Musik di dalam mobil mengalun begitu tenang dalam kesunyian,genre pop yang sangat pas di mainkan pada malam hari, sesekali mulut ikut bersenandung mengikuti irama musik,tubuh juga ikut mengambil andil bergoyang tak terlalu heboh karena lagu kesukaan nya terputar.
"But i love you so~,i love you so~"
Bibir terus bergumam mengalunkan lagu milik The Walters dengan judul i love you so,saat sedang asik bersenandung dengan bandan meliuk mengikuti irama mata nya tanpa sengaja melihat kearah trotoar jalan,tepat tak jauh dari jarak kendaraan nya Sadewa melihat sesuatu yang membuat mood nya buruk. Itu dua orang pria seperti sedang berciuman,heh? Berciuman di pinggir trotoar?! Sadewa kenal satu cowok pendek di sana.
'ckittt..!'
Sadewa mengerem mendadak membuat ban mobil bergesekan dengan aspal terdengar nyaring sampai membuat dua pria yang sedang peluk-peluk manja di pinggir trotoar menoleh bersamaan kearah mobil Sadewa,tangan Sadewa meremas erat stir mobil dengan tatapan mata tajam menahan amarah,untung saja tak ada kendaraan di belakang Sadewa sehingga tak terjadi kecelakaan beruntun karena berhenti tiba-tiba.
Sadewa dengan kasar melepas seat belt dan keluar dari dalam mobil,pintu di banting kuat membuat salah satu pria di sana melihat tak senang kearah Sadewa.
'bruk'
Badan yang paling kecil di antar mereka di tarik kuat sampai membentur dada bidang Sadewa.
"Siapa Lo?" Geram Sadewa menatap sengit kearah pria lain yang menatap Sadewa dengan tatapan menantang tak takut melihat Sadewa.
"Mas nya yang siapa? Seenak nya aja main tarik calon orang"
Maksudnya calon apa ya?
Pegangan pada lengan Ian semakin mengeras membuat Ian yang masih mengusap kepalanya sontak meringis sakit karena lengan nya kayak mau patah, Sadewa pegang nya erat sekali."Calon apa maksud Lo?!"
Pria lain yang menjadi saingan Sadewa itu terlihat tersenyum tengil sekali apalagi saat mata itu meneliti penampilan Sadewa dari atas rambut sampai ujung kaki yang membuat Sadewa tak tahan ingin melayangkan pukulan pada wajah sok ganteng itu.
"Tanya aja langsung sama Iandra"
Sadewa tak suka ada orang yang memanggil Ian dengan lengkap begitu, terlebih pemuda tengil di hadapan Sadewa ini seperti mempermainkan Sadewa lewat tatapan. Lantas Sadewa langsung menatap kearah Ian yang masih diam melihat perdebatan di depan nya, kedua pundak Ian di pegang untuk menghadap sepenuhnya kepada Sadewa.
"Jawab jujur,dia siapa?"
Ian melihat kearah belakang di mana lelaki lain yang bersama nya tadi berdiri tetapi belum sempatkan menoleh kebelakang kepalanya sudah di tahan oleh Sadewa agar tetap fokus menatap kearah Sadewa.
"Tadi dah di jawab sama Indra"
Ah,nama orang itu Indra. Nama nya tidak keren sekali, tidak seperti nama nya ada dewa-dewa nya. (Sadewa tak tau saja Indra kan juga nama dewa)
"Calon apa maksudnya? Abang gak ngerti"
Gimana mau jawab,pipi Ian di tangkup begitu erat sampai bibir Ian maju,kan gak bisa Ian ngomong jadi nya.
"Calon pacar" bukan Ian yang jawab tetapi Indra, tatapan mata dengan senyum seringai itu semakin membuat Sadewa marah,sumpah muka Indra itu ngeselin parah.
Sadewa menarik tubuh Ian kebelakang tubuhnya, sekarang posisinya Sadewa dan Indra saling berhadapan,mata Sadewa yang tajam di balas pula dengan tatapan meremehkan. Ini Ian gak sampai terpincut sama Indra kan? Muka nya ngeselin gitu.
"Calon pacar?" Sadewa mendengus merasa lucu dengan jawaban Indra tadi,ia jalan lebih dekat sampai jarak nya tinggal dua langkah saja.
"Gue calon suami Ian,jangan berani deket-deket milik gue" lanjut Sadewa dengan percaya diri.
Indra yang mendengar ucapan Sadewa itu hampir tertawa terlebih wajah Sadewa yang tanpa malu apalagi gentar mengatakan dengan gamblang hubungan apa antara Sadewa dan Ian.
"Kok Ian gak tau,kapan bang Sadewa lamar Ian?" Ian berseru dengan tatapan bertanya, Indra sontak tertawa lepas karena jelas di sini Sadewa sedang berbohong.
Sadewa buru-buru membawa tubuh Ian masuk ke dalam mobil nya, Indra diam saja melihat Ian digiring masuk kedalam mobil.
"Nanti habis pulang gue lamar,Lo diam aja di dalam. Gue sama dia lagi perang"
Perang perasaan maksud Sadewa,Ian tadi nya ingin bertanya kepada Sadewa perang apa,kenapa gak ada pasukan kalau lagi perang tetapi Sadewa lebih dulu mengunci pintu sehingga Ian tetap diam di dalam mobil sembari mendengarkan lagu Disney Frozen yang belum sempat Sadewa matikan.
"Lo darimana kenal milik gue?"
Sadewa sengaja menekan kata terakhir untuk menunjukkan kepemilikan, Indra terkekeh sembari memasukkan kedua tangan di saku celana.
"Sekolah,gue wakil ketua OSIS dan gue tertarik sama milik Lo"
Tangan Sadewa terkepal semakin erat mendengar jawaban Indra lalu ia tersenyum miring menatap Indra dengan sinis. Karena yang Sadewa tau Ian juga menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah nya, pasti mereka dekat karena kegiatan sekolah itu.
"Ini peringatan terakhir,jangan dekat-dekat sama Ian kecuali urusan sekolah. Di luar itu Lo gak boleh sentuh milik gue seujung kuku"
Indra mengangguk dengan tatapan meremehkan, tingkah Indra yang seperti itu jujur saja semakin membuat Sadewa marah,mau Sadewa tendang Indra ke tengah jalan aja rasanya.
"Masih calon suami kan belum jadi suami, semua tergantung Ian dia mau pilih siapa,gue yang calon pacar nya atau Lo yang calon suaminya"
Sadewa mendengus sebelum masuk meninggalkan Indra di sana, saat masuk ke dalam mobil lagu sudah berganti dengan judul satu atau dua milik Gamma,kok lagu nya bisa pas begini sih?
"Lo jangan deket-deket sama itu orang" Sadewa melajukan kembali mobil nya,tau betul tujuan awal Ian keluar adalah ingin pergi menjemput Langit di rumah sakit.
"Dia punya nama bang,Indra namanya"
Sadewa menatap tajam kearah Ian, Sadewa tau siapa nama cowok menyebalkan itu tapi Sadewa tak mau menyebut nya,bikin makin gak mood.
"Tau,Pokoknya jangan sebut-sebut nama cowok lain kalau lagi sama gue!"
Ian mengerutkan keningnya penuh tanya kearah Sadewa yang terlihat masih saja marah, padahal jarak dengan Indra kan sudah jauh sekali.
"Kalau sebut-sebut cewek berarti boleh?"
"Gak boleh! Kalau lagi berduaan bahas nya tentang kita aja,gak boleh orang lain. Ngerti?"
Ian hanya manggut-manggut saja, Sadewa sedikit lega melihat Ian begitu patuh dengan ucapan Sadewa.
Sepanjang perjalanan Ian sibuk menanyakan perihal Sadewa yang sudah lama tak main kerumah,sekali nya bertemu eh malah ngaku-ngaku calon suami,Ian kan masih kecil. Masih kelas tiga SMP."Kalau nikah nya tunggu Ian besar boleh bang?"
"Boleh,asal nikahnya tetep sama gue bukan orang lain"
.
.
.
.
.
TBCBonus Pict Sadewa-Ian:
KAMU SEDANG MEMBACA
Hukum Atom [Topan-Langit](END)
أدب المراهقين"Kalau Lo gak mau tanggung jawab setidaknya jangan bikin ulah!" -Langit "tanggung jawab? buat apa? Lo juga keenakan gue perkosa"-Topan "mulut Lo di jaga bangsat!" -Langit "kenapa harus jaga mulut gue? Lo takut gue kokop lagi?"-Topan Seharusnya Topan...