19.

32 25 3
                                    

Hari demi hari berlalu, hingga tibalah jadwal les bahasa Inggris di hari Sabtu. Seperti biasa, Zalfa mengendarai motor sekupi-nya sendiri menuju tempat les, diikuti oleh Fahmi yang mengendarai motor sport putih di belakang. Sesampainya di tempat les, yaitu di rumah Pak Agung, mereka memarkirkan motor di tempat parkir yang tersedia.

"Fa, gimana? Lo sama Avan," tanya Fahmi setelah meletakkan helm di motornya.

"Lo gimana? Sama Ghea." Zalfa justru bertanya balik.

"Kok lo malah nanya balik, sih?!" seru Fahmi menatap garang Zalfa.

"Ya gue cuma nanya. Gak dijawab juga gakpapa," ujar Zalfa lalu merapikan diri dan segera berjalan mendahului sahabat lawaknya itu.

Fahmi menggerutu kesal seraya berjalan mengikuti sahabat ketusnya itu. Mereka kemudian masuk ke ruang les. Bisa dia perhatikan bahwa Zalfa sangat tidak ingin dekat-dekat dengan Avan. Sahabat ketusnya itu memilih duduk di bangku paling belakang bersamanya, tidak seperti sebelumnya yang mana Zalfa bisa duduk di mana saja termasuk di dekat Avan.

"Lo kenapa gak duduk di depan kayak biasa?" tanya Fahmi melihat Zalfa yang duduk di sebelahnya.

"Males."

Gadis ketus itu menjawab pertanyaan dengan wajah garang, membuat Fahmi terheran-heran. Selama les berlangsung, tidak ada percakapan yang berarti antara dirinya dengan Zalfa. Membuatnya bingung, melihat semangat Zalfa yang hilang di mata pelajaran favoritnya itu. Entah apa yang telah Zalfa alami sehingga terjadi perubahan sifat dan sikap yang cukup membuatnya merasa terganggu.

Usai les, murid-murid bersiap untuk pulang. Zalfa membereskan buku-bukunya seraya bicara pada Fahmi. "Mi, lo pulang duluan aja. Gue mau mampir alfamart," ujar Zalfa pada Fahmi.

"Gak mau gue temenin? Tumben?" heran Fahmi terhadap Zalfa. Dia menaikkan sebelah alis tebalnya.

"Gak. Gak usah."

Tak lama, Zalfa keluar dari ruangan menuju ke tempat parkir. Dia segera mengenakan helm dan mengendarai motor sekupi-nya. Dia kendarai motor sekupi dengan kecepatan sedang menelusur jalanan yang ramai. Dalam waktu kurang dari lima menit, Zalfa pun sampai dan berhenti tepat di depan minimarket.

Zalfa memasuki minimarket dan langsung disambut oleh para karyawan minimarket tersebut. Dia lalu pergi ke bagian minuman kemasan dan mengambil sekotak susu. Tak lupa dia mengambil beberapa camilan ringan dan segera membawanya ke kasir. Usai membayar dengan uang pas, dia segera keluar membawa belanjaannya di tangan.

Betapa terkejutnya Zalfa ketika keluar dari minimarket, sebab matanya langsung mendapati keberadaan geng Reza berada di sekitar motor sekupi-nya. Badannya seketika gemetar dan jantungnya berdegup kencang tak keruan. Zalfa pun melangkah perlahan mendekat ke arah mereka.

"Kalian mau apa?" tanya Zalfa seraya melirik tajam ke arah Reza dan komplotannya.

"Gue mau lo minta maaf buat jidat gue!" ujar pemuda berbadan kekar, kulit putih, dan berambur keriting bernama Reza itu seraya menunjuk jidatnya sendiri. Jidat yang dulu dibenturkan oleh jidat Zalfa pula.

"Gue enggak mau. Gue enggak salah!" seru Zalfa geram.

"Minta disiram lagi ini anak," ujar Reza dengan wajah garang, "Pegang lengannya, Vin, Jan. Jangan sampe lepas!" sambungnya memberi perintah pada temannya.

Seketika dua orang pemuda yang merupakan teman Reza segera mencekal kedua lengan Zalfa. Zalfa yang dicekal berusaha berontak kesana-kemari.

"Lepasin gue!" teriak Zalfa kesal.

Sementara itu, Reza merebut kantong berisi belanjaan milik Zalfa. Mengeluarkan sekotak susu dari sana, membukanya dengan kasar dan segera mengguyurkan susu ke atas kepala Zalfa.

BYURRR.

Zalfa terpaku di tempat membiarkan rintik-rintik susu cokelat membasahi rambut dan bajunya. Sementara itu, Kevin, Andre, dan Jani hanya tergelak renyah menatapnya. Sedangkan Reza menyeringai puas setelah membuang kotak susu kosong ke sembarang arah.

"Kenapa, sih, lo selalu ganggu gue, Za? Gue salah apa ke lo?!" sentak Zalfa seraya berontak agar tangannya dilepaskan dari cekalan teman Reza. Tak lama, Kevin dan Jani pun melepaskan cekalannya dari lengan Zalfa.

"Coba lo pikir sendiri. Kesalahan apa yang lo perbuat ke gue lima tahun yang lalu?!" bentak Reza di hadapan Zalfa seraya menunjuknya.

"Hah?" Zalfa terperangah dengan wajah heran.

"'HAH' LO BILANG?!" Reza menaikkan nada bicaranya.

BUGH.

Tetiba seseorang datang dan langsung membogem mentah wajah Reza. Membuat Reza seketika jatuh tersungkur ke tanah. Reza yang terkejut dengan serangan barusan segera bangkit meski dengan sedikit terhuyung-huyung badannya. Mengelap cairan merah yang timbul di sudut bibir, Reza seketika berucap, "Siapa lo berani pukul wajah gue, hah?!"

Pemuda berkulit semolek porselen dengan rambut bergelombang kini berbalik badan menghadap Reza. Pemuda itu mengenakan celana jeans hitam dan kaus hitam pendek tanpa lengan, menampakkan corak bekas luka memanjang di lengan kirinya. Pemuda itu menatap Reza dengan wajah garang.

"Agil?" terka Zalfa seketika menatap Agil yang datang entah dari mana dengan wajah terkejut bukan main.

"Lepasin temen gue!" sentak Agil nyalang terhadap Reza.

"Bekas luka itu ... lo mantan pemimpin Declutter?" terka Reza yang seketika teringat tentang sosok Agil.

"Gimana kalo gue bilang Declutter masih ada? Gue bisa aja habisi kalian semua di sini sekarang juga," tantang Agil dengan wajah semakin garang dan menakutkan.

Bugh! Bugh!

Pemuda keturunan Tionghoa tetiba datang dan langsung memukul perut Kevin serta Jani yang mencekal Zalfa. Andre yang mendekat bahkan tak luput dari pukulan Fahmi dan tersungkur saat itu juga. Fahmi kini menepuk-nepuk kedua tangannya seolah tugasnya sudah selesai, karena dia berhasil membebaskan sahabat ketusnya dari cekalan geng Reza.

"Fa, lo gakpapa? Lo gak diapa-apain, 'kan?!" sentak Fahmi seraya memegangi kedua pundak sahabat ketusnya.

"Enggak, Mi. Makasih udah nolongin gue, lagi." Zalfa mengalihkan kedua tangan Fahmi dari pundaknya.

Fahmi kini beralih menghadap Reza. "Berengsek lo, Za! Sampe kapan lo mau bully Zalfa terus-terusan, hah?!" ujar Fahmi seketika naik pitam.

"Sampe dia sadar sama kesalahannya, lah!" jawab Reza menunjukkan wajah garangnya dengan keras kepala.

"Berengsek lo!" umpat Fahmi kini bersiap menghajar Reza pula.

Reza seketika memperhatikan keadaan sekitar. Posisi mereka berada di depan minimarket dan situasinya sangatlah tidak menguntungkan karena kehadiran mantan pemimpin Declutter yang merupakan musuh bebuyutan gengnya sendiri saat ini, yaitu Rebellion. Situasi pun dibuat semakin memburuk oleh keberadaan Fahmi yang merupakan saingannya dalam turnamen bela diri.

"Kevin, Andre, Jani! Kita mundur dulu!" ujar Reza kini memilih mundur dan kabur dari amarah Fahmi.

"Woi, jangan kabur lo berengsek---"

"Udah, Mi, Gil. Biarin aja," cegah Zalfa pada Fahmi dan Agil agar perseteruan ini tidak berlanjut, "kita pulang aja sekarang," sambungnya seraya berusaha tersenyum pada Fahmi dan Agil.

"Lo emang bener-bener, ya, Fa. Lain kali minta temenin gue ke mana-mana!" sentak Fahmi di hadapan Zalfa.

"Ya, Mi. Maaf udah bikin lo cemas," balas Zalfa yang merasa bersalah telah merepotkan teman-temannya. "Sori, Gil."

"Gakpapa, Fa," balas Agil datar.

"Oh, iya, Gil. Tadi gue denger. Lo mantan pemimpin geng Declutter, itu serius?" ujar Zalfa menanyakan hal yang sempat mengganjal pikirannya.

"Sebenernya gue ...."

***

To Be Continued

Nah loh. :D

AVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang