06.

47 32 1
                                    

Sekantong plastik mi lidi rasa pedas seberat satu kilogram kini tampak tersisa separuh dari porsinya. Satu per satu tangan tampak bergantian mengambil makanan renyah itu dari tempatnya. Anggota Pramuka SMA Taruna sedang mengadakan rapat di ruang Pramuka, lesehan di karpet bersandingkan hidangan mi lidi. Mereka terlihat santai ketika saling berdiskusi.

"Jadi sudah ditentukan tanggalnya buat Laksana nanti, yaitu tanggal 17 November. Kegiatan Laksana ini sebenarnya bebas dan siapa saja boleh ikut walaupun bukan anggota Dewan Ambalan*. Nah, anggota tambahan yang mau ikut di sini sudah ada Fahmi, Rofi, Ghea, sama Elsa, ya?" ujar gadis putih yang rambutnya terkepang rapi, adalah Nessa Bella Natasha, sang sekretaris Pramuka.

"Iya, betul." Fahmi mewakili seraya bersidekap ria.

"Baik selanjutnya untuk perlengkapan akan dibacakan oleh Andien Setyani selaku Staff Perlengkapan." Nessa pun mempersilakan Andien yang duduk di sebelahnya untuk membacakan perlengkapan terkait kegiatan Laksana.

"Oke, teman-teman. Berikut adalah perlengkapan yang harus dibawa untuk kegiatan Laksana nanti. Simak baik-baik dan catat, ya," ujar gadis tembam berkuncir kuda, ialah Andien, kini membacakan perlengkapan untuk kegiatan terkait.

Masing-masing anggota Pramuka yang berjumlah 22 orang pun mencatat daftar perlengkapan yang dibacakan oleh Andien. Pencatatan memakan waktu sekitar sepuluh menit. Setelah selesai, berikutnya adalah sesi tanya jawab. Mereka mulai berdiskusi perihal kegiatan terkait.

"Baik, apakah ada yang mau ditanyakan?" ujar Ali, sang Pradana atau pemimpin Pramuka SMA Taruna.

"Interupsi. Di buku SKU* tertera bahwa kegiatan laksana ini berarti anggota harus berjalan kaki sejauh 24 kilometer. Waktunya siang atau malam hari?" tanya gadis berkulit sawo matang yang bercita-cita ingin gemuk, ialah Rofi Nurrisa. Wajahnya tampak cemas karena memikirkan efek dari kegiatan terkait nanti, bisa jadi dia makin kurus setelah mengikutinya.

"Waktu pelaksanaannya kemarin sudah disetujui pembina, yaitu malam hari. Kita bakal jalan kaki dari tepi pantai hingga kembali ke kota, ke sekolah kita lagi." Ali memakan mi lidi setelah menjawabnya.

"Makin kurus lo nanti, Fi." Fahmi terus mentertawakan Rofi.

"Jidatmu makin lebar nanti, Mi," sanggah Rofi balik mentertawakan Fahmi.

"Gak cuma jidatnya, Fi. Alisnya nanti malah makin lebat kayak ulat," tambah siswi berkaca mata dengan frame merah jambu, ialah Deby Sentiya, kini tertawa bersama Rofi.

"Nanti kalo malem-malem hujan gimana?" seru Elsa. Siswi berbadan tinggi kurus yang memang cocok jadi visual nyata Elsa Frozen.

"Ya 'kan ada mantel, Sa!" sahut Ghea. Siswi dari kelas sebelah, teman Elsa, yang berbadan proporsional tak kalah cantik dari Elsa Frozen.

Sebenarnya anggota Pramuka SMA Taruna didominasi oleh siswa dari IPA 2. Pemuda IPA 2 hampir semuanya ikut, kecuali Rizki. Beserta pemudi dari IPA 2 sebagian juga mengikuti kegiatan Pramuka. Zalfa masih saja heran terhadap kembaran Fendi, karena pemuda itu direkrut langsung oleh Pembina untuk menjadi anggota Dewan Ambalan. Katanya, pemuda itu memang aktif dalam Pramuka di sekolah lamanya. Apa Avan direkrut hanya karena hal itu saja? Zalfa sungguh tak habis pikir.

"Interupsi. Apakah aman, berjalan bebas di kota pada malam hari?" tanya seorang siswa berkulit sawo matang dan berambut agak keriting dari jurusan IPS, ialah Danu Orlanda.

"Tentu aman, kita juga dibantu oleh organisasi lain dalam melakukan pengawasan. Para pembina juga ikut mengawasi. Dan satu lagi, gue dapat mandat dari Pembina, bahwa tidak boleh ada cinta lokasi dalam organisasi Pramuka."

Teman-teman yang mendengar penuturan dari wakil Pradana, ialah Adam Safrudin alias Udin, mendadak terdiam seribu bahasa. Namun, Zalfa hanya bersikap biasa saja. Baginya tidak ada waktu untuk mengurus masalah hati, untuk sementara ini.

AVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang