti di kukus. Ingin buka Hoodie tapi nanti menjadi pusat perhatian karena bercak merah pada lehernya.

'bruk'

Tubuh Langit tidak sengaja menabrak kuat badan Topan yang sejak tadi berdiri di samping Langit, hampir kardus di tangan jatuh, akibat terlalu fokus memikirkan hal yang tidak penting membuat Langit tidak sadar bahwa Topan sedari tadi berdiri di samping nya, dengan sigap pula Topan menahan pinggang Langit agar tidak terjatuh kebelakang.

Mata saling bertemu yang mana membuat Langit dengan cepat memalingkan wajahnya,jantung berdebar kencang tidak karuan karena teringat kejadian dua hari lalu,di malam Sabtu yang sunyi Topan datang dengan percaya diri mengatakan bahwa Topan akan membawa Langit pada puncak kenikmatan surga,entah beruntung atau tidak pasalnya sang mama sedang pergi kerumah bibi karena bibi sedang sakit, Langit tak tau Ian mendengar suara berisik dari kamar nya malam itu atau tidak,suara ranjang berderit hebat mengikuti gerakan cepat Topan yang sedang sibuk mencari kenikmatan pada senggama Langit dan tangisan frustasi Langit merasakan nikmat tak dapat di hentikan, Langit rasa Ian mendengar dari kamar nya. Jika malam itu Langit tidak merengek minta berhenti karena lelah mungkin Topan akan menggempur nya sampai pagi, stamina Topan sangat kuat bukan main, Langit saja kewalahan menyaingi kekuatan Topan.

"Ngehindar terus" bisikan Topan kembali menyadarkan Langit dari lamunannya, Langit yakin wajahnya sudah merah karena merona akibat pikiran kotor nya beberapa menit lalu.

Langit menggeliat dari pelukan Topan pada pinggang nya,ingin sekali lepas dari Topan yang entah kenapa mampu membuat Langit merasa gugup. Setelah Topan menggempur Langit keesokan hari nya Langit demam dan tidak masuk sekolah,pesan dan telpon dari Topan yang menganggu diabaikan oleh Langit. Baru hari ini Topan berhasil menangkap Langit setelah kemarin tidak melihat wujud raga si pendek.

"Siapa yang ngehindar?" Langit melirik kearah Topan yang masih menatap intens kearah wajah Langit yang merona.

"Langit" jawab Topan sembari mendekatkan wajahnya yang mana membuat Langit segera memalingkan wajahnya.

"Ck, lepasin bang! Panas"

Sebenarnya bukan hanya panas, Langit juga tidak ingin Topan mendengar suara jantung nya yang berdetak berisik di telinga nya sendiri.

Beberapa menit kemudian Topan baru melepaskan pelukan Langit,tak ingin terlalu lama berduaan dengan Topan, Langit kembali melangkahkan kakinya kearah ruang OSIS. Di lorong sekolah yang tidak bisa di bilang sepi itu semua siswa tak lagi heran dengan Topan yang selalu mengganggu ketua OSIS mereka, pemandangan itu sudah biasa seperti makanan sehari-hari.

Langit dengan langkah lebar itu berhasil masuk ke dalam ruang OSIS,mata nya menyapu pada setiap ruangan yang sepi,tidak ada lagi anggota OSIS di dalam hanya tersisa Sadewa yang sepertinya sudah menunggu Langit sejak lama.

"Kenapa lama?"

Langit meletakkan kardus ke atas meja dan mulai mengeluarkan isi di dalam nya, Sadewa turut membantu Langit mengeluarkan benda-benda di dalam kardus kemudian di simpan pada tempatnya.

Hukum Atom [Topan-Langit](END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang