08.

50 30 2
                                    

Seminggu berlalu, dan ulangan tengah semester satu semakin dekat. Sungguh, Zalfa sangat tidak ingin bernasib menjadi sekadar orang lewat seperti tahun kemarin di kelas sepuluh. Kali ini, di kelas sebelas, Zalfa berambisi untuk merubah semuanya. Satu per satu tujuan, akan dia usahakan untuk meraihnya, bagaimanapun caranya. Maka saat ini, untuk merebut peringkat paralel satu, Zalfa harus menganalisa setiap kebiasaan Fendi! Dan sekarang pada jam istirahat, Zalfa sudah berada di perpustakaan bersama Avan, Fendi, dan satu siswi terpintar di kelasnya.

"Ayo, kita pecahkan soal Fisika nomor tiga belas ini. Kata Mr. Han, kita harus menyelesaikan tiga persamaan untuk menemukan jawabannya," ujar siswi berambut agak kribo yang diikat rapi, ialah Erghi Alfira, peraih peringkat dua paralel tahun kemarin. Siswi terpintar di kelas XI-IPA 2 ini memang sangat senang dan sering berdiskusi bersama Zalfa, terkait mata pelajaran apa pun.

Mereka mulai mengamati soal terkait rangkaian listrik itu. Zalfa pun mencoba memahami soal yang sedang dia amati. Sesekali matanya melirik Avan dan Fendi yang begitu serius mencorat-coret soal di buku masing-masing.

"Jadi begini, di sini ada loop satu dan loop dua, masing-masing arah aliran listriknya berbeda. Tinggal kita selidiki persamaannya satu per satu," terang Avan angkat suara.

Zalfa semakin was-was terhadap Avan. Jangan bilang kalau sebenarnya Avan justru lebih pintar dari Fendi? Ini tidak bisa dibiarkan. Zalfa akan mencari tahu kelemahan si Kembar dan mengalahkan mereka lewat kelemahan itu.

"Jawabannya udah ketemu. Nih," seru Fendi menyerahkan buku tugas ke tengah meja untuk diteliti.

"Fendi jago banget kalo masalah ginian kayaknya," sahut Erghi dengan wajah takjub.

"Lebih jago lagi kalau masalah Kimia," tambah Zalfa seraya meneliti langkah-langkah di buku tugas Fendi.

"Iya, bener, Fa. Saudara gue ini cita-citanya kuliah di teknik Kimia," sahut Avan seraya memegang sebelah bahu kembarannya.

"Oh, iya, Di. Gue baru inget, lo masih rajin les bahasa Inggris ke Pak Agung, ya? Gue tahun ini baru mau daftar malahan," ujar Zalfa seraya melirik Fendi.

"Masih, Fa. Avan juga udah daftar dari tahun kemarin," jelas Fendi seraya garuk-garuk belakang lehernya.

Skakmat! Akan Zalfa kalahkan si Kembar melalui bahasa Inggris. Lihat saja nanti!

Zalfa tertawa dalam hati atas ide yang baru saja didapatkannya. Dia dan Erghi pun mulai menyalin jawaban tugas Fisika milik Fendi. Di kursi meja bundar milik perpustakaan itu, memang sudah sering digunakan untuk siswa mengerjakan tugas, membaca buku, maupun menonton film. Menonton film bisa dilakukan seperti menonton bioskop, karena di tengah ruangan perpustakaan terdapat LCD projector yang mengarah langsung ke dinding. Namun, sekarang LCD itu sedang tidak digunakan. Di meja lain, Fahmi dan gengnya justru sedang menonton movie Crows Zero lewat gawai milik Rizki.

"Zalfa! Mending nonton film sini. Mumpung Mr. Han belum masuk kelas," seru Fahmi seraya berlambai-lambai pada gadis itu.

"Gak dulu, Kawan. Gue sedang serius ngerjain tugas-tugas di sini." Zalfa menjawab tanpa menoleh sedikit pun pada teman lawaknya itu. Mata dan tangannya masih terfokus untuk mengerjakan soal-soal Fisika.

"Jadi, taruhan berminggu-minggu yang lalu itu, lo anggap serius, Fa?" tukas Fendi tiba-tiba teringat akan taruhan yang menyebalkan itu.

"Gue serius mau ngalahin lo, Di. Tapi untuk taruhan itu, gak dulu, deh," ujar Zalfa kini menghentikan kegiatan menulisnya dan menatap tajam ke arah Fendi.

"Serius juga gakpa-pa, kok," cetus Avan bersidekap ria menatap gadis ketus itu.

Brakkk.

AVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang