perjuangan

7K 434 23
                                    

Vote & coment ✨
.
.
.

Kotak-kotak bontot tersusun rapi di atas meja,jika dihitung lebih dari lima kotak. Arthur yang baru bangun tidur menguap lebar sembari duduk di meja makan, melihat kegiatan sang papa yang sedang sibuk menyusun buah yang sudah di potong ke dalam bontot. Tangan Arthur hampir saja terpotong pisau jika tak sempat ia tarik,menatap sang papa dengan horor.

"Aku ini anak mu Lo pah"

"Jangan ambil sembarangan,ini punya Topan" nama yang di sebut sang papa membuat mood Arthur pagi-pagi menjadi buruk. Padahal Topan sering menyakiti papa nya tapi kenapa papa nya masih perduli dengan Topan, harapan Arthur sih Topan wafat aja di rumah sakit.

"Ngapain ngasih dia makanan? Paling nanti di buang"

Tangan pria itu meremas kotak bontot yang hendak ia tutup kala mendengar ucapan Arthur,hati nya merasa sedih jika yang dikatakan sang anak kemungkinan benar, tetapi Topan adalah anak nya juga,anak angkat. Secara umum dirinya dan Raka belum bercerai secara resmi tetapi ia harus mengalah demi Topan tak membencinya dan Arthur sehingga ia memutuskan pisah rumah dengan suami nya sendiri,ia tak ingin Topan semakin membenci keberadaan nya dan Arthur.

"Kalau Topan gak suka gak apa, yang penting papa udah berusaha kan"

Arthur mendengus kesal sebelum kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Nanti anter papa kerumah sakit ya"

Arthur ingin menolak tetapi yang meminta sang papa, sekarang disinilah Arthur berada, berjalan ogah-ogahan menuju keruang rawat inap Topan. Belum sampai pada ruang rawat Topan, Arthur melihat Langit baru saja keluar dari ruangan itu dan pergi dari sana tanpa melihat keberadaan Arthur sepertinya Arthur terlambat datang, harusnya ia datang lebih cepat.

Pintu kamar inap Topan di buka sang papa tepat pada saat itu mereka berpapasan dengan seseorang yang sejak dua hari lalu hingga di dalam pikiran Arthur, pria dingin yang sempat menjalin cinta satu malam dengan Arthur berdiri di ambang pintu hendak keluar juga. Mata nya dan Bumi saling bertemu, ekspresi wajah Bumi masih sama seperti sebelum nya tampak tak terlihat terkejut dengan kehadiran Arthur yang tiba-tiba. Bumi tersenyum kecil pada papa nya dan pergi tanpa melihat kearah Arthur,senyum seringai Arthur terlihat mengetahui Bumi yang sengaja menghindari nya.

Apa Bumi tak ada sedikit rasa setelah era bercinta pada malam itu?
Rasa frustasi karena tak melihat Arthur sehari saja contohnya atau jantung berdebar gila setiap kali mendengar dan melihat sesuatu tentang Arthur?
Jika tidak maka Arthur marah sekali, kenapa hanya Arthur saja yang merasakan itu, frustasi jika tak melihat wujud Bumi sehari saja dan jantung nya menggila tak karuan jika melihat ataupun mendengar sesuatu tentang Bumi, bahkan sekarang jantung Arthur masih menggila saat tak sengaja bersitatap dengan mata Bumi yang dingin bagaikan kutub Utara.

Langkah Arthur tak jadi masuk kedalam, Arthur lebih memilih mengikuti Bumi yang berjalan mulai menjauh. Dilihat cara jalan Bumi dari belakang yang tampak biasa saja itu berarti tubuh Bumi sudah baik-baik saja setelah hari nikmat itu. Langkah Arthur semakin lebar saat jarak keduanya semakin dekat, tanpa takut ataupun gentar dengan kurang ajar Arthur menampar pantat Bumi cukup kuat sampai menimbulkan suara tamparan yang keras.

'plakk'

'buk'

Setimpal, Arthur mendapatkan balasan setimpal. Bumi melayangkan bogem mentah kearah pipi Arthur sehingga membuat kepala Arthur menoleh kesamping, tatapan mata tajam Bumi begitu menusuk apalagi melihat siapa pelaku yang sudah melecehkan nya. Arthur memainkan pipi dalam nya menggunakan lidah setelah merasa sakit pada pipi,lalu membalas tatapan mata Bumi dengan tengil

Bumi merasa tak ingin lagi berurusan dengan Arthur memilih pergi tetapi tangan nya di tarik kuat Arthur sampai tubuhnya berada di dalam pelukan Arthur,tangan nakal Arthur terus memainkan pantat Bumi kurang ajar. Bumi menarik kerah baju Arthur dengan kasar, Arthur suka melihat Bumi marah. Ekspresi itu lucu sekali. Arthur bersiul menggoda melihat Bumi menampilkan ekspresi benci.

"lepas atau Lo mati"

Dingin sekali, sejujurnya Arthur mulai merasakan merinding melihat Bumi begitu marah tetapi Arthur tak ingin melepaskan Bumi,tak taukah Bumi bahwa dirinya kepalang rindu.

"Galak amat pacar gue"

Kening Bumi mengerut dalam,merasa terusik dengan ucapan Arthur yang seenaknya mengklaim Bumi sebagai pacar.

"Lepas!" Bumi mencoba memberontak tapi dasarnya tenaga Arthur itu setara dengan Topan yang tidak mungkin bisa Bumi kalahkan.

"Cium dulu baru gue lepas"

Bumi semakin kesal apalagi wajah Arthur terlihat begitu menyebalkan,tubuh Bumi semakin di tarik sampai membuat wajah keduanya berjarak beberapa centi saja.

"Mimpi!" Sarkas Bumi kasar, Arthur terkekeh saja tapi sejujurnya hati nya sakit, Bumi terang-terangan sekali menolaknya.

Cup

Arthur berhasil mengecup bibir Bumi yang membuat Bumi kaku di tempatnya berdiri.

"Lucu banget pacar gue" Arthur melepas pelukan nya membuat Bumi tersadar,di lap bibirnya dengan kasar sebelum pergi meninggalkan Arthur yang masih tersenyum lebar di tempat nya berdiri sebelum ikut menyusul langkah Bumi yang sudah jauh tertelan belokan.

Tak tau saja di depan pintu kamar Topan berdiri Dimas yang masih di infus dengan Ken yang memapah tubuh Dimas ternganga melihat interaksi antara Bumi dan Arthur, kiranya sejak kapan Bumi akrab sekali dengan musuh mereka?

Dimas dan Ken kembali ke kamar Dimas setelah tak sengaja membuka pintu Topan tetapi ternyata ada tamu sehingga tak enak jika mereka ikut masuk.

Di dalam kamar Topan pula hanya tersisa dua orang saja, Topan dan papa Arthur. Dengan antusias pria itu membuka setiap bontot yang ia siapkan tadi kehadapan Topan, walaupun Topan terlihat enggan tetapi pria itu tetap berusaha dengan senyum pada bibirnya.

"Topan mau makan yang mana dulu?"

Topan melirik pada setiap menu di dalam bontot lalu mata nya melihat kearah sang papa yang masih menampilkan senyum di wajah.

"Gue udah makan"

Senyum perlahan luntur tetapi bibir masih berusaha kembali tertarik keatas, tangan-tangan nya menutup kembali bontot dan ia letakkan di atas meja dekat ranjang.

"Kalau gitu nanti di makan ya,papa buat khusus untuk Topan" tangan pria itu terangkat di udara tak jadi mengelus kepala Topan setelah melihat tatapan tajam dari Topan,hati nya meringis sakit melihat Topan masih menolak nya.

"Gue mau istirahat"

Kentara sekali ucapan Topan berniat mengusir, karena tau diri akhirnya pria itu bangkit dari duduknya dan pamit untuk pulang.

Topan membuang nafas panjang sembari melihat pintu yang kembali tertutup, dilihat kembali bontot di atas meja. Memang benar Topan tadi sudah makan makanan buatan Langit, tetapi tangan nya merayap mengambil salah satu bontot berisi buah-buahan yang sudah di potong. Topan memakan buah segar itu sampai tandas lalu tangan nya kembali merayap mengambil bontot yang lain berisi telor sambal balado.

"Lumayan" gumam Topan sembari memakan telor sambal balado di dalam bontot sampai tandas,untuk seorang pebisnis alkohol ternyata masakan papa Arthur lumayan juga.

.
.
.
.
.
TBC

Hukum Atom [Topan-Langit](END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang